2. We, Him, and Her

6.1K 689 52
                                    

Dua jam berlalu namun terasa seperti sepuluh jam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dua jam berlalu namun terasa seperti sepuluh jam. Tidak. Ini bukannya lebay. Tapi mata kuliah Pak Feri dimulai dari jam 1 siang dan itu adalah jam rawan-rawannya perut keroncongan. Jam untuk melepas rasa capek. Ngantuk. Dan memang luar biasa sangat membosankan.

Pria berambut setengah hitam dan setengahnya lagi putih itu memiliki kebiasaan mengajar dengan mendongeng bacaan yang ada di infocus. Tak heran banyak mahasiswa yang mengantuk. Pura-pura ke toilet terus akhirnya tak pernah kembali lagi. Bahkan ada yang terang-terangan keluar kelas karena menyerah dan terpaksa harus mengulang mata kuliah di hari berikutnya.

Begitu juga Joana. Perempuan itu itu berkali-kali menguap, menggolekkan kepalanya di meja dengan bertumpu tangan, sesekali memainkan pulpennya, dan bahkan mengajak Doy disampingnya untuk bermain ludo di ponselnya sedari tadi.

"10 menit lagi, Jo. Sabar." Ucap Doy menepuk kepala Joana pelan dan membuat Joana mendongak kan kepalanya. Matanya bergerak menuju kearah jam yang ada diatas papan tulis. Joana pun segera merapihkan peralatan tulis serta bukunya lalu memasukkan ke dalam tas. Dia benar-benar tak sabar ingin keluar kelas. Perutnya sudah keroncongan setengah mati dari tadi.

"Ntar kantin dulu ya Doy gue laper banget. Gak makan beberapa menit lagi gue yakin gue busa masuk breaking news tentang kematian mahasiswi yang mengerikan." Ucap perempuan itu hiperbola seperti biasa.

Doy hanya terkekeh kecil mendengarnya. Tangannya naik mengacak rambut Joana lembut. Doy merasa Joana benar-benar sangat lucu kalau kelaparan seperti ini.

"Lo tiduran dulu aja ntar kalo si Feri keluar gue bangunin." Balas Doy dan Joana langsung menurutinya.

Sementara itu, sudah dua jam Jefri yang dibelakang mereka memperhatikan gerak-gerik Doy dan Joana. Tatapannya terlihat sangat jelas bahwa dia sangat iri dengan Doy. Otaknya pun terus berputar lagu "That Should Be Me oleh Justin Bieber" untuk mendeskripsikan perasaannya saat ini. Terlebih ketika perempuan di depannya tertawa terhadap lelucon Doy yang menurutnya kedengeran sangat jayus. Atau bahkan ketika Doy yang sangat luar biasa seringnya mendaratkan tangan kotornya itu pada rambut perempuan yang amat ia cintai itu. Jefri ingin pura-pura sekedar meminjam pulpen agar terciptanya percakapan antara dirinya dan Joana tapi ia tidak cukup punya nyali untuk melakukan hal bodoh seperti itu. Lagian dia disini dengan niat awal untuk mendekatkan diri lagi kepada Joana bukan untuk menganggu studi perempuan itu.

Ya, itu memang benar. Jefri berbohong soal jadwalnya yang bentrok itu. Dia hanya ingin memiliki alasan untuk bertemu Joana bahkan dengan cara yang gak masuk akal seperti ini. Untungnya, sahabatnya Taksa secara kebetulan juga memindahkan jadwalnya di kelas Joana. Dan Jefri pun merasa telah direstui oleh semesta atas kebetulan itu.

"Menurut lo gue bisa balik lagi sama Joana gak ya?" Tanya Jefri tak beralamat dengan mata yang masih tertuju pada Joana dan Doy.

Hening.

DENGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang