Hari ini adalah hari sidang Joana. Taksa, dan beberapa teman kampus Joana, menunggu Joana di luar ruangan. Taksa berusaha untuk mengobrol dengan beberapa teman Joana yang ia kenal untuk menghilangkan gugupnya. Joana sudah hampir satu jam tidak keluar dari ruangan itu, Taksa pun harap-harap cemas sedari tadi dan merapalkan doa agar gadisnya itu berhasil dalam sidangnya.
"Joana masih belum keluar?" Tanya Caca yang baru saja datang dengan Jefri di sebelahnya.
"Belum." Taksa menatap Caca dan Jefri bergantian, "Makin deket aja kayaknya."
"Siapa?"
"Lo sama Jepri, lah."
"Enggak, ini ketemu di parkiran jadi yaudah sekalian aja bareng."
"Halah!"
"Gue kesana bentar." Pamit Caca salah tingkah, lalu bergerak menjauh dari Taksa dan Jefri.
Jefri hanya cenge-ngesan lalu merangkul Taksa, "Keadaan lo gimana?"
"Baik."
"Baik baik mulu lo kalo di tanya."
"Ya emang baik, buktinya gue bisa ngeledekin lo sama Caca." Taksa melirik Jefri sekilas, "Jadi gimana?"
"Gimana apanya?"
"Lo sama Caca gimana?"
Jefri melepas rangkulannya, lalu menggaruk pangkal hidungnya yang tiba-tiba gatal, "Gatau, Sa. Bingung gue juga."
"Bingung gimana? Jangan bilang lo main-main doang sama dia?"
"Ya gak mungkin lah anjing! Bisa mati gue dibunuh Joana kalo dia tau gue mainin sahabatnya." Jefri memberengut.
Taksa tertawa kecil, ia bisa membayangkan wajah murka Joana kalau itu sampai terjadi, "Ya terus gimana?"
"Gatau, Sa. Ya di bilang nyaman ya nyaman. Tapi yaudah sampe di tahap itu doang. Gue juga belum pengen pacarin anak orang, takutnya tuh pas gue pacarin jatohnya gue cuma jadiin dia pelampiasan doang karena- jujur gue belum sepenuhnya move on dari Joana. Gue kadang masih ke inget cewe lo." Jelas Jefri.
"Tapi Joana milik gue, Jef."
Jefri mendengus, "Ya iya gue tau. Gue juga gak ada niatan ngambil Joana dari lo sama sekali. Gue cuma bilang gue belum sepenuhnya move on dan kadang masih ke inget sama cewe lo. Udah."
"Dan kalo misal Joana udah gak jadi milik gue lagi, lo tetep gak boleh sama Joana, Jep."
"Maksud lo?" Kening Jefri mengkerut.
"Gue lebih tenang ngelepasin Joana ke Doy daripada sama lo."
"Hah? Apasih? Gue gak paham."
"Ya umur kan gaada yang tau ya. Kalo ntar tiba-tiba gue mati, gue pengen Doy yang gantiin gue buat bahagiain Joana bukan elo."
"Ngaco!" Kesal, Jefri. "Gak jelas banget tiba-tiba bahas mati."
"Gue serius."
"Katanya lo baik-baik aja?"
"Ya emang baik-baik aja. Tapi-"
"Yaudah kalau gitu gak usah pake tapi-tapi segala. Joana sekarang milik lo, selamanya dia akan jadi milik lo."
Taksa tersenyum pahit, "Semoga. Gue juga berharap begitu."
Beberapa saat setelah itu pintu ruangan sidang Joana terbuka, Joana keluar dengan wajah sumringah, matanya bergerak mencari Taksa, saat ia lihat Taksa berada di antara teman-temannya, Joana langsung berlari dan menghambur ke pelukan Taksa.
"Aku lulus, Taksa! Aku lulus!!!!" Teriaknya di pelukan Taksa dengan penuh kebahagiaan.
Taksa pun ikut bahagia, ia mengangkat Joana di pelukannya lalu memutar Joana di pelukannya. "Hebat. Joananya Taksa selalu hebat!"
KAMU SEDANG MEMBACA
DENGAN
Romance[[[SELESAI]]] Tentang, Aku, Kamu, & Dia yang rumit karena kebetulan, kebetulan yang menyakiti aku, kamu, dan dia dengan waktu yang terperangkap oleh takdir dan dipisahkan pula dengan alasan takdir -July, 2021