Kem meletakkan buku Fakta Suku yang Hilang, karya Erlangga Sohir, seorang peneliti sejarah lokal. Dia melirik Ara, yang tampak tertidur di sofa, usai makan kenyang. Gerimis telah usai, kini suasana senyap dan redup, di siang hari yang mestinya terik panas.
Tak ada yang menyarankannya untuk riset tentang Suku Selendang Putih atau Karembong Bodas. Tapi buku Erlangga Sohir, betul-betul telah membius rasa penasarannya. Telah diperkirakannya, jika risetnya tajam dan mendalam, maka novel terbarunya nanti pasti kembali laris manis dan jadi rebutan produser film.
Hanya yang tidak Kem perkirakan, adalah proses perjuangan untuk riset di tempat yang bahkan tak ada listrik, dan sedikit menyeramkan, dengan membawa balita usia 4 tahun!
Tetapi dia memilih wilayah Cibogo, yang dalam buku Fakta Suku yang Hilang, disebutkan sebagai posisi terakhir keberadaan suku yang hilang saat zaman penjajahan Belanda.
Mereka, terdiri dari para pria dan wanita yang hanya mengenakan pakaian tradisional. Disebutkan, mereka mengenakan selendang putih keperakan yang diikat di pinggang. Hidup dalam komunitas sendiri, tak bercampur dengan masyarakat pedesaan setempat, dan mereka menganut kepercayaan Karuhun atau Leluhur. Bukan Hindu, ataupun Islam yang sudah berkembang sejak abad ke-14 di wilayah tersebut.
"Dan mereka terakhir terlihat di kaki Gunung Salak, pada tahun 1699, saat gunung tersebut meletus, diiringi gempa bumi yang kuat. Mereka bukan dari klan Kerajaan Pajajaran yang menjunjung Prabu Siliwangi, bukan pula dari Kerajaan Galuh ataupun Tarumanegara. Mereka konon keturunan jauh sebelum itu, koloni penghuni pertama dari awal masa Kerajaan Salaka Nagara, yang konon justru merupakan kerajaan tertua di nusantara.
Orang menyebut mereka sebagai Urang Kolot atau Sepuh, atau juga Suku Karembong Bodas, karena mereka selalu memakai selendang putih yang berkilau keperakan... " (Erlangga Sohir: Fakta Suku yang Hilang)
Dalam imajinasi Kem, dia sudah membuat format cerita romansa ala percampuran kisah masa lalu dan saat ini. Dimana tokohnya, seorang gadis remaja yang liburan di vila Cibogo, tersesat di Gunung Salak dan bertemu cowok tampan dari Suku Karembong, dan dibawa ke masa lalu.
Tapi sekarang, Kem malah gelisah sendiri usai bertemu Dewawarman. Sebab fakta sejarah menyebutkan, nama itu justru adalah nama raja pertama Kerajaan Salaka Nagara.
Apakah benar, dirinya telah bertemu orang dari masa lalu?
Jika itu benar, entah mengapa, Kem malah jadi takut untuk melanjutkan project menulisnya.
"Jadi pulang lusa?" tanya Jihan, saat Kem meneleponnya.
"Kayaknya, sih. Makin ngeri di sini. Tadi aku bertemu pria berbaju tradisional kerajaan gitu, dan dia mengaku sebagai Dewawarman. Dan katanya aku Dewi Po.. Pohaci Larasati. Dan si Ara katanya si Salaka"
"Waduh, serius?!"
Kem menghembuskan nafasnya dengan kesal,"Kalau cerita begini, mana ada kan orang yang percaya? Kayak nggak masuk akal!"
"Terus, mereka siapa?"
"Aku baca buku sejarah tadi, ternyata Dewawarman itu nama raja pertama di Kerajaan Salaka Nagara. Lalu Dewi Pohaci Larasati itu, ternyata nama permaisurinya"
"Kalau nama Salaka?"
"Di catatan sejarah tidak disebutkan itu siapa"
"Orang itu sekarang kemana?"
"Lari masuk hutan"
"Aduh, ini udah nggak bener. Balik, balik besok ke Jakarta! Ini sudah sangat bahaya. Kamu baru saja bertemu dengan jin!"
"Hah?"
"Iya, pokoknya baca ayat kursi. Ngaji banyak-banyak. Nanti aku telpon Ayun, biar bisa kunjungi kamu besok. Dia dan suaminya lagi di Jakarta, bantuin aku mempersiapkan butik cabang baru yang di Kelapa Gading. Kamu sabar ya, pokoknya harus berani. Ingat, besok kalian sudah pulang..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Suku yang Hilang
Mystery / ThrillerKemuning berusaha fokus menulis cerita untuk novel barunya agar kembali bestseller hingga difilmkan. Dia kemudian tertarik mengungkap fakta sejarah, tentang Suku Selendang Putih Gunung Salak, Bogor. Konon, suku ini sering menunjukkan jejak di sepan...