35. Sorry Not Sorry

2.8K 477 80
                                    

"Jangan di ambil hati, Jo, omongan si Taksa tadi, dia emang rada error." Ucap Jefri saat sudah menurunkan Joana tepat di depan kostan gadis itu.

"I know, tapi 'murahan' cuma gara-gara cium pipi doang kayaknya kata yang gak pantes banget gak, sih?" Joana tersenyum kecil tetapi matanya seakan mengatakan kalau dia sangat sedih.

"Taksa, Sialan!" Umpat batin Jefri.

"Lo gak pa-pa, Jo?"

Joana lagi-lagi tersenyum, lalu mengangguk, "Pulang, gih. Udah malem banget."

Jefri menatap Joana sebentar, ia bersumpah kalau air mata Joana terjatuh ia akan segera menghabisi Taksa, tetapi Joana benar-benar tidak berekspresi sedari tadi, ia hanya tersenyum seakan kata-kata 'murahan' bukanlah suatu masalah besar.

"Oke, kalo ada apa-apa kabarin gue, ya?" Jefri bersungguh-bersungguh. Joana mengangguk, membuat Jefri berjalan menuju mobilnya.

"Jef," Panggil Joana membuat Jefri menghentikan langkahnya.

"Jangan berantem sama Taksa, ya?"

Jefri menghela nafasnya, lalu mengangguk.

"Makasih, Jef." Joana tersenyum.

Melihat senyum itu Jefri berjalan ke arah Joana dan merengkuh tubuh Joana, membuat Joana mengerjap mata dan membeku.

"Joana, anak baik!" Bisik Jefri di telinga Joana, setelah mengatakan itu Jefri mengelus rambut Joana lalu pamit dan bergerak menjauh.

Joana masih kaget dengan pelukan dan bisikan Jefri barusan ia bahkan hanya termenung di depan pagar. Saat ia melihat mobil Jefri menghilang di tikungan, ia pun berbalik badan berniat membuka pagar kostan tetapi suara mobil di belakangnya membuat ia berhenti.

Joana secara refleks terkejut, Taksa tahu-tahu sudah keluar dari mobil dan menatapnya nyalang.

"Lo keren juga ya, Joana." Ucap Taksa tiba-tiba saat berada di depannya. Jangan lupa wajah lelaki itu terlihat berkali lipat lebih menyeramkan dari sebelumnya.

"Gue gak ngerti maksud lo apa, kalo lo kesini cuma pengen ngatain gue murahan lagi, mending lo pergi."

"Gue gak nyesel bilang lo cewe murahan tadi."

Joana benar-benar tak percaya kata-kata itu keluar lagi dari mulut Taksa, "Excuse me?"

Taksa berdecih, "Semalem lo main ampe malem di anter gue, sekarang mainnya juga ampe malem tapi cowonya udah beda," Taksa tertawa kecil, "Dan kerennya, meluk cowo lagi malem-malem di depan kostan. Besok mau sama siapa, Jo? Apa udah di book sama cowo lain? Kayaknya tiep hari cowonya musti beda-beda, ya? Ada bayarannya gak sih, biasanya? Kalo pake peluk kayak tadi tarifnya pasti lebih mahal dong, ya gak? Tapi gue udah dua kali peluk lo, Jo, berarti gue kayak ngutang gak, sih? Itu gue utangnya udah berapa sama lo? Bilang aja, gue bayar."

"Udah? Lo udah kelar ngomong? Apa masih banyak yang pengen lo omongin? Omongin. Gue dengerin." Joana masih mempertahankan wajah datarnya.

Seakan di beri kesempatan Taksa membuka mulutnya lagi, "Emang tadi Jefri bayar lo berapa? Sampe lo meluk dia kayak gitu banget. Gue penasaran aja sih, siapa tau ntar gue juga butuh, kan? Tenang aja gue juga mampu bayar kok. Jadi sebutin aja, berapa harga lo?"

Ini benar-benar yang terakhir! Joana benar-benar tidak mampu mempertahankan wajah datarnya lagi, nafasnya memburu dan terengah, kuku-kukunya benar-benar menancap ke telapak tangannya karena terlalu erat ia genggam. Kalimat yang keluar dari mulut Taksa benar-benar merendahkannya, ia merasa benar-benar tidak ada harga dirinya sama sekali. Joana akhirnya mengerti, ternyata begini pandangan Taksa kepadanya?

DENGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang