"Aku senang, kau tak menolak bantuanku!"
Jihan tersenyum pada pria itu. Selama 4 tahun tak melihatnya, kini Jihan bisa memeluk Dokter yang tampan itu.
Wangsakerta, seperti bermimpi. Ketika bebas dari penjara, dia malah disambut wanita yang paling dicintainya, sepanjang hidupnya: Jihan Mentari.
Meski dia harus terluka saat mendengar kisah sedih wanita itu."Aku juga korban, Arsa. Aku diperkosa olehnya hingga hamil, dan melahirkan. Hingga melahirkan Jenar Mentari. Arsa orang jahat, Wangsa!" jerit Jihan, sambil menangis dalam pelukan Wangsa.
"Biadab kau Arsa!"
"Dia iblis, Wangsa. Arsa itu iblis!"
"Ya, aku tahu. Dia juga yang tega memfitnah aku melakukan korupsi!"
"Aku ingin balas dendam padanya. Dia harus mati! Dia sudah terlalu jahat. Bahkan dia tega membunuh orangtuanya demi menguasai hartanya!"
Dokter Wangsa menatap Jihan,"Benarkah?"
Jihan menghapus air matanya, lalu mulai mendongeng di depan Dokter Wangsa.
"Saat itu aku mengalami kecelakaan, tanganku lumpuh. Itu semua perbuatan Arsa! Aku pura-pura dibantunya berobat di Cahaya Mentari, tahunya aku malah ditahan di rumah sakit itu. Sebagai jaminan agar Kemuning kembali! Beruntung aku bisa kabur, karena kasusku viral di media akibat pertolongan perawat yang simpati dan karyawan setiaku di Bosta Rocca. Aku bisa kabur ke London, mengobati tanganku, setelah pulih aku kembali di Jakarta. Tapi.., tapi dia malah memperkosaku!"
"Mati kau Arsa! Di mana dia sekarang?"
"Dia depresi"
"Depresi?"
"Karena dia merasa dihantui arwah orangtuanya!"
"Oh, bagus! Kenapa dia tidak mati sekalian?"
Jihan menghembuskan nafas kuat-kuat,"Kita harus menyiksanya. Aku ingin membuat dia menderita sebelum dia mati"
"Caranya?"
"Kita jebak dia agar menikahiku!"
"Apa?!"
"Tenang, sayang. Ini cuma tak tik. Setelah menikah dengannya, aku punya kesempatan untuk menguasai hidupnya! Dia harus mengakui perbuatan kejinya, padaku! Padamu! Dan pada Kemuning!"
"Te...tetapi dengan kondisi depresi?"
"Itu yang akan jadi mudah, bukan?"
"Tapi, Jihan..."
"Aku punya strategi jitu! Nanti kita bicarakan ini, setelah aku pulang untuk mencari Kemuning"
"Aku ikut!"
"Stt..., kamu di sini. Di rumahku tepatnya nanti. Tunggu saja. Aku tak akan lama. Aku akan pergi, bersama Ibunya Kemuning. Dia tahu di mana anaknya berada. Aku butuh Kemuning, untuk membalaskan dendam kita pada Arsa!"
Dokter Wangsa masih bingung, meski dia seakan tak bisa bersuara. Hidupnya sudah hancur remuk dibuat Arsa. Mau menjalani praktek dokter tak bisa, dihina dan diremehkan orang di mana-mana. Dia jadi putus asa. Pertemuan dengan Jihan, baginya seperti setitik harapan cerah. Hingga apapun yang dikatakan Jihan, dia terpaksa pasrah saja.
****
Elsera, merasa tersanjung. Gio, duda tampan yang seorang PNS, dan kini dekat dengannya, membawanya pada keluarga besarnya. Acara minum teh yang tenang dan damai di pinggir kolam penuh teratai itu, ternyata adalah upaya menunjukkan keseriusan mereka berdua untuk berumah tangga.
Ibu, Bapak, dan Kakak perempuan Gio, langsung menyetujui hal tersebut.
"Kami senang sekali mendengar kabar ini," kata Bapak dan Ibu Gio.
"Elsera wanita yang baik. Suaminya Anggada, yang pengacara terkenal itu selingkuh, jadi dia memilih bercerai. Takdir," jelas Gio.
"Anggada yang Pengacaranya Kemuning?"
Gio mengangguk pada Kakaknya,"Betul, Kak Jenasha. Anggada yang itu."
"Brengsek juga itu si Anggada, ya? Selingkuh dengan siapa?"
"Kawannya Kemuning juga. Helen Siger, yang dulu jadi sekretaris mertuanya Kemuning," sahut Elsera.
"Helen yang ditemukan mati itu?"
Elsera menunduk,"Setelah perselingkuhan itu terbongkar, dia tiba-tiba mati. Aneh sekali. Padahal Anggada dan Helen itu sedang berusaha menangani kasus Kemuning."
Jenasha bergidik,"Baguslah kau cerai dari Anggada. Artinya kau juga jauh dari Kemuning. Saya dan Kemuning itu satu penerbitan. Dia itu junior saya! Tapi lagaknya, sombong sekali. Orangnya juga jahat. Dia menjelek-jelekkan saya di depan produser, agar karya-karya besar saya tidak difilmkan"
"Astaga, benarkah Kem sejahat itu Kak?"
"Semua orang juga tahu sisi buruknya Kem, yang ditutupinya dengan karakter pura-pura baik dan lugu. Alah, dia sama dengan si Helen itu. Ingat video mesumnya dengan Ted Morch yang viral itu kan? Nah, Kemuning memang sebinal itu!"
"Ya, Tuhan. Kemuning..."
"Kemuning itu sering mengatakan hal buruk tentang saya, pada semua orang. Semata karena dia iri. Dia juga pasti diam-diam iri padamu.
Elsera menahan sesak di dadanya. Lama bersahabat dengan Kem, tapi Kem malah tega menjodohkannya dengan pria tak setia seperti Anggada. Belum lagi masalah Helen, yang tega juga Kem sodorkan kepada Anggada. Dia sulit melupakan itu. Dia benci mengingat itu!
"Sudahlah sayang, lupakan masa lalu. Mari kita sambut lembaran baru," bisik Gio, sambil mengelus pundak Else.
"Gio benar, Else. Duh, semoga kalian cepat menikah ya! Oke, Kakak tinggal dulu ya. Mau belanja kebutuhan suami dan anak-anak..."
Jenasha mencium orangtuanya, dan memeluk Else, sebelum pamit. Tetapi kedua orangtuanya masih ingin mengantarnya sampai memasuki mobil.
"Kakakku seorang penulis terkenal, tapi tidak sombong kan?" kata Gio, setelah mereka tinggal berdua.
"Iya, beliau baik. Oh iya, suami Kak Jenasha siapa?"
"Suaminya seorang jenderal pensiunan yang sudah meninggal. Dulu, dia juga diselingkuhi suaminya, dengan seorang mantan TKW. Makanya dia benci dengar kata selingkuh"
"Suaminya selingkuh dengan mantan TKW?"
"Iya, TKW Arab dulunya. Namanya Harvina. Sempat buka salon dulu di Jakarta, Vina Salon. Janda anak satu, tapi katanya anaknya hilang dulu. Hilang karena dititipi sembarang, sementara dia malah kabur ke Arab. Orangnya memang cantik sih, makanya Kakak Ipar saya yang jenderal itu kepincut. Kasihan Kak Jenasha, sampai tersingkirkan"
"Tega, ya?"
"Ya, begitulah. Kini Kak Jenasha menjanda dengan tiga anak. Suaminya itu meninggal..."
"Gio! Gio!"
Bapaknya Gio terlihat berlari-lari cemas dari pintu gerbang, sementara Ibu Gio tampak terkulai pingsan di rerumputan.
"Ada apa, Pak?!"
"Mobil Kakakmu tabrakan di ujung gang!"
(Bersambung)
KAMU SEDANG MEMBACA
Suku yang Hilang
Mystery / ThrillerKemuning berusaha fokus menulis cerita untuk novel barunya agar kembali bestseller hingga difilmkan. Dia kemudian tertarik mengungkap fakta sejarah, tentang Suku Selendang Putih Gunung Salak, Bogor. Konon, suku ini sering menunjukkan jejak di sepan...