54. Terungkap

129 17 28
                                    

“Ekspetasi mu terlalu serius, untuk semesta yang kadang suka bercanda”
-Alia-


✨Happy Reading ✨

"Lo yakin mau anterin gue pulang?" tanya Alia saat sudah berada diparkiran sekolah.

"Kenapa enggak?"

"Gue takut terulang lagi untuk kesekian kalinya,"

"Gue gak peduli mau diusir mau dimarahin. Niat gue cuma satu, nanya sesuatu ke nyokap lo,"

"Yang tadi?"

"Lebih baik lo cari tau sendiri,"

"Maksudnya?"

"Alia, jangan marah yaa kalau lo tau sebuah rahasia besar," Daffa menyamakan tubuhnya dengan Alia sembari menyampirkan anak rambut Alia.

Alia mengernyit bingung sekaligus penasaran.

Melihat raut wajah Alia, Daffa pun terkekeh pelan. "Gak usah dipikirin, ada saatnya lo tau semuanya," Daffa menepuk bahu Alia.

"Oh iya, lo gak ke basecamp dulu kan?"

"Enggak deh, gue capek banget hari ini. Gue juga udah kabarin anak-anak kok," jawab Alia tersenyum tipis.

Daffa mengangguk mengerti dan segera memberikan helmnya kepada Alia.

Alia pun menerimanya dan menyusul Daffa yang sudah berada diatas motor.

Selama perjalanan pulang, tidak ada satupun yang membuka suaranya. Alia masih saja memikirkan kata demi kata yang diucapkan Daffa kepadanya.

"Lebih baik lo cari tau sendiri"

"Alia, jangan marah yaa kalau lo tau sebuah rahasia besar"

"Gak usah dipikirin, ada saatnya lo tau semuanya"

Kata-kata itu lah yang terus saja terngiang-ngiang dipikiran Alia. Sebuah teka-teki baru untuknya.

"Mau makan dulu gak?" tawar Daffa sedikit mengeraskan suaranya agar Alia dapat mendengarnya.

Alia tampak menimang-nimang tawaran Daffa.

"Enggak usah deh, makan dirumah aja."

Daffa memanggut-manggut walaupun tidak dapat dilihat oleh Alia.

Hening, hingga mereka sampai dirumah Alia.

Alia turun dari motor diikuti Daffa dibelakangnya.

"Daff, gue ragu," Alia menoleh kebelakang menatap Daffa yang tengah menyugar rambutnya.

"Gapapa Alia,"

"Nekat banget sih lo, ngeyel lagi!" sindir Alia, ia memilih jalan tepat disamping Daffa sembari menggenggam erat jaket Daffa.

"Kalau gak penting juga gue gak akan senekat ini," batin Daffa, jujur ia merasa gugup setelah lama tidak merasakannya.

"Nyokap lo mana?" tanya Daffa mencairkan suasana.

"Mungkin dikamar, lo duduk aja dulu. Biar gue samperin."

Daffa mengangguk dan langsung menuruti perintah Alia. Sedangkan Alia menaiki satu demi satu anak tangga dengan perasaan sedikit ragu.

Alia mengetuk pintu kamar Laras, sepertinya mamanya sedang santai bermain ponsel di ranjang.

"Mah,"

"Masuk aja,"

Alia segera membuka handle pintu kamar mama-nya, begitupun dengan Laras, ia segera membenarkan posisinya.

My Name Is Alya (Alia?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang