Bab 32 - Ada Apa Denganmu, Jen?

6 3 0
                                    

Selama ini, gadis itu pikir, Clara adalah sahabat terbaiknya. Gadis itu pikir, Clara adalah gadis yang butuh perlindungannya.

Nyatanya ... Gadis itu tersenyum miring. Jadi, Clara memanfaatkan kebaikannya? Lalu apa jadinya, bila gadis itu menjungkir balikkan keadaan sekarang?

"Gue kira lo orang baik, Clara Clastina."

Clara, dokter dan Dadang tertegun sebentar kemudian dengan serempak menoleh ke brankar.

Jennie telah duduk bersila dengan memainkan pisau berukuran kecil dan menatap tajam Clara. Gadis itu membuat tiga orang di sana terkejut.

Dadang menjatuhkan pistol dengan senyum mengembang. Tentu dia bahagia karena sang pujaan telah sadarkan diri. Suara pistol yang terjatuh mengalihkan pandangan Clara dan dokter.

"Jennie ..." Dadang berkata lirih sangking bahagianya, dia tidak menyangka setelah seharian ini tidak menatap sang pujaan membuatnya gundah gulana, sekarang ... akhirnya dia dapat menatap kedua bola mata sang pujaan.

Clara memasang sikap waspada, dirinya hendak mengambil pistol yang terdampar di atas lantai berdebu di sisi kanan Dadang—yang jaraknya hanya satu langkah dari Clara.

"Eits, mau ngapain lo? Ngambil pistol?"

Namun, sebelum melangkah hendak mengambil pistol, pergerakannya keburu terhenti karena lehernya dibekap lengan seseorang dan sisi kiri lehernya ditodongkan ujung pisau.

Dadang berkedip takjub. Jennie seberani itu pada Clara yang notabenya adalah ancaman Jennie.

Clara bersusah payah menelan ludah yang sudah berada di tenggorokan, dirinya tercekat. Sungguh, dia tidak menyangka Jennie sepeka itu untuk menyadari pergerakannya.

Sialan!

"Jen--Jen--Jennie, gue bis--bis--bisa jel--jel--jelasin," kata Clara terbata. Kini pelipisnya dipenuhi bulir-bulir keringat sangking takutnya jika pisau itu mengoyak lehernya.

Jennie mendaratkan dagu di bahu kanan Clara hanya untuk menikmati mimik wajah mantan sahabatnya itu dengan leluasa, dia tersenyum simpul.

"Semuanya udah jelas, apalagi yang mau dijelasin?" tanya Jennie membuat Clara sesak napas seketika.

"Jen, gu--gu--gue bis--"

"Diem, Bangs*t! Gue bikin tanggal mati lo cepet mau?" bentak Jennie membuat Clara terdiam seketika.

Sungguh, Clara tidak dapat berkutik sama sekali. Ini diluar dugaan. Kenapa Jennie cepat sadar? Seharusnya masih 20 menit lagi waktu obat tidur itu hilang, tapi mengapa Jennie sudah sadar?

Atau jangan-jangan ... Jennie memang sadar sejak awal?

"Lo--lo?" Clara menganga tidak menyangka dengan isi pemikirannya sendiri, tanpa bisa dicegah air matanya mengalir dan suara isak pun lolos. "Am--ampunin gu--gu--gue ... gu--gu--gue minta ... maaf, hiks ...."

"Ha? Minta apa? Sembako?" tanya Jennie pura-pura tidak mendengar.

Clara semakin terisak saat Jennie meledeknya, apalagi mendengar Jennie telah tertawa. Ya, Clara merendahkan diri sendiri di hadapan Jennie demi selamat dari maut. Ini pisau lho yang jika maju satu centi saja, maka urat nadi Clara akan putus seketika.

Kapan pula pisau itu Jennie dapatkan? Apakah Jennie sudah tahu rencananya? Apakah Jennie benar-benar mengetahui rencana busuk Clara? Sejak kapan?

Jennie tersenyum miring. "Selama tiga tahun ini, gue baru paham tiga hari lalu dan untungnya gue enggak telat untuk memahami semuanya, Clara Clastina."

Maksudnya apa? Memahami apa? Selama tiga tahun? Clara sungguh tidak mengerti perkataan Jennie, karena dia benar-benar tidak dapat berpikir keras sekarang. Otaknya hanya diisi dengan berbagai ide untuk meloloskan diri, bagaimana cara agar nyawanya terselamatkan.

Aplikasi Cinta ( Other ) ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang