"Surti?!"
Kemuning hampir pingsan saat membuka pintu. Dia melihat sosok pembantunya itu kembali.
"Ibu Keeem...."
Surti cepat memeluk majikannya itu sambil menangis. Hampir setahun dia mudik ke Jawa. Menghilang atas saran Kem dulu. Tetapi entah kenapa, dia rindu kembali bekerja. Cuma dia takut ke Jakarta. Trauma. Dia memilih ikut salah satu yayasan penyalur pembantu di Bogor. Seorang pria atas nama Anggada, minta dikirimkan seorang pembantu pada penyalur itu.
Mana dia tahu, jika dia akan bertemu majikannya lagi?
Surti, juga menangis memeluk Ara, dan Nina yang sempat dikenalnya. Surti makin menangis saat tahu bahwa Naga bapak Nina telah tiada.
Tapi, reuni dengan Surti, ternyata tidak lama. Kemuning cepat meminta Surti untuk membantunya.
"Kita harus pergi, Surti!"
"Kemana, Bu?"
Kemuning, tak tahu lagi harus ke mana. Telpon dari Anggada, yang membuatnya bergegas menyeret Ara dan Nina untuk secepatnya pergi dari rumah pengacara itu.
"Berita Vina tertangkap di bandara sedang heboh, dan dia pasti akan mengungkap tentang keterlibatan aku yang menyembunyikanmu. Aku bisa mengatasi masalahku. Tapi kau, harus cepat menghilang dari rumahku. Ini bukan soal polisi, aku cuma takut jika yang menemukanmu duluan justru si Arsa..."
"Aku, aku harus ke mana?"
"Pokoknya menjauh saja. Asal jangan ke luar negeri. Belajar dari kasus Vina! Kita juga jangan saling berkomunikasi dulu. Cepat buang nanti nomor ponsel ini. Sebab sangat berbahaya. Jika kau ingin aku menemuimu, kirim surat saja. Dengan kode rahasia"
"Kode rahasia?"
"Ya, katakan saja kode-kode wilayah tempat ingin bertemu"
"Contohnya? Oh, Tuhan. Mas, aku tidak mengerti"
"Dengarkan. Misal kau ingin aku menemuimu di Puncak, Bogor. Maka kirim pesan: Top, Rain City
"Aduh kok gitu?"
"Ya, sudah ikuti saja"
"Kalau di kota lain?"
"Kasih tunjuk saja icon kota tersebut"
"Terus?"
"Tambahi pesan berupa nomor ponsel terbarumu. Tapi gunakan Bahasa Inggris atau Jerman"
"Aku tak bisa bahasa Jerman"
"Ya, sudah. Bahasa Jawa juga boleh"
"Mas!"
"Kem"
"Mas?"
"Dari lantai tiga ini, aku bisa melihat Arsa bersiap memasuki kantorku. Hati-hati Kem, jaga dirimu dan dua anak kecil itu!"
"Maaaaas....."
Itulah komunikasi terakhir. Sebelum Kem mengemasi barang, membuang nomor ponselnya, dan berlari bersama Ara, Nina dan Surti yang masih kebingungan.
Bersyukur, Kem bisa mendapatkan taksi dan dapat bergerak menjauhi Depok. Tak ada pilihan lain, mereka harus kembali ke Bogor, meski Suti ikut dibawa. Pastinya itu pilihan berat, tapi Kem hanya terpikir untuk berlari cepat ke Cibogo.
Dia tak peduli, sekalipun harus kembali terjebak di dunia pararel seperti Kampung Salaka.
###
Kedua pria itu saling berhadapan. Arsa bertepuk tangan, menertawakan kebohongan Anggada tentang Kem, yang diperolehnya dari Vina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suku yang Hilang
Mystery / ThrillerKemuning berusaha fokus menulis cerita untuk novel barunya agar kembali bestseller hingga difilmkan. Dia kemudian tertarik mengungkap fakta sejarah, tentang Suku Selendang Putih Gunung Salak, Bogor. Konon, suku ini sering menunjukkan jejak di sepan...