Bab 14 - Seharusnya

9 3 0
                                    

Hai😂

Udah follow akun ini belom? Kalau belom, follow dong:v kalau udah, thanks.

***

"Sini gue lap muka lo." Bima mengeluarkan sapu tangan dari saku celana abu-abunya. Perhatian menatap wajah Jennie yang penuh dengan keringat, dia akan mengelap keringat nakal itu.

Jennie tersenyum. "Wah, iya. Thanks, Bro." Tentu saja, mendapatkan perhatian gratis seperti ini siapa yang menolak? Lagipula, keringat nakal itu memang sangat mengganggu.

Karim merasa ada benih-benih cemburu saat melihat kedekatan mereka yang lantas menginspirasinya untuk berbuat perhatian juga.

"Sini, gue kipasin lo. Pasti panas," kata Karim sambil mengibas-ngibaskan tangannya di sisi wajah Jennie.

Jennie menoleh dengan senyum. "Ahya, thanks." Dia tidak bisa menolak bantuan atau perhatian dari Karim karena kipasan cowok itu tidak buruk juga.

Jennie merasakan punggung yang semula panas kini seperti sejuk dan saat dia menoleh, Rayan berdiri di belakangnya.

"Biar gue jadi tameng lo supaya enggak kepanasan," kata Rayan dengan senyum tipis.

Jennie mengangguk kecil lalu tersenyum. "Oookay. Thanks." Kemudian gadis itu menghadap ke depan lagi lalu menghormat bendera dengan semangat.

Jennie jadi merasa seperti menjadi Ratu dan memiliki tiga prajurit yang siap melayaninya kapan saja. Huah, beruntung juga hidupnya.

"Heh! Kalian ngapain malah enggak teratur barisnya?"

Suara menggelegar milik Susan sukses membuat tiga cowok itu berdiri tegap seperti semula dan Jennie menelan ludah kaget.

Keberuntungan tadi hanya didapat sementara dan tidak akan bertahan lama karena kini, Jennie mulai gerah lagi.

Susan berjalan menghampiri. Dia baru saja dari toilet. Matanya menyorot tajam. "Baru ditinggalin ke toilet aja udah ganti posisi. Gimana kalau ditinggal saya makan?"

"Palingan kita udah kabur," jawab Karim sekenanya yang langsung dipelototi oleh Susan.

Guru itu mengangkat tangan kanan di depan pinggang lalu mengecek jam di pergelangan tangan. Kemudian beliau menatap Jennie, Rayan, Karim dan Bima bergantian.

"Ehem." Susan berdehem sejenak untuk menutupi suara perutnya yang berbunyi karena lapar. "Hukuman kalian hormat bendera selesai."

Perkataan itu membuat Jennie dan ketiga cowok itu terkejut. Bukankah seharusnya sampai istirahat hukuman ini berlaku? Namun, bagus juga kalau dipercepat hukumannya. Sontak kabar itu sangat membuat mereka menghela napas lega.

"Tapi ..." Sengaja, Susan menggantung ucapan agar siswa yang ia hukum memperhatikan. "Hukuman kalian hormat bendera memang selesai, tapi hukuman kalian bersih-bersih halaman sekolah baru dimulai."

Sontak hal itu membuat Jennie, Bima, Karim dan Rayan protes, tapi segera disela oleh Susan.

"Enggak ada protes! Langsung laksanakan biar kalian kapok! Udah sana! Bersihin halaman depan tuh. Di got-got sama gorong-gorong banyak sampahnya." Susan mendorong bahu mereka dengan sedikit cepat hingga membuat mereka mau tak mau harus mau pergi melaksanakan hukuman.

***

Sreeek! Sreek! Sreek!

Uhuk-uhuk!

"Anjim! Debu--uhuk--ngenain muka gue! Uhuk! Nyapunya jangan di sini dong!" Karim mendongak, menutupi hidung dengan lengan kanan, menatap tajam Bima yang menyapu tidak tahu aturan.

Aplikasi Cinta ( Other ) ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang