“Nyatanya orang ceria bukan berarti orang yang paling bahagia”
-Daffa-✨Happy Reading✨
(Part-nya panjang, bacanya pelan-pelan aja sambil didalami)
•
•
saat ini, anggota inti Graventas tengah makan dikantin. Sebenarnya Daffa malas bertemu dengan orang banyak hari ini, namun perutnya tidak bisa diajak kompromi."Makan, Daff. Kalau gak mau, biar gue aja yang makan.." ujar Dylan yang sedang memakan makanannya.
Mendengar ucapan Dylan, Daffa langsung memakan makanannya. Sayang kalau dianggurkan begitu saja. Hihihh
"Halo epribadehhh," teriak Salma dan Dilla menghampiri tempat anggota inti Graventas makan.
"Berisik lo!" celetuk Vano kesal.
"Tau, ganggu kenyamanan orang makan aja!" tambah Faiz.
"Yaelah, emang gue ganggu apa? Padahal cuma nyapa doang." Salma memanyunkan bibirnya sembari melipat kedua tangannya didepan dada.
"Ngomong-ngomong lihat Alia gak?" tanya Salma.
"Dia gak masuk," jawab Daffa pelan yang masih bisa didengar.
"Kenapa gak masuk? Sakit? Atau ada urusan? Atau ada hal lain gitu?" tanya Salma lagi.
Anggota Graventas hanya diam tidak ada yang menjawab. Tidak ada yang merespon dan menanggapi, Salma pun bertanya kembali. "Lo semua dengar gue gak sih? Gue nanya nih, masa gak ada yang jawab?!"
Lantas Daffa bangkit dari duduknya dan menggebrak meja kantin yang membuat semuanya tercengang.
"Lo temannya kan?" ujar Daffa dengan tatapan datar.
"Iyalah,"
"Lo punya handphone? Punya nomornya? Kenapa gak nanya sendiri, apa harus gue pinjemin?" ucap Daffa dengan tatapan tak bisa diartikan.
"Y-yaudah, santai aja dong. Gue nanya baik-baik kok, lagipula biasanya dia bareng kalian kan," jawab Salma gugup. Jujur ia baru pertama kali melihat Daffa dingin seperti ini.
Daffa merogoh sakunya, dengan cepat ia mencari keberadaan handphonenya. Ia menaruhnya dimeja kantin. Setelahnya ia pergi meninggalkan anggota Graventas, Salma dan juga Dilla.
"Lo sih Sal, ribet banget! Daffa kalau lagi marah susah dibujuknya!" gumam Vano semakin kesal.
"Yaa, maaf. Lagian gue nanya ke kalian gak ada yang jawab satupun!"
"Terserah lah!" Vano bangkit dari duduknya, ia juga pergi meninggalkan tempat itu diikuti anggota inti Graventas kecuali Angga yang tengah membayar pesanannya tak lupa membawa handphone Daffa.
"Kok pada salahin gue sih?" tanya Salma pada Dilla yang sedaritadi masih disampingnya.
"Emang lo salah!" tambah Dilla.
"Ihh kok lo juga nyalahin gue sih? Kan gue nanya keberadaan Alia doang. Masa sampai segitunya--"
Belum sempat Salma melanjutkan ucapannya, Dilla terlebih dahulu memotongnya.
"Ehh bentar-bentar, Alia sama Daffa kayaknya lagi bertengkar deh. Iya gak sih?"Salma mengangguk setuju, "kayaknya sih. Tapi gak tau juga lah. Yuk makan, gue laper nih!"
***
Alia membuka pintu rumahnya pelan. Saat sampai kedalam rumah, Alia dan Aletta sudah disambut hangat oleh bi Surti.
"Non Alia, non baik-baik aja kan? Bibi khawatir banget semalam, karena non gak pulang.." ucap bi Surti membuat Alia tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Name Is Alya (Alia?)
Ficção AdolescenteFOLLOW sebelum membaca! Daffa Stone, remaja yang memiliki banyak permasalahan setelah kehadiran Alya Isabella didalam hidupnya. Bukan hanya permasalahan tentang percintaan remaja, namun banyak hal yang ia hadapi. Alia Isabella, yaitu kembaran Alya...