#44: Menembus Tembok

1.5K 268 13
                                    

"Apa yang kau lakukan, Permaisuri?!"

Teriakan itu, seakan menggelegar ke seluruh penjuru Kaputren. Kem melangkah dengan santai menuju wanita yang masih terlihat lemah itu. Nyi Larang, belum pulih benar, tapi ternyata, dia cukup kuat untuk melangkah menuju Kaputren Permaisuri, dengan dayang-dayang yang setengah mati berusaha menahannya.

Kem sudah memperkirakan, bahwa Nyi Larang akan marah, karena dia mengirimkan Tisah ke penjara. Ini bukan soal mulut Tisah yang berbisa, juga soal sepak terjangnya di penjara. Tetapi Punggawa Sorta menemukan hal yang juga mengerikan.

"Tisah memasukkan banyak pelacur ke istana, lewat jalur pintu barat. Untuk memuaskan para prajurit, saat dulu Nyi Larang dan Turk bermesraan. Ini semacam sogokan. Awalnya begitu, tetapi lama kelamaan, para pelacur itu mendapat tempat di istana," lapor Sorta.

"Tidak pernahkah tercium olehmu, sebagai Punggawa? Ada apa dengan kerajaan ini? Kemana pula Patih Jemoga dan Raja? Haruskah Permaisuri juga yang menjaga pintu barat istana?" tanya Kem, marah.

"Ampun, Permaisuri. Selama ini, pintu barat dikuasai Nyi Larang, karena langsung mengarah kepada Kaputrennya. Beliau pula yang memilih prajurit, dayang, serta orang-orangnya sendiri. Tanpa bisa kita sentuh sedikitpun, karena itu perintah Raja Dewawarman,"Sorta membungkuk dengan hormat.

"Tapi masa iya, tidak ada satupun dari kita bisa menembusnya?"

"Maaf, Permaisuri. Raja sendiri dulu jarang berkunjung ke sana. Apalagi Permaisuri, yang tak menyukai Nyi Larang. Bahkan Patih Jemoga dan saya juga tak bisa sekedar memantau ke sana. Baru setelah ada perintah dari Permaisuri, saya bisa menjebol benteng besi Kaputren itu," kembali, Sorta membungkuk hormat.

Kem menghela nafas, saat melihat Nyi Larang kini dipapah para dayang. Kemarahannya tampak menyedihkan. Sebegitu kuatnyakah pengaruh wanita itu, dengan memanfaatkan sifat konyol Permaisuri yang manja dan kekanak-kanakan?

Dan kini, Nyi Larang baru sadar jika sifat Permaisuri itu sudah berubah total. Dewi Larasati kini sadar takdirnya sebagai Permaisuri, yang harus juga mampu mengendalikan konflik internal kerajaan. Harus dewasa, matang, serta cerdas dalam segala hal.

"Aku tahu, kau marah tentang Tisah. Bukan begitu, Nyi Larang? Tetapi bukankah kau harus mendukung kebijakan Permaisuri? Atau kau malah terlibat dengan Tisah, yang seenaknya memasukan pelacur ke dalam istana untuk para prajurit? Oh, atau kau juga menutup mata atas sepak terjangnya menerima sogokan dari banyak orang agar bisa bekerja di istana?"

Nyi Larang tercengang, dia tak menyangka Permaisuri membongkar kedok Tisah dan sepak terjangnya sebagai "Permaisuri Bayangan"

"Tapi kau tidak bisa segegabah ini, Permaisuri. Kau... kau tidak memikirkan nasib Nagara tanpa Tisah?"

"Ada banyak manusia di bumi ini, mengapa kau hanya berpikir cuma Tisah yang bisa mengasuh Nagara?"

"Tapi..."

"Nagara akan memiliki perawat khusus untuk selalu mengontrol kesehatannya. Tabib akan selalu bersamanya"

"Nagara butuh emban pengasuh!"

"Ada Surti"

"Surti?"

"Oh, Syura! Syura akan bertugas khusus memantau para pangeran. Semua anak kita akan didampingi perawat khusus juga nanti, yang membantu kerja Syura"

"Apa artinya ini, kau akan memisahkan aku dengan Nagara?"

"Kau sedang sakit, fokuslah dengan penyembuhan. Pikirkan anakmu! Sementara itu, biar Nagara kuurus. Aku akan mengembalikan padamu, jika kau berjanji untuk sembuh!"

Suku yang HilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang