Bab 55 - Kerjaan?

26 8 40
                                    

Usapan kelima jari menyisir rambut tebalnya yang basah dari depan ke belakang. Matanya memejam, tubuhnya terasa segar sehabis mandi.

Dadang keluar dari kamar mandi berbalut handuk putih di bagian pinggang sampai lutut, sehingga otot perutnya terlihat dengan jelas, dada bidangnya dan otot bisepnya, sungguh menggoda iman. Bulir-bulir air menetes dari atas kepala.

Pria itu berada di apartemen almarhum ayahnya. Seharusnya dari dulu ia pergi ke sini untuk mengurus cafe, tapi dia malah memilih menetap di rumah neneknya.

Mungkin, ketika cafe-nya sukses dan dapat membeli rumah sendiri, Dadang akan membawa keluarganya menetap di sini.

Suasana di Bandung asri.

Bukannya memakai pakaian, Dadang lebih memilih berdiri di depan kaca untuk memandang jalanan di bawah sana.

Drrt!

Alisnya hampir menyatu mendengar suara getar handphone-nya yang berada di atas ranjang. Dia menoleh dan menghampirinya.

Nomor tidak dikenal? Siapa? batin Dadang.

+62***********
[ Assalamualaikum.
Save Kang! Ini no aku.
Jennie]

Dadang terkekeh kecil membaca chat whatshaap yang masuk itu. Ternyata dari kekasihnya. Ah, dia rindu gadisnya. Ya ampun, baru sehari ia di sini, tapi sudah ingin pulang saja.

[ Wa'alaikumsalam.
Iya, Sayang.]

Dadang segera men-save nomor kekasihnya kemudian pergi menuju lemari. Badannya terasa dingin sekarang.

***

Nana sibuk mencari liptin-nya. Terakhir ia ingat, benda itu berada di laci meja rias, tetapi kenapa sekarang tidak ada?

"Nyariin ape lu?"

Nana menoleh dan mendapati sang nenek berdiri di ambang pintu kamar. Dia menghampirinya. "Nenek, liat liptin, Nana, enggak?" ucapnya terkesan tergesa-gesa.

Neneknya mengernyitkan dahi. "Tadi nenek liat ada di meja dapur."

Nana menepuk dahi. Ahya, dia lupa, dia sendiri yang meletakkan benda itu di sana. "Yaudah, Nek, Nana, mau ambil dulu."

"Eh, tumben lu. Mau ke mana?" tanya neneknya membuat langkah Nana terhenti.

"Ke taman Bungasari, Nek." Setelah mengatakan hal itu, Nana segera berlalu dari sana. Dia benar-benar buru-buru.

"Mau ngapain lu? Main petak umpet bareng bocil?" teriak neneknya.

Nana tak sempat berhenti melangkah barang sebentar karena ia buru-buru. Jadi ia balas berteriak, "Mau ketemu, Netra!"

Hilangnya Nana di balik dinding membuat neneknya bingung. Netra itu laki-laki atau perempuan?

***

Jennie tersenyum sejak dari kamar dan kini ia sedang duduk dan menyantap makan sorenya. Hal itu membuat Fatimah dan Ramadhan yang berada di depannya mengernyitkan dahi.

"Kak?" panggil Ramadhan, tapi tidak mendapat respons dari sang kakak.

Fatimah berdehem, mencoba mengalihkan pandangan Jennie dari layar handphone, tetapi tidak berhasil.

"Uhuk!" Ramadhan berbatuk sengaja dengan suara keras. Masih tidak menggoyahkan perhatian Jennie. Sedang apa, sih, dia?

Fatimah meletakkan air dalam gelas kaca itu kemudian menghampiri Jennie dan berdiri mengintip layar handphone-nya.

Aplikasi Cinta ( Other ) ✔✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang