Hai, readers! Sorry baru up ya, he he ... Maklum, reallife enggak bisa ditinggalin😂 oke, selamat membaca, semoga suka, dan sentosa. Yuhu~~
***
"Gue enggak nyangka, lo itu penghianat, Clara." Dadang tersenyum miris, menatap Clara dengan bengis, seolah-olah merendahkan gadis yang berdiri tidak jauh darinya.
Di samping gadis itu ada Raden yang mengeraskan rahang, tampak emosi dengan perkataan Dadang, tetapi dia harus bersikap tenang.
Clara menatap Dadang dengan remeh kemudian tertawa renyah. Sama sekali tidak tersinggung, dia berkata, "Bukan gue yang berhianat, tapi cewek lo yang bodoh dan terlalu baik."
Dadang terkekeh kecil, berjalan mendekati membuat Clara dan Raden bersikap waspada. Apa yang akan dilakukan cowok itu?
"Jennie, bukan cewek gue, tapi ... do'ain aja semoga usaha gue cepat berhasil. Eh, tapi kalo lo yang do'ain mana terkabul. Lo, kan, jahat, dan orang jahat temennya setan, setan musuh manusia, dan setan dilaknat Allah. Iya, enggak?" Dadang tersenyum miring.
Raden bosan diam, dia mengambil pistol dari saku celana kemudian menodongkan ke Dadang hingga ujung pistol menyentuh dahinya.
Saat itu juga Clara dan dokter yang mendorong brankar langsung berlalu dari sana membuat Dadang terkekeh kecil.
"Bacot anj*ng!" bentak Raden yang dibalas gelak tawa oleh Dadang. "Malah ketawa, lo pikir gue lagi ngelawak apa, Set*n!"
Dadang berdecak kecil. "Setan, kok manggil, Setan."
"Gue tembak lo!"
"Jangan, Bang, gue masih normal, mending lo nembak Clara aja deh biar keliatan laku lo."
"Anj*ng!"
Dorr!
***
Clara segera melarikan diri bersama seorang dokter yang mendorong brankar. Mereka pergi lebih dulu selagi Dadang dan Raden berkelahi di sana.
Clara benar-benar mengambil kesempatan dengan sangat baik demi keuntungannya.
Di gedung rumah sakit tua itu lumayan besar dan memiliki banyak ruang membuat Clara memiliki banyak pilihan untuk bersembunyi.
Dorr!
Terdengar suara pistol dari kejauhan hingga membuat Clara harap-harap cemas. Siapa yang ditembak dan menembak?
Tak lama terdengar suara langkah kaki pelan mendekati ruangan yang digunakan oleh Clara juga dokter itu bersembunyi.
Clara yakin itu langkah kaki Raden, maka dari itu dia langsung membuka pintu. Namun, ternyata pria yang berdiri di depannya dengan senyuman bukanlah Raden melainkan Dadang.
Tentu Clara dan sang dokter terkejut. Bukankah tadi pistol mengarah ke dahi Dadang? Lalu terdengar suara tembakan, tapi mengapa pria itu selamat? Di mana Raden? Atau jangan-jangan ... Raden yang ditembak?
"Lo--"
"Hai, Mbak. Mau saya ojek? Enggak usah bayar soalnya, Mbak, mau saya ojek ke Neraka."
Clara melotot, berjalan mundur dengan napas yang tidak teratur. Tentu gadis itu ketakutan, karena Dadang memegang pistol di tangan kiri. Dia takut Dadang akan menembaknya dengan senjata api tersebut.
"Ja--jangan deket-deket! Tarok pistolnya!" pekik Clara kaget saat Dadang berjalan memasuki ruangan itu. Clara memandang ke dokter untuk meminta bantuannya, tapi dokter itu hanya bisa menangis dan menggeleng pelan dengan badan bergetar.
Sialan! Clara mengumpat dalam hati, mengedarkan pandangan untuk mencari cara agar selamat, dan ketika netranya berpusat pada Jennie, dia langsung menemukan ide.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aplikasi Cinta ( Other ) ✔✔
HumorTAMAT _Follow akun ini dulu_ "Kang? Apa kamu sanggup?" "Kenapa enggak?" "Hubungan kita enggak direstui ...." "Cinta perlu perjuangan. Itulah tantangannya agar cinta kita lebih berasa, Jennie Dinawanti." *** Aplikasi inilah yang menyatukan cinta mere...