50. Infinity

2.6K 388 24
                                    

Tangan Joana bergerak mematikan kompor, lalu berjalan ke arah meja makan mendudukan diri di samping Taksa. Hari ini adalah benar-benar hari terakhir dirinya bersama Taksa, Joana sedari tadi menahan sedihnya dengan memaksa senyum agar teman-temannya dan Taksa tidak khawatir.

"Lo beneran balik sama Taksa, Jo?" Tanya Doy memastikan sekali lagi, "Mending bareng gue dulu, si Taksa kan pake motor, jauh loh villa si Jep ke kota. Bisa mati beku lo kalo bareng Taksa."

"Iya, kamu balik sama Doy aja." Suruh Taksa sambil memakan roti bakarnya. "Ntar kamu sakit kalo bareng aku."

Joana menggeleng, "Aku pengen bareng kamu."

Doy ingin protes lagi tetapi langsung di tahan oleh Caca, gadis itu seakan peka dengan kemauan Joana dan menatap sahabatnya itu sedih.

Lingkaran di meja itu kali ini hening, sangat berbeda dengan semalam yang sangat berisik, mereka seolah-olah tenggelam dalam pikirannya masing-masing dan mereka makan tanpa bersuara sama sekali.

"Gue mau bilang makasih," Suara Taksa memecahkan keheningan yang sudah lebih dari 30 menit itu, lingkaran itu menatap Taksa, "Makasih udah bikin acara ini buat gue, makasih udah mau jadi temen gue dan masih nerima gue jadi temen kalian padahal gue cuma manusia yang rusak."Taksa terkekeh, "Gue gak tau perbuatan baik apa yang gue buat di masa lalu sampe gue yang rusak ini dapet circle yang keren kayak kalian."

"Lo gak rusak, Sa. Lo berharga." Kata Lucas memotong yang di respon anggukan oleh lingkaran itu.

Taksa tersenyum, "Gue gak tau apa yang akan terjadi di masa depan tapi gue harap kita tetep kayak gini sampe kita mati nanti. Dan gue harap juga setelah gue balik dari Brazil gue masih bisa liat muka-muka bahagia kalian satu per satu."

"...."

"Jangan pernah ada yang sedih satupun, ya? Janji sama gue kalian gak akan pernah sedih selama gue gak ada."

"Lo selalu ada, Taksa. Lo cuma pergi setahun, jangan lebay deh." Jengah Jefri, "Kita masih bisa video call, plis! Kita gak lagi idup di jaman batu."

Taksa terkekeh, "Gapapa gue cuma pengen lo semua janji aja, kita gak ada yang tau masa depan gimana, kan?"

"Maksud kamu apa, deh? Kalo ngomong tuh jangan gak jelas." Joana pun ikutan, kesal. Kata-kata Taksa seakan-akan ia akan pergi dan tidak akan pernah lagi kembali.

"Aku gak maksud apa-apa, Jo. Aku cuma gak mau kamu sama temen-temen yang lain ngerasa sedih pas aku gak ada disini. Emang salah kalo aku ngomong kayak gitu?"

Joana hanya berdecak lalu melipat tangannya di dada.

"Janji, ya?" Tanya Taksa sekali lagi, membuat lingkaran itu menatapnya, bahkan mata Yuki sudah berkaca-kaca.

"Janji." Kata Yuki. "Lo juga harus janji lo bakal balik secepatnya."

"Pasti." Taksa melihat teman-temannya yang lain, "Yang lain juga, janji, ya?"

Helaan nafas keluar dari lingkaran itu dan dengan serempak mereka terpaksa mengangguk.

Taksa tersenyum, "Yaudah balik, yuk? Udah jam 10. Gue belum packing samsek, flight jam 7 soalnya."

Lingkaran itu masih belum beranjak dari tempatnya.

"Oiya, kalian pada nganterin gue ke bandara, kan?"

DENGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang