49. Gak Penting Katanya

72 14 0
                                    

"Jadilah seperti air putih, sederhana namun sangat berarti"
-Daffa-



🔥Happy Reading🔥


"Gue anter lo pulang yaa," pinta Daffa menjinjing tasnya.

"Kalau nyokap gue usir lo lagi gimana?"

"Kan cuma di usir dari rumah, enggak di usir dari bumi, kan?" kekeh Daffa.

"Terserah lo dehh. By the way, gue gak langsung pulang,"

"Loh-?"

"Mau ke basecamp,"

"Ohh iya, lupa kalau Alia udah jadi ketua," goda Daffa.

"Jadi gimana? Tetap mau ikut?"

"Enggak deh, lain kali aja. Udah cukup kemarin penderitaan gue,"

Alia tertawa pelan. Memang kemarin Daffa hanya menjadi penonton, lebih tepatnya sedang menonton drama para ciwi-ciwi.

"Van," panggil Daffa menoleh ke arah Vano.

"Anak-anak habis ini suruh ikut gue,"

"Mau kemana emang?" sambung Faiz yang tak sengaja mendengarkannya.

"Ada urusan yang harus di selesaikan,"

"Oke, udah gue bilang di grup chat," jawab Vano yang langsung menuruti perintah Daffa.

"Daff, gue duluan yaa," pamit Alia merapikan buku-bukunya.

"Ohh iya, hati-hati Alia."

Alia mengangguk dan mulai menjauh dari posisi duduk Daffa.

***

"Mau pulang?" tanya seseorang yang menahan tangan Alia.

"Iya," ketus Alia.

"Gue anterin yaa, sekalian gue juga di panggil sama nyokap lo."

"Enggak, gue ada urusan lain. Lebih baik lo duluan aja," tolak Alia.

Seseorang itu adalah Farel. Yups, Farel memang di suruh Laras untuk menjemput Alia karena tak ingin anaknya berdekatan dengan Daffa.

"Gue ikut,"

"Kan tadi di panggil sama nyokap gue. Yaudah mending lo duluan,"

"Gue di suruh sama nyokap lo buat anterin lo pulang," jelas Farel.

"Ohh iya. Kata nyokap gue, lo udah nerima perjodohan itu?" tanya Alia mengalihkan pembicaraannya.

Farel mengangguk pelan.

"Kenapa lo gak ngomong dulu sama gue?"

"Buat apa ngomong sama lo? Itu udah jadi keputusan gue kok. Masalah lo terima atau enggaknya, itu urusan lo dan gue gak keberatan dengan apapun keputusan lo!"

"Kok bisa-bisanya lo terima itu?"

"Karena gue mau,"

Alia membuang nafasnya dengan kasar. Harus bagaimana lagi agar bisa menolak perjodohan ini.

"Gue mau belajar mencintai lo. Menurut gue, lo itu pantas buat di perjuangin dan gue gak mau sia-siakan kesempatan ini," sambung Farel memegang bahu Alia.

Alia tak menghiraukan ucapan demi ucapan yang di lontarkan Farel kepadanya, menurutnya cinta tak dapat di paksakan bukan. Lantas untuk apa Alia menerima seseorang yang ia tak cintai.

My Name Is Alya (Alia?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang