Pintu mobil terbuka. Lalu dua tas besar diturunkan dari bagasi, oleh pemilik sepasang kaki jenjang yang mengenakan sepatu Yves Saint Laurent Espa Monogram.
"Ayo, turun. Kita akan tinggal sebentar di sini."
Tak lama kemudian, sepasang kaki kecil memakai sandal bergambar Naruto, tiba-tiba meloncat. Lalu pintu mobil ditutup.
"Mami, Ala mau balik ke Jakalta aja!"
Wanita cantik berambut keriting panjang itu seketika menoleh, bibirnya tersenyum pada bocah lelaki gemuk di belakangnya.
"Kita cuma sebentar, kok"
####
Kemuning, menghempaskan tubuhnya di sofa. Terasa lega telah membereskan segalanya di rumah baru. Rumah tua dari kayu sebenarnya, tapi ditata apik dengan segala ornamen baru pada tiap sudutnya.
Dia merasa bersyukur bisa menemukan rumah sewa ini sejak bulan lalu, atas bantuan Jihan sahabatnya.
"Penulis itu keren, ya. Totalitas banget. Mau nulis sesuatu, datang bener ke tempat yang bakal ditulis. Riset! Apalagi kamu, Kem. Pantas, semua karyamu laris di pasaran sampai difilmkan. Ceritanya hidup! Fakta!" puji Jihan, saat mereka bertemu di Bosta Rocca, butik Jihan di kawasan Jakarta Selatan.
Kem hanya tersenyum, matanya bergerak mengagumi produk fashion hasil karya Jihan. Cewek keturunan Arab itu, menjadi salah satu desainer muda paling berpengaruh di Indonesia saat ini. Karya-karya banyak diminati, termasuk jadi langganan para artis. Bagi Kem, Jihan jauh lebih luar biasa.
"Kaulah yang hebat, Jihan. Prestasi bagus, usaha lancar..."
"Tapi belum menikah!" potong Jihan sambil pura-pura mengelap air mata dengan imutnya.
"Apa urusannya? Memang pernikahan itu prestasi? Kan jodoh ditangan Tuhan"
"Btw, aku sudah 32 lho"
"Terus?"
"Kamu 30, udah nikah sama Arsa dan punya Ara. Seharusnya aku kayak kamu tuh... nikah paling lambat umur 27. Pasti dah gendong anak juga"
"Terus kenapa kamu nggak nikah? Banyak yang mau kan, tapi kamu pilih-pilih?"
Jihan mengangguk sedih,"Iya"
"Jangan khawatir. Menikah belum tentu bahagia, kok!"
Kem, tak ingin berpura-pura atas kasus rumah tangganya. Mereka menikah hampir 5 tahun, tetapi tak pernah merasa "bersama" dalam waktu selama itu. Hubungan mereka seperti hanya berusaha bertahan, dan tak menolak jika akhirnya berakhir.
Tak ada yang berselingkuh!
Ini cuma soal jenuh.Jenuh belajar menerima dan memahami kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Arsa merasa diri lebih hebat, tapi kenyataannya, prestasi bininya yang paling membuat orang berdecak kagum.
Dan Kem, merasa jijik dengan sikap pongah lakinya yang jumawa dan senang dipuja. Tak mau tersaingi."Kalau bukan karena menikah dengan Arsa Kesuma, putra dari Kesuma, mana mungkin namamu terdongkrak? Aku, kaya dari lahir. Ngetop dari lahir. Nama kakekku bahkan jadi nama jalan. Nah, kamu? Baru dikenal tulisannya juga setelah menikah denganku kan?"
Kem memandang jijik pada anak manja tukang menghabiskan warisan orangtua itu. Entah mengapa dulu dia sangat mengagumi, hingga pasrah diajak menikah.
Arsa memang tidak playboy. Dia setia. Tapi sifat arogannya sungguh membuat Kem ingin muntah. Mereka jadi kerap bertengkar, sampai akhirnya memilih hidup terpisah. Belum cerai, tapi sudah seperti jatuh talak. Masing-masing merasa senang jika berjarak.
"Mami, ada anyak olang bawa celendang utih. Mau nali apa, ya?" teriak Ara dari jendela.
Kem cepat bangkit, bergegas dia mendekati jendela. Tangan Ara mengarah pada rumah besar warna hijau yang tak jauh dari rumah sewa mereka.
Benar, ada banyak orang memakai baju hijau dan selendang putih yang diikat di pinggang.
"Mau pentas kali, ya"
"Meleka mau nali dimana, Mi?"
Kem menggeleng. Tapi tiba-tiba, pintu rumah diketuk.
"Saya Pak Nagara. Tetangga sebelah. Baru pindah, ya?"
Kem tersenyum pada pria tua itu, lalu mengangguk. "Iya, Pak. Saya Kemuning, dan itu Ara anak saya. Baru pagi tadi"
"Oh, begitu. Kapan-kapan mampir ke rumah. Ada istri dan anak-anak saya"
"Baik, Pak. Terima kasih"
Pak Nagara mengangguk, lalu berjalan menjauh menuju rumah sebelahnya. Kem kembali mendekati Ara yang masih duduk di jendela.
"Mami, meleka bukan mau nali. Meleka bawa mayat..."
Kemuning terpekik. Lalu bergegas menutup jendela.
(Bersambung)
KAMU SEDANG MEMBACA
Suku yang Hilang
Mystery / ThrillerKemuning berusaha fokus menulis cerita untuk novel barunya agar kembali bestseller hingga difilmkan. Dia kemudian tertarik mengungkap fakta sejarah, tentang Suku Selendang Putih Gunung Salak, Bogor. Konon, suku ini sering menunjukkan jejak di sepan...