Joana Inara—perempuan bersurai hitam kecokelatan itu termenung menatap buliran air hujan yang menetes dibalik jendela cafe yang ia tepati saat itu. Dalam lamunannya ia selalu bertanya-tanya apakah benar hujan itu ada karena langit yang menangis melihat kelakuan manusia yang terlalu hina sehingga membuat langit sedih? Tetapi tentu saja, langit tidak bisa mengutarakan perasaannya tersebut secara lantang ke manusia. Jadi jalan yang diambil oleh langit adalah dengan menumpahkan kekesalannya melalui air matanya ke bumi yang dinamakan hujan oleh manusia.
"Sedih juga jadi langit.." Iba Joana dalam hati. Dia terlalu memposisikan diri sebagai langit saat ini makanya terlalu terbawa oleh suasana. Bisa saja nanti tiba-tiba dia menangis dan itu tak lain dan tak bukan hanya karena hujan yang jatuh diluar sana.
Aneh, bukan?
Jujur saja Joana sebenarnya tidak begitu tertarik tentang filosofi hujan tersebut. Namun, di keadaan seperti ini dia selalu memikirkan hal-hal random yang kadang suka muncul begitu saja diotak kecilnya. Joana bahkan selalu mengkhawatirkan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu untuk ia pikirkan sama sekali.
Seperti misal tentang, "Duh, alien diluar angkasa kedinginan gak ya kalau hujan begini?"atau lebih ngaco lagi, "Kalau misal alien sakit gara-gara hujan gimana ya? Kan bodrex atapun panadol produksi nya gak sampe sana?" dan disambung dengan, "Ah, apa jangan-jangan mereka saling ngompres ya kalau sakit?"
Kemudian, setelah itu, ia tertawa sendiri karena pikirannya terlalu jauh diluar nalar logika manusia normal pada umumnya dan perempuan itu segera cepat-cepat mengalihkan pandangannya dari hujan. Karena, kalau tidak, bisa-bisa dia akan menjadi wanita gila dalam waktu dekat ini.
Joana memutuskan untuk memesan makanan untuk ketiga kalinya dari semenjak ia terjebak di cafe itu. Kali ini dia memesan kentang goreng untuk menemaninya menunggu hujan reda yang entah kenapa jatuh terlalu lama pada siang hari ini.
"Lama-lama disini, gue bisa kalap. Semoga pas kentang ini abis hujannya juga berhenti deh." Gerutu Joana kecil sambil mencolek saus sambal dengan kentang gorengnya lalu melahapnya dengan rakus.
Perempuan itu kemudian menyusuri pandangannya ke seluruh penjuru Cafe. Dalam hati, ia berharap ada seseorang yang ia kenal agar bisa menemaninya berbicara untuk mengusir rasa gabutnya. Joana ini adalah tipe cewek yang supel dan selalu berbicara kapanpun dan dimanapun. Makanya saat ini mulutnya terlalu gatal karena tidak ada lawan yang bisa dia ajak untuk berbicara.
Namun, tak lama, pandangan Joana seketika terhenti di pojokan cafe yang berada dekat dengan kasir. Disana terlihat ada sepasang kekasih—Joana tidak tau pasti mereka sepasang kekasih apa bukan tetapi mereka kelihatannya sangat dekat karena mereka terlihat begitu fokus dengan pembicaraan mereka. Bahkan, suara petir yang membuat Joana terkejut setengah mati tidak membuat obrolan mereka terputus saking intensnya obrolan itu.
Jadi wajar saja 'kan Joana berpikir seperti itu?
Joana pun semakin menfokuskan dirinya menatap dua sejoli itu. Dia hanya merasa pemandangan itu begitu romantis karena ikut turut merasakan kebahagiaan atas adanya seseorang disisi kita saat hujan seperti ini. Joana pun tersenyum sendiri dibuatnya. Dia baru sadar ternyata dia juga bisa memikirkan hal-hal romantis seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
DENGAN
Romance[[[SELESAI]]] Tentang, Aku, Kamu, & Dia yang rumit karena kebetulan, kebetulan yang menyakiti aku, kamu, dan dia dengan waktu yang terperangkap oleh takdir dan dipisahkan pula dengan alasan takdir -July, 2021