Surti, ribut mengeluh karena dipaksa hanya memakai kemben, layaknya para abdi dalem istana. Kem menyuruhnya untuk diam dan patuh.
"Kita ini sedang diuber Arsa, Surti. Jadi terpaksa mabur kemari. Sudah, turuti saja. Penting kita aman" kata Kem, sambil sibuk merapikan mahkota di kepalanya, yang berupa logam perak seberak 1,5 kilogram. Membuat kepalanya pusing.
"Tapi ini tempat apaan sih, Bu? Sumpah, serem lho. Masa kita ikutan main jadi wayang orang? Ini semacam ketoprak, ludruk, apa apaan ya Bu? Bingung saya"
"Dunia ini panggung sandiwara, Ti. Sudah, anggap saja kita sedang main sinetron"
"Ada kameranya, Bu?"
"Iya, tapi tersembunyi"
"Kayak CCTV di rumah Ibu dulu?"
"Semacam itu"
"Ini nanti bakal ditayangin di Indosiar, RCTI, SCTV, NET, MNC TV, TV One apa Metro TV ya Bu?"
"Di Youtube kayaknya"
"Kapan?"
"Entah"
"Saya mau telpon keluarga di kampung dulu, Bu. Biar pada nonton"
"Aduh, jangan. Pamali. Syuting belum kelar"
Surti patuh. Dia lalu sibuk memperbaiki kain hijau dan baju beskap yang dipakai Ara.
Sementara Kem kemudian menatap sosoknya di cermin. Dengan baju ala pengantin Sunda, dia berasa seperti ingin menggelar akad nikah. Tapi kata para pelayan, inilah baju seorang permaisuri. Repot dengan mahkota besar super berat pula di atas kepala.
Mereka tinggal di sebuah kompleks bangunan khusus yang sangat mewah. Dari jendela kamarnya, Kem bisa melihat kompleks bangunan di seberang yang hanya dibatasi taman bunga. Kompleks bangunan itu, tak sebesar dan semewah tempat mereka. Dan ternyata, itu tempat Nyi Larang.
Melihat itu, Kem menjadi sedih. Dia turut prihatin dengan derita wanita itu. Sebenarnya dia istri pertama suami, tapi karena suaminya menjadi raja atas dukungan keluarga istri kedua, maka Nyi Larang malah hanya bisa menjadi selir.
Kem salut, dengan kesabaran wanita itu menghadapi konflik bathinnya. Dia berdamai dengan hati, demi anaknya, Nagara. Pelayan menyebutkan usianya sudah 10 tahun. Kasihan juga anak itu. Karena dia hanya dianggap anak selir yang tak bisa memimpin.
Tapi Kem tahu sejarah Salaka Nagara. Anaknya, Salaka, justru tak akan menjadi raja. Malah Nagara yang kelak memimpin usai Dewawarman mangkat. Bahkan menurut Nawang Sari, justru demi kelangsungan darah tuturan asli bangsawan, maka Nagara juga kelak akan menikahi Siger, anak Dewi Pohaci Larasati.
Kem menerka, mungkin itu semacam upaya menghalau sumpah Aki Tirem, jika Dewawarman tak mampu mengusung Salaka menjadi Raja. Meski Salaka tak menjadi Raja, tapi Siger kelak menjadi Permaisuri Raja.
Semestinya, hal itu bisa dimaklumi. Tetapi mengapa, para manusia dari kerajaan silam ini kembali reinkarnasi? Apa yang harus diperbaiki? Apa yang harus dibayar? Hutang janjikah? Atau hutang nyawa?
Kem duduk di tempat tidur dari besi logam perak yang dilapisi kasur berisi bulu angsa. Entah mengapa, saat berada di kerajaan itu, dia tak lagi merasa letih dan mengantuk. Juga Ara dan Surti. Mereka tampak sehat bugar di sana.
Tiba-tiba pintu terbuka, pelayan memberitahukan jika Pangeran Nagara akan menemui Pangeran Salaka.
Dan Kem, melihat sosok anak kecil itu. Dia mengangguk hormat pada Kem, bersimpuh, lalu bangkit dan meloncat-loncat riang ke arah Ara.
"Salakaaaaa...."
Dan Ara, yang polos, meski belum kenal, terlihat ramah menyambut saja. Tak lama kemudian, mereka sudah bermain berdua, dalam pantauan Surti yang masih sibuk gelisah menggaruk badan. Merasa gatal mengenakan kemben.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suku yang Hilang
Mystery / ThrillerKemuning berusaha fokus menulis cerita untuk novel barunya agar kembali bestseller hingga difilmkan. Dia kemudian tertarik mengungkap fakta sejarah, tentang Suku Selendang Putih Gunung Salak, Bogor. Konon, suku ini sering menunjukkan jejak di sepan...