Saat Reza sampai di ruang tamu diikuti oleh Azra, suara ketukan pintu mengalihkan atensi mereka. Sudah malam, mungkin itu orang tua mereka yang pulang atau ... kakak mereka?
Reza mengintruksi Azra untuk diam saja di sini sementara dirinya mengecek siapa yang mengetuk, bisa saja itu perampok.
Saat pintu dibuka, nampaklah dua orang berdiri di sana dengan salah satunya yang tampak kacau.
"Kak Jennie? Kak Raden?" Reza berkedip kurang percaya. Dia memang sudah tahu siapa sebenarnya Raden karena Gibranlah yang memberitahukan hal itu. "Kalian udah akur?"
Jennie berdecak, berbeda dengan Raden yang tersenyum. Raden menoleh ke Jennie.
"Gue masuk duluan," kata Jennie kemudian menerobos masuk, dia lelah sekali. Rasanya ingin bergelung selimut dan memeluk bantal guling. Dia mengusap tengkuk yang pegal, matanya mengangkap wujud Azra di dekat tangga dengan tatapan kosong.
Jennie mendekati anak itu, dia mengikuti arah pandangnya. Ternyata gadis itu memperhatikan Raden dan Reza yang mengobrol di sana.
"Az?" panggil Jennie yang membuat lamunan Azra hilang. Wanita itu tersenyum canggung menatap Jennie.
"Iya, Kak?" tanyanya berusaha sopan.
Jennie tersenyum. "Jangan bengong, di sini banyak setannya ... nanti kamu kesambet." Dia mengusap rambut Azra kemudian berjalan menaiki tangga, tidak peduli dengan reaksi penasaran dari adik iparnya itu.
Azra terkekeh, ia menatap Raden kembali dengan sorot pedih. Kembali terulang ... sesakit itu sampai-sampai ia sesak nafas, dadanya seperti dihantam kayu. Cowok itu belum menyadari keberadaan Azra karena posisinya yang lumayan jauh.
Dengan santainya, cowok itu bersenda gurau dengan suaminya. Tanpa ada raut bersalah atau penyesalan di matanya. S*alan! Dia benar-benar ibl*s!
Kedua tangan Azra mengepal. Ia ingin berteriak ke wajah Raden, ia ingin menghantamkan kepala cowok itu ke ubin, ia ingin memotong barang berharganya saat ini juga, tetapi ... ia masih waras untuk tidak melakukannya.
Jangan sampai ada yang curiga, jangan sampai atau ia akan menderita selamanya.
"Eh, Az, lo ngapain berdiri di situ? Sini!" Reza menyeru, setelahnya Raden mendapati Azra berdiri di sana dengan raut penasaran.
Azra balas menatap Raden tajam. Dia berjalan mendekat dengan senyum terpaksa, baiklah, ini saatnya untuk ber-akting, mari ikuti aturan permainan yang dibuat cowok ibl*s itu.
Saat berada di samping Reza, Azra memeluk lengan kirinya kemudian menempelkan pipi kanan ke bahu suaminya. Reza terkejut, tidak biasanya Azra seperti ini bahkan dia tadi masih marah padanya. Aneh bukan? Namun, tidak masalah setidaknya Azra tidak marah padanya lagi.
"Dia istri Reza, Kak. Namanya Azra," kata Reza memperkenalkan Azra seraya tersenyum, ia mengusap tangan Azra yang melingkari lengannya.
Raden mengangguk, ia tersenyum. "Wah, selamat, ya?" Ia meringis, "maaf kakak enggak sempat hadir di acara pernikahan kalian."
Reza terkekeh. "Ah, enggak pa-pa, Kak. Temen-temen Reza aja enggak ada yang tahu. Ini pernikahan mendadak." Cowok itu melirik ke istrinya karena pelukannya menguat, pandangan Azra tak luput dari mata Raden seperti tatapan penuh dendam.
"Istri kamu pendiem, dia daritadi ngeliatin aku mulu."
Perkataan Raden tidak membuat atensi Azra beralih hal itu membuat Reza meringis tidak enak.
"Mungkin dia mau mengenali, Kakak. Padahal dia cerewet loh, Kak." Reza menepuk-nepuk tangan Azra, semakin kuat saja istrinya ini memeluk.
Azra tersenyum memaksa. "Hai ... Kakak Ipar," ucapnya dengan gigi terkatup rapat. Dia benci mahkluk seperti Raden Al Surya untuk selama-lamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aplikasi Cinta ( Other ) ✔✔
HumorTAMAT _Follow akun ini dulu_ "Kang? Apa kamu sanggup?" "Kenapa enggak?" "Hubungan kita enggak direstui ...." "Cinta perlu perjuangan. Itulah tantangannya agar cinta kita lebih berasa, Jennie Dinawanti." *** Aplikasi inilah yang menyatukan cinta mere...