Taksa Shankara Shareef, lelaki itu menikmati tegukan terakhir dari kopi hitamnya, ia menikmati kopi hitamnya sampai akhir tanpa sisa, setelah itu mulai menyalakan pematik api untuk menyalakan rokok ketiganya hari ini.
Taksa sekarang berada di Warung Babeh-tempat yang sudah ia anggap sebagai rumah keduanya sedari ia SMA. Sebenarnya Warung Babeh ini bukanlah sebuah 'Warung' seperti namanya, Warung Babeh ini bahkan terlalu mewah untuk disebut sebagai 'Warung'. Bagi Taksa Warung Babeh ini lebih ke Coffee Shop Hits yang terletak di tengah Kota Bandung dan cocok untuk selebgram-selebgram nongkrong berjam-jam.
Menurut kabar yang beredar, Warung Babeh ini sudah berdiri sejak dua puluh tahun yang lalu, dan di awali dengan sebuah warung kecil toserba, Jadi maklum saja jika tempat ini dinamakan Warung Babeh. Dan seiring berjalannya waktu tempat ini diubah menjadi lebih baik dari hari ke hari. Taksa sendiri merasakan perubahan itu. Sekitar lima tahun yang lalu, saat Taksa dan teman-teman nya pertama kali menemukan tempat ini, ia melihat perabotan di Warung Babeh ini tidak sebanyak sekarang, bahkan ia melihat mesin-mesin kopi baru yang limited edition dan satu set meja billiard dan perlengkapannya saat baru masuk tadi. Babeh benar-benar semakin kaya dan semakin didepan!
"Siah kamana wae, Boy?" Kata Januar-atau yang kerap dipanggil Babeh oleh Taksa dan teman-temannya. Januar adalah seorang tokoh dibalik kata Babeh di warung ini dan sudah jelas juga bahwa dialah pemilik Warung Babeh ini. Januar pria asli Bandung, makanya logat Sunda nya sangat kental.
"Kangen ye, Beh?" Bukannya menjawab, Taksa malah bertanya dengan pertanyaan menggelikan, yang membuat Babeh menggidik geli.
"Geli anying!" Balas si Babeh sambil menoyor kepala Taksa.
Bukannya sakit hati Taksa hanya terkekeh karena sudah terbiasa dengan kata-kata kasar dan perlakuan kasar lelaki 40-an itu. Bahkan dia dan teman-temannya juga bicara sangat santai dengan si Babeh, dan itu murni permintaan Babeh sendiri, biar jiwa mudanya selalu ada katanya. Dan akhirnya, Babeh menyesal karena Taksa dan teman-temannya benar-benar memperlakukan nya seperti mereka semua sahabatan.
Babeh sudah mengenal Taksa sejak lima tahun yang lalu, dari usaha dia yang belum ada apa-apa nya di banding sekarang. Taksa dan teman-temannya selalu menjadikan warungnya sebagai basecamp para lelaki itu, Babeh sudah menganggap Taksa dan teman-temannya seperti anak sendiri, bahkan Babeh menyiapkan ruangan khusus untuk Taksa dan teman-temannya di warungnya itu.
"Inget umur! Udah tua jangan kebiasaan ngomong kasar." Tegur Taksa bercanda. Babeh menghiraukan dan ikut duduk sambil merokok bersama Taksa. "Yang lain mana, Beh? Tumben banget gue kesini pada kosong." Tanya Taksa.
"Gatau aing juga, bentar lagi paling." Kata babeh. Terkadang Babeh emang sering mencampur bahasa Sunda dan bahasa Indonesia, asalkan aing-maneh nya masih ada. Pokoknya sesuka babeh saja!
"Maneh kemaren-kemaren kemana? Kok udah jarang kesini?" Tanya Babeh sambil menjentikkan ujung rokok yang sudah jadi abu itu ke asbak diatas meja.
"Biasa Beh. Taksa sekarang lagi jadi budak cinta." Ucap seseorang yang baru datang dan langsung menjawab pertanyaan Babeh yang sebenernya untuk Taksa tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
DENGAN
Romance[[[SELESAI]]] Tentang, Aku, Kamu, & Dia yang rumit karena kebetulan, kebetulan yang menyakiti aku, kamu, dan dia dengan waktu yang terperangkap oleh takdir dan dipisahkan pula dengan alasan takdir -July, 2021