Bab 13 - Spesial Tahun Baru

7 3 1
                                    

Tetew! Sepi dah! Nasib author jomblo gini amat dah_- eh malah curhat :v okelah, jangan lupa bernapas sebelum baca :V

***

Wattshap

Om Ojol

[Malam, Mbak]

[Malam, Kang. Btw
masih narik, ya?
Kan, udah malam
belum pulang?]

[He he he, iya, Mbak Jen
Saya memang narik
sampai malam, Mbak.
Mbak, kenapa masih on?]

[Owh.
Chat-nya pun kalau narik
pakai bahasa formal, ya.
Belum ngantuk, Kang.]

[He he, iya dong.
Besok sekolah, jangan
begadang, Mbak.]

[Iya, Kang.]

[Yaudah, sana tidur]

[Belum ngantuk, Kang
baru jam berapa]

[Memangnya kamu tidur
jam berapa biasanya?]

[Jam satu, Kang :v]

[Ha? Seriusan, Mbak?]

[Tapi boong 🤣 🤣]


[Otw]

[Dapet orderan ya, Kang?]

[Otw, ke rumah kamu.]

Jennie yang sedang berbaring dengan posisi tengkurep di atas kasur langsung terduduk sebab dia terkejut, terlihat dengan ekspresinya.

[Ngapain, Kang? Udah
malam, nanti kena marah
Papa]

Pesan wattshap-nya tidak dibalas bahkan dibaca pun tidak, tetapi centangnya dua berwarna abu-abu, itu artinya Dadang masih aktif. Namun, jika dia aktif seharusnya menjawab, tetapi kenapa tidak dijawab? Apakah jangan-jangan Dadang akan benar-benar datang ke rumahnya?

Jennie melotot, dia segera berdiri lalu melompat dari atas kasur hingga kakinya menapak di ubin yang dingin. Kamarnya gelap dan sayup-sayup cahaya bulan membias lewat kaca jendela di sisi kanan dan kiri ranjang.

Gadis itu mengetik dan mengirimnya pada Dadang berharap dapat mencegah pria itu untuk datang ke rumahnya. Bisa gawat bila papanya tahu kalau Dadang datang ke rumahnya.

Namun, lagi-lagi hanya centang dua berwarna abu-abu membuat Jennie misuh-misuh di tempat. Segera dia berlari menuju ke lantai satu supaya nanti bila Dadang telah sampai, gadis itu bisa langsung membuka pintu dan tidak diketahui sang papa.

Walaupun sebenarnya Jennie sangat malas menggerakkan kaki menuju ke lantai bawah. Dia membuang rasa malas itu jauh-jauh dan memilih sedikit cepat melangkah di anakan tangga.

Sebentar lagi akan sampai di ujung tangga, tetapi dia langsung berhenti melangkah saat suara bel sudah berbunyi dan papanya berjalan menuju pintu.

Tunggu, apa?

Papanya? Sejak kapan? Kenapa papanya bangun? Dan kenapa Jennie kalah cepat? Gawat!

Jennie meringis kesal, menggigit bibir bawah saat papanya sudah memegang kedua gagang pintu. Jennie memutar otak bagaimana caranya agar papanya tidak membuka pintu.

Cukup lama dia mondar-mandir, tapi tak kunjung menemukan ide sampai pintu berderit dan--Jennie langsung panik. Bagaimana reaksi papanya saat mengetahui bahwa yang mengetuk pintu adalah Dadang.

Aplikasi Cinta ( Other ) ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang