31. Rival & Bestfriend

3.2K 476 104
                                    


"Ye si bocah taunya disini." Ucap Lucas. Ia dan Taksa baru saja datang dan melihat Jefri duduk sendirian di babeh dengan minuman beralkohol di tangannya. "Lah mabok?!"

Sejak camping tempo lalu, Jefri dan Taksa tidak pernah lagi bertemu, di kampus pun jika mereka mendapatkan kelas yang sama mereka saling pura-pura tidak mengenal, bahkan setiap Lucas memancing lewat grup chat tidak ada respon balasan dari Taksa maupun Jefri. Dan tak disangka akhirnya mereka berkumpul lagi setelah lebih dari satu Minggu sejak kejadian di camping.

"Gue balik, deh." Singkat Taksa. Lelaki itu hanya tidak ingin bertemu Jefri, ia bingung bagaimana harus bersikap, paling tidak sampai dia mengerti perasaannya sendiri.

"Eh anjing! Jangan pada kayak anak kecil kenapa sih!?" Teriakan Lucas menahan langkah Taksa. "Kalo ada masalah tuh selesaiin baik-baik, jangan kabur-kaburan!! Kita tuh temenan gak satu bulan dua bulan woi! Udah bertahun-tahun, anjing. Kalian gak kasian gue apa?! Gue cape jadi di tengah-tengah terus." Lucas benar-benar bingung menghadapi dua temannya ini, mereka akhir-akhir ini lebih sering berantemnya daripada ngumpul seru-seruan.

"Kenapa Kas? Maneh kenapa teriak-teriak? Kedengeran ampe bawah." Tiba-tiba Babeh datang dengan tampang heran.

"Au dah urus deh dua bocah lu, Beh. Cape gue! Slek mulu." Lucas jengah lalu mendudukan badannya di depan Jefri.

Sementara Taksa akhirnya pasrah ia pun ikut duduk di samping Lucas, ia tidak boleh terus menghindar seperti ini. Jefri adalah temannya sejak kecil, ia tidak harus diam-diaman seperti ini.

"Ada apa? Masalahnya apa?" Kini Babeh duduk diantara Jefri dan Taksa. Ia pun menuangkan minuman beralkohol ke gelas lalu memberikannya ke Taksa dan Jefri, "Minum dulu, sok. Biar ceritanya lancar."

"Haelah si Babeh anak orang disuruh mabok, ntar pulangnya pada gimana? Gue lagi yang di repotin." Keluh Lucas.

"Kalem! Ada gudang bisalah buat mereka tidur bareng." Saut Babeh.

Jefri pun tertawa singkat, ia mengangkat gelas dan meminumnya tandas. Sementara Taksa bergeming ia hanya bingung mau memulai obrolan dari mana.

"Maneh gak minum, Sa?" Tanya Babeh.

"Gue abis ini mau ketemu seseorang, jadi gak dulu." Tolak Taksa.

Jefri berdecih dengan pandangan yang tidak fokus, lelaki itu sudah dalam tahap mabuknya, ntah sudah berapa gelas sedari tadi ia teguk, "Ketemu siapa lo? Joana?"

"Bukan urusan lo."

Tawa Jefri pecah, "Lo emang keren, Sa! Punya temen sendiri masih aja lo embat. ck! ck! ck!"

"Bentar deh, Bentar! Ini masalah cewe?" Potong Babeh saat melihat Taksa menatap Jefri nyalang.

Tidak ada yang menyaut. Tapi Lucas dengan sigap menganggukkan kepalanya dan meletakkan jari telunjuk di depan mulut untuk menyuruh Babeh jangan bersuara dulu.

"Gue bongkar aja ya biar enak." Jefri memulai obrolan lagi setelah cukup lama terdiam. "Gue liat lo pelukan waktu itu. Di dapur umum. Sama Joana."

Tak ada yang bersuara. Semuanya diam.

"Katanya gak akan suka Joana. Katanya cuma stuck sama Syaluna. Katanya selamanya Syaluna. Katanya gak ada cewe di hati lo kecuali Syaluna. Katanya katanya katanya TAI HAH?!" Semprot Jefri mengamuk.

"...."

"Mana janji lo sama gue, hah? Mana janji lo yang bilang lo gak akan ngasih harapan ke Joana? Mana janji lo yang bilang, kalo lo gak akan suka sama Joana? Mana, Bangsat?!!!"

"Gue gak suka sama Joana." Saut Taksa.

"HAHA LO ANJING SA! LO TAU GAK KALO LO ANJING, HAH?! Lo pikir gue gak ngeh selama ini? Gue ngeh, Sa! Gue ngeh! Gue peka! Dan yang selalu jadi pertanyaan gue tuh ya, lo bilang lo gak suka sama Joana tapi sikap lo kenapa malah ngelakuin sebaliknya?? Sikap lo ke Joana nunjukin lo cinta mati ke Joana, lo bahkan gak pernah lakuin hal-hal yang lo lakuin ke Joana buat Syaluna, padahal lo selalu koar ke semua orang kalo cewe yang lo cinta itu adalah Syaluna."

DENGANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang