27. Camera

3.1K 495 56
                                    


"ARE U FUCKING KIDDING ME JOANA?!" Caca-teman ospek Joana, berteriak.

"Not really, its fact." Balas Joana santai kepada gadis di depannya itu.

Caca tiba-tiba saja datang menggedor kostan Joana beberapa jam yang lalu, gadis itu mendengar anak Fakultas menggosip tentang Joana dan Taksa yang bersama di kantin Fakultas tempo hari dan Caca merasa tidak percaya dan ia ingin mengetahui dari mulut Joana secara langsung.

Tetapi setelah mendengar apapun penjelasan yang keluar dari mulut gadis itu, Caca benar-benar shock berat. Literally, kehidupan Joana terlalu sinetron menurutnya.

"Gue udah berapa lama gak ketemu lo sih, Jo? Cerita lo sumpah di luar nalar gue kayak-What happened?? gitu dan-Wow!-Terus kok bisa?? Gitu."

"Ya elu sombong anjing!"

Caca tertawa mendengar umpatan Joana, "Maap my friend, lo tau sendiri anak Jurnal lebih sering kuliah lapangan daripada ke kampus."

Mendengar itu Joana hanya melengos dan menguncir tinggi rambutnya.

"Tapi lo hoki sih, Jo." Simpul Caca setelah itu.

"Hoki gimana maksud lo?"

"Ya lo sekarang di apit oleh dua cowo yang bikin ketar-ketir se-jurusan."

"Kan gue udah bilang, gue sama Taksa ngelakuin itu atas dasar taruhan, doang." Joana mengingkari janjinya dengan Taksa yang-untuk tidak memberitahu siapapun soal taruhan bodoh itu. Ia merasa harus memberitahu Caca saat ini. Alasannya? Ntahlah, mungkin Caca salah satu teman yang mengerti dirinya, bahkan Caca juga tahu bahwa Joana menyukai Doy. Jadi persahabatan mereka emang seterbuka itu.

"Tapi kalian satu langkah lebih dekat, kan?"

"Ya, deket yang deket aja gitu, kayak deket karena simbiosis mutualisme."

"Masa?"

Joana memandang Caca dengan tatapan aneh.

"Lo udah hampir dua bulan deket sama Taksa, Jo. Dan gak mungkin hanya sebatas itu."

"Terus lo ngarepin gue sedeket apa? Dia cinta mati sama cewe lain, coy. Ah helah!"

"Ya terus?"

"Ya terus~" Joana meledek Caca dengan nada yang sangat menjengkelkan. "Mikir pake otak!"

"Ck! Lo pikir deh kalo misal Taksa cinta mati sama cewe lain, kenapa dia harus manfaatin lo. Maksudnya lo cewe. Gitu, loh."

"Ya terus dia harus manfaatin siapa? Laki? Emangnya dia gay?"

"Lo bodoh apa emang otak lo gak ada sih?? Gak ngerti banget daritadi." Kesal Caca. Ia terlalu capek berbicara dengan Joana.

Joana tertawa pelan, "Kan gue udah bilang, dia tuh cuma pengen tau kalo dia worth gak di mata Syaluna. Makanya gue."

"Ya dari semua cewe di kampus ini kenapa harus elo? Apalagi lo sama dia dulu gak pernah memiliki hubungan yang baik."

"Ya, mungkin gara-gara dia tau kalo gue suka sama Doy, makanya itu kesempatan dia buat manfaatin gue."

"Classic!"

"Apenye?"

"Lo buta apa gimana? Taksa itu lelaki maha tampan yang terlalu aduhai, Jo. Dan dia gak perlu tuh ngancem-ngancem lo segala cuma untuk nunjukin worth it nya dia ke cewe yang dia sukai. Taksa tuh tinggal milih doang kalo soal cewe, bahkan gue yakin 1000% cewe bakal mau tanpa cuma-cuma di jadiin bahan worth it worth it-an tuh laki seperti kata lo barusan."

Joana berdecak, "Gue gak buta dan gue juga pernah bilang itu ke dia..."

"Dan jawabannya?"

"Karena gue adalah Joana."

DENGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang