Bab 35 - Jauhi atau Menjauh?

6 4 0
                                    

"Lo sekarang berangkat dan pulang bareng gue, Jen," kata Rayan tanpa menoleh ke lawan bicaranya.

Jennie hanya mengangguk, dia mengalihkan pandangan ke luar jendela mobil.

Sekarang, semua berubah. Dia telah memblokir nomor Dadang karena dia telah mengambil keputusan. Jennie tidak ingin menyiksa perasaan Dadang dan membuatnya kecewa lagi. Sungguh berat, tapi mau bagaimana lagi?

Semenjak semalam, Rayan dan Jennie menjadi canggung. Mereka sama-sama diam dan bingung. Rayan juga jarang tersenyum manis saat mengobrol dengan Jennie.

Benar, semua berubah.

Jennie memejamkan mata sejenak, kemudian mengembuskan napas berat. Gadis itu menoleh ke Rayan yang sedang fokus menyetir.

"Ray," panggil Jennie.

"Iya?" jawab Rayan tanpa menoleh atau pun tersenyum sedikit pun.

"Kok lo jadi kaku gini, sih, Ray?"

Rayan berdehem kemudian memarkirkan mobil tanpa ada niatan untuk menjawab pertanyaan Jennie membuat gadis itu kesal.

"Lo punya mulut enggak, sih, Ray? Apa lo budek sekarang? Jawab gue!" desak Jennie seraya menarik-narik baju lengan Rayan.

Rayan menatap Jennie dengan tatapan yang sulit diartikan. "Mau gue kaku kek, lembek kek, melehoy kek, kulkas kek, ya, itu urusan gue!" jawabnya dengan intonasi sedikit meninggi. "Udahlah! Lo mau di sini aja apa mau masuk?"

Jennie tertegun, ada apa dengan sikap Rayan? Jennie mengangkat satu alis. "Kok lo jadi gini, sih, sama gue? Lo ada masalah? Cerita aja, gue dengerin sini biar ati lo plong."

Rayan mendengkus. Iya, gue punya masalah dan masalah gue itu lo, Jen! batinnya kemudian membuka pintu dan keluar.

Jennie berdecak malas kemudian membuka pintu dan keluar, lalu gadis itu menutup pintu dengan kasar hingga menimbulkan suara yang cukup kuat.

"Mobil gue woy!" hardik Rayan dengan tatapan tak suka.

Jennie berlagak acuh kemudian pergi meninggalkan Rayan yang misuh-misuh.

***

Jennie menenggelamkan wajah di atas lipatan tangan. Gadis itu tidak tidur, lebih tepatnya dia tidak dapat tidur, mungkin karena kepala terasa pening.

Clara, katanya dia sahabat, tapi nyatanya seorang penghianat. Mengingat nama itu membuat hati Jennie mendidih, tangannya terkepal kuat. Bagaimana bisa Clara dapat lolos? Sial!

Sedikit saja padahal, maka Clara telah lenyap di tangannya, tapi cewek itu begitu gesit. Sial! Sial! Sial!

Jennie meninju meja dengan rahang mengeras membuat kelas yang semula ricuh kini hening beberapa saat dan tatapan siswa berpusat padanya.

Mereka tidak ada yang mau mendekati Jennie bahkan Bima yang biasanya akan langsung merusuh saja tidak berani mendekat.

Kursi di samping Jennie berderit membuat gadis itu langsung mengangkat wajah. Dia mengernyitkan dahi saat mengetahui siapa yang duduk di sebelahnya sekarang.

"Nana, kenapa lo baru masuk? Kemaren lo enggak sekolah tanpa keterangan," kata Jennie menatap lawan bicaranya.

Nana tersenyum. "Jagain nenek di rumah, kan, Kang Lee, nyelametin kamu."

Jennie berkedip, dia terkejut. Bagaimana bisa Nana tahu bahwa Dadang datang ke rumah sakit tua itu untuk menyelamatkan dirinya?

Gawat! Apakah semua siswa di kelasnya juga tahu masalah penculikan itu? Sial! Jennie tidak ingin jadi bahan gosip.

Aplikasi Cinta ( Other ) ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang