"Kakakku baru saja meninggal, mana mungkin kita mendadak harus menikah?"
Suara Gio, sudah diupayakan tertahan. Tetapi terlanjur seperti petir di siang hari bagi Elsera. Kamar itu, ruang tempat mereka bercinta, kini porak-poranda akibat pertengkaran di tengah malam buta.
"Aku hamil, Gio. Kau harus mengerti hal itu." kata Elsera, sambil terisak.
"Tapi ini belum 40 hari, Else. Bahkan belum sebulan. Dan kau ngotot, pernikahan kita dilangsungkan. Kamu mikir nggak sih kondisi keluargaku? Bapak dan Ibuku bahkan sulit makan, nangis terus. Para keponakanku bahkan hampir gila mengenang ibu mereka. Lalu kau minta kita berpesta?" sahut Gio.
"Aku mengerti. Tapi aku tidak minta pesta. Cukup pernikahan sederhana saja!"
"Tidak bisa!"
"Gio..."
"Bisa nggak sih kamu tidak egois?"
"Siapa di sini yang tidak egois? Aku tak mau kita menikah dalam keadaan perutku makin membesar. Ini sudah 2 bulan. Masih ada waktu menutupinya. Bisa cari alasan kan bayi kita lahir prematur? Karena aku tak mau jadi pergunjingan. Aku tidak mau ditertawakan Anggada dan keluarganya, karena kamu tidak bertanggung jawab. Ke luar dari mulut singa, masuk kandang macan!"
Gio menoleh, lalu perlahan mendekati Elsera.
"Siapa yang tidak mau bertanggung jawab? Aku sudah membawamu pada keluargaku. Mereka setuju kita secepatnya mengadakan pesta dadakan untuk menikah. Tetapi tiba-tiba Kakakku Jenasha tewas dalam kecelakaan mobil. Dan aku cuma minta kau bersabar sebentar, untuk memulihkan keadaan"
"Sampai kapan?"
"Gila ya? Orang lagi berduka dipaksa gembira? Mikir napa, El?"
"Semua orang pernah berduka. Pernah kehilangan. Tapi apa iya harus berlarut, sampai melupakan kondisi orang yang masih hidup?"
Gio menggeleng,"Tidak kusangka, ya. Ternyata kamu itu orang yang tidak berperasaan. Kau yang menggodaku untuk melakukan hubungan seks sebelum menikah. Kau juga yang tak mau menggugurkan anakmu, karena kau bilang kau pengen punya anak, karena kau sulit hamil dari Anggada. Lalu sekarang, kau tumpahkan semua kesalahanmu itu, padaku?"
"Kau memang tak berniat menikahiku. Kematian kakakmu cuma kau jadikan alasan!"
"Terserah! Terserah apa yang kau bilang. Tapi kini aku tahu, mengapa si Anggada sampai menyelingkuhimu! Mungkin apa yang dia rasakan, itu sama seperti apa yang aku rasakan sekarang. Kau selalu menuntut untuk dimengerti. Tapi kau tidak pernah berpikir, bahwa banyak wanita di luar sana yang jauh bisa mengerti kondisi seorang pria. Lalu kemudian, wanita sepertimu menyalahkan mengapa pria bisa berselingkuh!"
"Gio!"
"Menyesal aku menidurimu. Enak pun tidak terasa bagiku. Jangan-jangan kau ini malah bunting dengan pria lain!"
Plaaaaakkk!!!
Tamparan keras dari Elsera, cepat melayang ke wajah Gio.
"Setan! Lemes ternyata mulutmu, ya? Anjing banget kamu! Bagaimana dengan keadaanmu sendiri? Dicerai istri tanpa kesalahan, memang ada? Pria tak bertanggung jawab dan ingin menang sendiri, istri mana yang tahan? Kau ragukan pula ini bukan anakmu? Asal kau tahu, ya. Anggada lebih memuaskan darimu. Kelaminnya tidak kecil seperti kamu, juga dia lebih perkasa. Bisa berjam-jam. Bukan cuma 5 menit udahan!"
"Wanita sundal sialan!"
"Aku pun menyesal tidur dengan lelaki bertitit mungil dengan durasi bercinta lebih cepat dari kereta. Ngotor-ngotorin doang. Wanita mana juga yang mau denganmu bangsat?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Suku yang Hilang
Mystery / ThrillerKemuning berusaha fokus menulis cerita untuk novel barunya agar kembali bestseller hingga difilmkan. Dia kemudian tertarik mengungkap fakta sejarah, tentang Suku Selendang Putih Gunung Salak, Bogor. Konon, suku ini sering menunjukkan jejak di sepan...