Dua hari sebelum Joana wisuda, Taksa collapse, dan segera di larikan ke rumah sakit. Tiba-tiba saja gusi Taksa berdarah lalu muntah darah yang sangat banyak, dan setelah itu tak sadarkan diri. Dan setelah beberapa jam di periksa Dokter, Taksa akhirnya sadar, syukurnya, tidak sampai koma seperti tempo hari, tetapi tetap saja Taksa harus opname beberapa hari sampai dirinya benar-benar pulih.
Joana masuk ruangan Taksa, karena lelaki itu masih di ICU dengan beberapa selang di tubuhnya, Joana di haruskan steril dengan memakai Gaun Protektif Khusus yang wajib di gunakan untuk menjenguk Taksa saat ini. Pembesuk pun terbatas, setelah Shareef dan Sonya keluar ruangan, Joana langsung di persilahkan oleh kedua orang tua lelaki yang ia cintai itu.
"Hei." Sapa Taksa saat melihat Joana berjalan ke arahnya. Ia menegakkan tempat tidurnya dan membuka selang oksigen di hidungnya.
Joana tersenyum, ia mendudukkan diri, ia tidak bisa menggenggam tangan Taksa karena tubuh Taksa masih rentan terkena bakteri- begitu kata Dokter sebelum dia memasuki ruangan ICU ini. Belum lagi antara ruang Taksa dan dirinya di batasi oleh kaca saat ini.
"Sakit ya?" Tanya Joana lirih. Ia melihat tubuh Taksa yang di hiasi alat rekam jantung yang timbul
di balik kemeja pasiennya, belum lagi tangan lelakinya di penuhi oleh berbagai infus. Taksa begitu pucat, tetapi ia masih bisa tersenyum dan matanya masih memandang Joana dengan bahagia."Tadi sakit. Tapi pas liat kamu sakitnya ilang."
Joana bisa melihat binar Taksa yang tulus saat mengatakan itu.
"Pengen peluk." Sambung Taksa, lagi.
"Aku juga. Tapi nanti, ya? Kalo kamu udah balik ke kamar inap kamu, sekarang gak bisa soalnya kita kayak lagi di pingit hehe pake di batesin kaca segala." Joana meraba kaca yang di depannya itu.
Taksa menganggukkan kepalanya, "Kamu gak pa-pa?"
"Ya enggak lah." Jawab Joana sambil tersenyum pahit, "Tapi aku harus baik-baik aja, kan?"
"Jangan di paksain, sayang." Lirih Taksa.
Joana terdiam tak bergeming, ia menunduk sambil memainkan jarinya yang berada di paha.
"Kamu kenapa? Ada yang mau kamu sampein ke aku?" Tanya Taksa.
Joan mendongak, ia terlihat ragu untuk menyampaikan sesuatu.
"Ada apa, sayang? Kenapa?"
"Aku.. pengen nikah sama kamu abis wisuda. Aku udah ijin sama mama-papa aku. Dan aku juga udah bilang sama mama-papa kamu. Mereka udah setuju." Jelas Joana.
Taksa menatap Joana sendu, "Jangan aneh-aneh, Joana. Kamu tau sendiri kalo itu gak mungkin."
"Kenapa? Kenapa sampe gak mungkin?"
"Jo.. Jangan gini..Setiap aku ngejelasin hal ini sama kamu, itu gak berakhir baik, Jo. Aku gak mau kamu sedih lagi."
Joana memandang Taksa serius, "Sa.. Aku pengen nikah sama kamu supaya aku bisa selalu 24 jam bareng kamu. Aku gak mau kayak kemaren, yang tiba-tiba aku di telpon sama Hema kalo kamu gak sadarkan diri. Aku gak mau kayak gitu lagi, aku pengen jadi orang pertama yang tau kalo kamu lagi kesakitan. Aku gak mau jadi orang yang selalu kaget dengan dering telpon soalnya takut ada kabar yang gak baik berasal dari telpon itu. Aku gak mau, Sa. Aku gak mau."
KAMU SEDANG MEMBACA
DENGAN
Romance[[[SELESAI]]] Tentang, Aku, Kamu, & Dia yang rumit karena kebetulan, kebetulan yang menyakiti aku, kamu, dan dia dengan waktu yang terperangkap oleh takdir dan dipisahkan pula dengan alasan takdir -July, 2021