"Owen langsung line gue tau kemaren, terus barusan dia juga gak masuk, katanya juga lo udah punya suami-can you explain it, Joana? Kenapa Owen bisa bilang kayak gitu?" Cerocos Caca.
Mereka sudah memulai percakapan sejak saat Caca dan Joana berpas-pasan di koridor Kampus tadi. Dan akhirnya mereka memilih mengobrol di sudut kursi panjang Kampus yang lumayan sepi.
"Ngasal gue, soalnya gue juga bingung nolak nya gimana."
"Waktu itu aja minta cariin cowo, sekarang udah ada malah di tolak. Mau lo apa sih, Joana?" Tanya Caca sedikit kesal.
Joana tergelak, "Jujur, gue sendiri aja gak tau mau gue sendiri apa dan lagian gue minta cariin cowo waktu itu juga gara-gara taruhan konyol itu, kan?"
Caca mengangguk, "Terus kabar taruhan lo sama Taksa itu sekarang gimana?"
Joana melepas kunciran rambutnya sebentar, lalu menyisir rambutnya pake jemarinya, "Gak tau deh, kayak gue maupun Taksa juga gak pernah bahas itu lagi, like kayak gak pernah terjadi aja, gitu."
"Taksa beneran deketin lo?"
"Ya kayak yang lo liat aja gimana?" Tanya Joana balik. "Tapi kadang gue juga ngerasa aneh, sih."
"Aneh gimana maksud lo?"
Joana berpikir sebentar, "Nah itu gue juga bingung, cuma gue kayak masih belum yakin gitu Taksa falling in love with me seperti yang dia bilang. Kayak yang lo tau aja sih Ca, Taksa itu berurusan sama gue karena dia pengen buktiin perasaannya sama Syaluna, kan? Makanya dia nyuruh gue buat pura-pura suka sama dia terus kenapa ujung-ujungnya dia jadi suka sama gue? Ya, gak? Ga masuk akal banget!"
Caca mengangguk kepalanya, "Mungkin karena cinta datang karena telah terbiasa?"
"Dih? Se-dangdut itu?"
Caca terkekeh, "Lagian dari dulu udah ke tebak tau, Jo. Gue juga udah pernah bilang kan? Dari sebanyak cewe di kampus yang suka sama dia kenapa dia harus milih lo-yang gak suka sama dia, harus pura-pura suka sama dia? There's something with that guy! Gue udah sering bilang, padahal."
Joana memutar kedua bola matanya, "Dan gue juga udah sering bilang, dia ngelakuin itu karena dia tau gue suka sama Doy, dan dia ngancem gue dengan itu, Cantika."
Caca berdecak, "Tapi tetep aja, aneh."
Joana berpikir, "Tapi gue pernah mikir gini tau Ca, kayak-Apa jangan-jangan dia juga pura-pura suka sama gue ya? Biar keliatan lebih real, gitu. Jadi si Syaluna nya makin baper, gitu."
"Umm.. Bisa jadi?" Caca melirik Joana, "But you dont have feelings with that guy, right?"
Joana termenung.
"Jo?" Caca menyenggol lengan Joana, "Do you love him?"
Joana menggeleng, "No! Of course i dont. Tapi tetep aja bakalan sakit kalo dia ternyata cuma pura-pura suka sama gue."
"Why?"
"He's so sweet dan gue gak munafik, gue nyaman sama dia. Tapi gue juga sadar diri sih makanya gak mau terlalu jatuh. Syukurnya pertahanan gue cukup kuat untuk menghadapi cowo kayak Taksa." Joana tersenyum kecil di akhir kalimat.
Caca kembali menatap Joana, "Dan gimana kalo ternyata dia emang beneran suka sama lo?"
Joana kembali termenung beberapa detik setelah itu ia menguncir rambutnya tinggi, "Itu lebih aneh, sih. Kayak kok bisa gitu? Jadi kalo gue boleh milih, lebih baik dia pura-pura suka sama gue daripada beneran suka sama gue."
"Lah? Aneh?"
Joana tersenyum, "Lo lupa gue emang udah aneh dari dulu?"
"Alasannya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
DENGAN
Romance[[[SELESAI]]] Tentang, Aku, Kamu, & Dia yang rumit karena kebetulan, kebetulan yang menyakiti aku, kamu, dan dia dengan waktu yang terperangkap oleh takdir dan dipisahkan pula dengan alasan takdir -July, 2021