Bab 8 - Kena Sidang!

7 3 0
                                    

Jangan lupa vote dan komennya, ditunggu❤ yaudahlah, happy reading:v

***

"Jennie, lo cantik banget. Gue harap enggak banyak mata natap lo."

Perkataan yang terucap dari bibir Dadang sontak membuat aksi Jennie yang sedang memakai helm tertunda. Matanya menatap bingung ke Dadang dengan dahi yang berkerut.

Aneh, itulah yang dirasakan Jennie saat ini. Sangat asing perkataan Dadang sebelumnya yang memakai bahasa baku, tetapi sekarang memakai bahasa tidak baku.

Siapa pun pasti akan heran dengan hal itu. Jennie tidak pernah sama sekali mendengar Dadang berkata dengan non-baku. "Om Ojol Lee 'kan?" tanya Jennie dengan perasaan kurang yakin bahwa pria yang sudah stand by itu adalah om ojol langganannya.

Dadang menoleh ke Jennie kemudian menarik kedua sudut bibirnya hingga membentuk senyuman menenangkan. "Bukan," jawabnya singkat lalu mulai menghidupkan mesin motor.

"Ha? Jadi, lo kembarannya?" Jennie bergeming karena ingin memastikan lebih jelas lagi.

"Bukan juga."

Jawaban itu lantas membuat Jennie semakin bingung, dia mengangkat satu alis. "Terus?"

Dadang terkekeh, pandangannya menyorot Jennie geli. "Gue memang Lee, tapi sekarang gue lagi enggak kerja. Jadi, gue bukan tukang ojol dan gue pakai bahasa sehari-hari," jelasnya.

Jennie mengangguk-angguk paham kemudian melanjutkan aksinya memakai helm. Dia naik ke boncengan Dadang dan mulai bersiap-siap.

"Kenapa? Heran, ya, sama perubahan gue?" Dadang mulai menjalankan motor dengan santai, matanya melirik pantulan wajah Jennie di kaca spion.

Jennie mengangguk. "Iya. Soalnya, kan, di rumah pas ada bunda, Om, pakai bahasa baku, sekarang malah enggak. Siapa yang enggak heran?"

Dadang menghela napas. "Kok panggilan buat gue masih om, sih?"

Jennie meringis. Dia menyengir dan menatap spion kiri yang terpantul sebagian wajah Dadang. "Udah kebiasaan soalnya."

"Panggil pake nama ajalah, biar keliatan akrab. Panggilan om kesannya kayak lo itu keponakan gue."

"He he he, emang nama lo siapa? Umur?"

"Panggil aja Lee."

"Maksud gue, nama lengkap lo."

"Dadang Syarifuddin." Pandangan Dadang lurus ke depan, fokus menyetir.

"Kok panggilannya 'Lee' bukan Dadang atau Rif?" Jennie mengingat tadi Fatimah memanggil Dadang dengan nama 'Rif' dan di nama lengkapnya tidak ada tersangkut nama 'Lee' membuat Jennie heran.

"Nama panggilan Lee itu khusus buat lo. Cuma lo yang manggil gue pakai Lee." Dadang tersenyum simpul di balik helm fullface.

Jennie terkekeh. "Bisa gitu, ya?"

Dadang melirik kaca spion lalu ikut terkekeh. "Buat lo, apa, sih, yang enggak bisa?"

"Masa'?" Jennie memancarkan tatapan jenaka.

"Iya. Mau bukti? Lo mau gue ngapain, bakal gue turutin."

Jennie tersenyum smirk karena dia menemukan sebuah ide yang pasti Dadang tidak akan bisa melakukannya. "Gue pingin lo mati."

Dadang tersenyum lebar dengan tenang dia mulai mempercepat laju motor di atas rata-rata membuat Jennie refleks memeluk cowok itu supaya tidak terjengkang dan terseret di aspal.

"Gila lo! Jangan ngebut! Kalau mau mati jangan ngajak-ngajak woy!"

Teriakan Jennie tentu mengundang mata memandang para pejalan kaki yang dilewati motor scoopy itu. Dadang tertawa lepas membuat Jennie melotot kesal.

Aplikasi Cinta ( Other ) ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang