55. Taksa butuh Joana

2.6K 318 62
                                    

"Doy.." Panggil Joana riang menghampiri sahabatnya yang menunggunya di luar ruangan dosen pembimbingnya.

"Gimana?" Tanya Doy cemas-cemas.

"Sukses! Gue disuruh lanjut ke Bab selanjutnya!!" Girang Joana heboh.

Senyum Doy semakin merekah, ia memeluk Joana sekilas, "Joana keren!" Doy menepuk puncak kepala Joana membuat Joana tersenyum, sombong.

"Mau kemana? Hari ini lo gue traktir. Sekalian lo mau revisian, gak? Gue temenin deh ampe subuh." Kata Joana terkekeh di akhir.

"Kemana aja asal sama lo." Doy masih menperhatikan Joana yang terlihat cantik dengan gaun hitam formal serta rambut yang semula sepunggung ia pangkas menjadi sedikit di atas bahu.

Joana berpikir, "Kemana, ya? Mau nongkrong aja gak? Tapi mampir kostan gue dulu. Baju gue gak nyaman."

"Pake ini aja, sih. Cantik."

"Geli."

"Gue serius."

Joana hanya menahan senyum, "Padahal waktu itu lo marah-marah pas gue potong rambut."

"Gue cuma marah-marah. Gue gak pernah bilang lo jelek rambut pendek." Jelas Doy.

Membuat Joana terdiam dengan semburan merah di pipinya, Doy yang melihat sontak terkekeh,

"Dih pipinya merah."

Joana menangkup pipinya dengan tangan, "Enggak ya??"

"Orang iya??"

"Engga sih??"

"Iya sih??"

Joana melotot, "Gue bilang enggak ya enggak."

Doy tertawa, "Hahaha. Iya enggak, udah ah matanya biasa aja takutnya bola mata lo malah loncat."

Joana hanya mendengus, lalu berjalan mendahului Doy. Membuat Doy terkekeh lagi dan mengikuti Joana.

Sudah dua bulan berlalu sejak kejadian di rumah Taksa waktu itu, dan Joana tidak pernah bertemu dengan Taksa lagi. Joana melanjutkan hidupnya sebagaimana mestinya, meski kadang kenangan-kenangan ia bersama Taksa selalu muncul dipikirannya, ia mencoba cepat-cepat menepis, Joana juga menyibukkan dirinya dengan menyelesaikan skripsi nya secepat yang ia bisa. Ia berpikir lama kelamaan dia akan melupakan Taksa seperti bagaimana ia melupakan Jefri waktu itu. Ini semua hanya masalah waktu.

Dan bukan hanya Taksa yang Joana hindari. Joana pun menjauh dari Jefri, Lucas dan Yuki. Alasannya? Karena ia merasa tidak punya hak untuk mengambil teman Taksa. Ia hanya menjauh dari kehidupan dan lingkungan lelaki itu. Joana benar-benar seperti Joana sewaktu menjadi mahasiswa baru.

Lagian Joana sudah memiliki Doy. Hubungannya dengan Doy kian hari semakin dekat layaknya orang pacaran. Sewaktu Joana pulang dari rumah Taksa waktu itu, Doy ternyata sudah menunggunya di kostannya. Doy bilang dia ingin memperjuangkan Joana sebagaimana yang harus ia lakukan dari dulu, Joana awalnya menolak tetapi Doy dengan gencar mendekatinya dan pada akhirnya Joana membiarkannya saja.

Semakin kesini dengan adanya Doy, Joana sedikit teralihkan. Ia tidak terlalu begitu memikirkan Taksa. Doy juga tidak akan membiarkan waktu Joana kosong sehingga Joana tidak memiliki waktu untuk berpikir tentang Taksa. Dan Joana bersyukur Doy ada disampingnya saat ini, ia merasa lelaki yang tulus padanya hanya Doy.

Joana sempat berpikir, jika di umur 25 tahun tidak ada laki-laki yang akan menikahinya, ia akan menikahi Doy saja. Ia bersungguh-sungguh dan itupun kalau Doy masih menyukainya, sih.

"9 bulan lagi kita wisuda." Celetuk Joana tiba-tiba saat sudah mendudukan diri di jok mobil milik Doy.

"Gue kira 9 bulan lagi lo lahiran."

DENGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang