63. Berbohong

77 16 18
                                    

Hanya waktu yang mengetahui,
kamu takdir atau sekedar hadir”

Happy reading!


"Maksud lo apa, Van?" tanya Alia tak mengerti sekaligus tak percaya.

"Daffa nyelamatin lo."

"Jadi.. yang ketabrak bukan cuma gue?" tanya Alia tak percaya. Vano mengangguk pelan sebagai jawaban.

"Terus kondisinya gimana sekarang? Dia dimana?" Alia mengkhawatirkan keadaan Daffa, matanya perlahan mengeluarkan air mata.

"Dia belum sadar,"

"Gue mau ketemu dia, Van. Anterin gue ketemu dia,"

"Enggak, Al. Lo harus istirahat sekarang, nanti aja ya lo ketemu Daf--" belum sempat melanjutkan ucapannya, Alia sudah terlebih dahulu memotongnya.

"Gue udah gak kenapa-kenapa, pliss Van."

"Yaudah," Vano menyetujuinya, lagipula Alia sudah memohon-mohon padanya tak mungkin Vano bisa menolaknya.

Vano membantu Alia bangkit dari brankarnya, ia juga membawa kursi roda untuk Alia, mengingat Alia baru siuman.

Vano dan Alia berjalan menuju kamar Daffa dirawat yang tak jauh dari kamar rawat Alia. Vano membuka pelan pintu kamar rawat Daffa, terdapat Daffa yang tengah terbaring tak berdaya disana.

Alia mendekat, ia menggenggam jari jemari Daffa. "Daff, gue disini. Gue baik-baik aja sekarang, lo harus bangun."

"Janji jangan tinggalin gue ya?" kata Alia yang sudah berderai air mata.

"Al, lo harus istirahat, sekarang lo hubungi nyokap lo. Takutnya nanti khawatir," tutur Vano lembut yang dibalas dengan anggukan kecil dari Alia.

"Gue mau ngomong sesuatu sama lo,"

"Apa?"

"Kepala Daffa terbentur keras, dia harus menjalankan operasi. Lo setuju?" tanya Vano serius.

"Apapun yang terbaik buat Daffa, gue setuju."

***

"Daffa mau dioperasi," ucap Faiz, seketika anggota Graventas menatapnya dengan tatapan yang tak dapat diartikan.

"Benturannya sekeras apa sampai harus dioperasi?" tanya Angga dengan tak bersemangat.

"Gak tau, gue cuma dikabari Vano kayak gitu," jawab Faiz sekenanya.

Dikantin rumah sakit saat ini juga ada Aletta. Dia mendengar semua obrolan antara Faiz, Dylan dan Angga. Tentu saja, Aletta belum terlalu mengerti apa yang dimaksud.

"Bang Daffa gak akan ninggalin Letta kan?" ucap Aletta tersedu-sedu.

Faiz, Dylan dan Angga hampir lupa jika Aletta bersama mereka sekarang ini. Sungguh bodoh!

"Bang Daffa kan sayang sama Aletta, gak mungkin dia ninggalin kamu," jawab Faiz mengusap pelan kepala Aletta. Posisi mereka sekarang berhadapan.

Ditengah keheningan, Alia dan Vano menghampiri mereka yang berada dikantin. Sebenarnya, Vano sudah menyuruh Alia untuk berisitirahat saja. Namun Alia tetap kekeuh ingin memastikan keadaan Aletta, padahal dirinya sudah berbicara jika Aletta bersama Faiz, Dylan, dan juga Angga.

"Letta," panggil Alia, ia langsung memeluk tubuh mungil Aletta.

"Kak Al.."

"Letta gapapa kan? Ada yang luka?" tanya Alia khawatir, sedangkan Aletta menggelengkan kepalanya kecil.

My Name Is Alya (Alia?)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang