Anggada, mengendarai mobilnya di antara kabut. Dia sedang meeting di daerah Puncak, dan juga berkeinginan untuk sekalian mencoba mencari Kemuning di Kampung Salaka, Cibogo.
Tetapi telpon dari pihak kepolisian membuat pikirannya galau. Jiwanya juga makin kacau, ketika membaca berita online.
Mengapa Elsera sampai bisa ditemukan mati terbakar di kamarnya, bersama kekasih barunya?
Benarkah dia sedang hamil?
Benarkah dia dibunuh dulu, sebelum dibakar?Anggada menangis. Dia sangat sedih.
Elsera, adalah wanita yang dia nikahi. Dia cintai. Sampai dia bertemu Helen Siger, wanita yang membuatnya nyaman dan bahagia sekali.
Andai tak terjadi perselingkuhan itu, apakah Elsera kini masih bisa bahagia bersamanya? Bukan malah mati mengenaskan seperti ini?
Anggada benar-benar merasa menyesal, telah melukai hati wanita itu. Air matanya semakin deras. Dia lupa tentang kondisi tajam jalur Puncak, yang dilewati saat hujan di malam hari. Hingga mobilnya tiba-tiba nyaris menabrak mobil yang menyalib. Anggada membanting stirnya tiba-tiba, tetapi mobilnya, malah terjungkir balik.
Lampu-lampu terang tampak ganas berkilauan. Anggada mencoba membuka matanya, tetapi dia merasakan perihnya pecahan kaca. Cairan kental tiba-tiba dirasakannya begitu banyak di tubuhnya. Lalu tiba-tiba, dia merasakan sepasang tangan lembut yang menyentuh wajahnya.
"Ayo, Mas. Kita pergi ke surga." bisik pemilik tangan lembut itu.
"Elsera?" tanya Anggada, sebelum terkulai tak berdaya.
****
Kem masih sibuk penasaran soal Lathi Sera. Lalu dia bertanya pada Umima.
"Raja yang mengirimnya ke dapur, dan kau tidak bisa berbuat apa-apa. Satu sisi kau kasihan, tetapi di sisi lain, Raja tak ingin terjadi lagi kasus Dewi Rosa jilid 2. Apa kau lupa itu?" kata Umima.
Kem hanya mengangkat bahu. Semua terjadi begitu cepat, dan dia banyak tidak tahu.
"Apa Lathi Sera anak yang baik, Umi?"
Umima mengangguk,"Anak itu justru tidak mirip Dewi Rosa. Dia juga pekerja keras. Dan di luar dugaan, dia ternyata sangat menyayangimu"
"Benarkah?"
"Ya. Mungkin karena dia merasa kau Kakak dari ibunya. Meski bukan kakak kandung. Atau mungkin, karena kau juga menyayanginya?"
Umima lalu mengisahkan, bahwa Permaisuri sebetulnya sangat menyayangi Lathi Sera. Meski dia menjadi babu yang bertugas membantu kinerja koki istana dan asistennya, tapi Permaisuri tetap mempedulikannya.
"Kau selalu memberinya pakaian-pakaian bagus. Perhiasan. Bahkan kamar yang paling indah, di antara kamar para pekerja istana. Bahkan Lathi Sera kau ikutsertakan dalam kelas belajar para anak bangsawan. Permaisuri, kau menolong anak itu terlalu banyak. Meski ibu dari anak itu, kejahatannya bikin sesak!" jelas Umima.
Kem tersenyum, lalu mengalihkan pandangan pada Cahaya, yang sedang bersiap untuk pindah ke Keputren Permaisuri. Gadis itu, semakin cantik, meski penuh kesederhanaan. Dia mirip dengan Siger, tapi sifatnya tidak. Cahaya lebih lembut, sabar, dan banyak tersenyum. Dia juga tidak suka berdandan.
"Ayahandamu, sebentar lagi juga akan membuatkan Keputren yang semewah Siger. Cuma nanti. Sebab Ayah sedang memilih-milih desain yang sesuai untukmu, yang istimewa." kata Kem, sambil membelai rambut Cahaya yang kini memeluknya.
"Aku tidak butuh Keputren. Aku butuh selalu dekat dengan Ibunda," sahut Cahaya, sambil mencium pipi Kem.
"Ibu juga, Nak..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Suku yang Hilang
Mystery / ThrillerKemuning berusaha fokus menulis cerita untuk novel barunya agar kembali bestseller hingga difilmkan. Dia kemudian tertarik mengungkap fakta sejarah, tentang Suku Selendang Putih Gunung Salak, Bogor. Konon, suku ini sering menunjukkan jejak di sepan...