“Sekuat-kuatnya manusia, kadang juga pernah ngerasain capek, pengen nyerah, dan butuh dipeluk”
-Daffa-✨Happy Reading✨
Alia memasuki kamar yang disiapkan untuknya. Ia membaringkan tubuhnya dengan tatapan kosong. Lelah yang ia rasakan saat ini."Kenapa harus kayak gini? Kenapa harus Alia yang merasakan ini semua?"
"Alia yakin, dibalik keikhlasan Daffa, pasti ada dendam juga dibaliknya. Maaf Daffa."
Alia meneteskan air matanya, ia membiarkannya terjatuh begitu saja.
Setelah lama menangis, Alia pun tertidur dengan sendirinya.
***
Pagi ini Alia tengah membantu bi Imah menyiapkan sarapan. Walaupun bi Imah sudah melarangnya, Alia tetap kekeuh ingin membantu.
Saat sedang membantu bi Imah, telepon Alia berdering. Dengan segera ia mengangkatnya, "bi, Alia angkat telepon dulu."
Alia mulai menjauh dari bi Imah, dilihatnya nama yang tercantum dilayar ponselnya, Farel.
"Hai-"
"Alia, lo dimana sih? Kenapa gak ngabarin, nyokap lo nanya ke gue. Nyokap lo panik nyariin lo, tau gak? Kalau ada apa-apa tuh bilang jangan ngilang kayak gini!"
"Bisa gak sih nanya satu-satu!"
"Lagian sih lo nya bikin orang khawatir,"
"Yah, gue cuma mau nenangin diri kok. Salah emangnya?"
"Gak salah, Alia. Tapi jangan sampai jangan kayak gini, gak ada kabar sama sekali!"
"Yaudah iya gue salah,"
"Sekarang lo dimana? Gue jemput, sekalian berangkat sekolah."
"Gimana mau sekolah, seragam gue aja dirumah. Lo pikir, gue pergi bawa bawa baju apa?"
"Yaudah sekarang lo dimana, gue jemput dan antar pulang."
"Ehh, jangan. Gue gak sekolah dulu ya hari ini, please.."
"Terserah, yang penting lo sharlock sekarang!"
"Nanti gue pulang kok, lagipula gue bisa sendiri. Lo gak usah khawatir yaa, gue baik-baik aja. Lebih baik lo berangkat sekolah sekarang daripada telat."
"Benar ya? Lo harus ada dirumah hari ini."
"Iya, bawel banget sih lo!"
"Gue bawel karena gue khawatir!"
"Iya deh, sekarang lo-"
Tut!
Telepon dimatikan sepihak oleh Farel."Belum selesai ngomong juga."
Diam-diam Daffa ternyata mendengar semua obrolan Alia dan Farel dari tangga. Daffa hanya dapat tersenyum, ia tidak dapat melarangnya. Ia hanya bisa menahan rasa cemburunya. Karena ia sendiri tau, Alia sudah dijodohkan dengan Farel.
Ingin sekali Daffa menggagalkan rencana itu, tapi Daffa kembali berpikir dia tidak punya hak atas itu. Ia hampir mundur, tapi perasaannya berkata lain.
"Loh, Daffa? Kok di tangga?" tanya Alia yang menyadari keberadaan Daffa yang tampak melamun.
"Enggak. Oh iya, lo mau pulang sekarang? Biar gue antar," ucapnya mengalihkan pembicaraan Alia.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Name Is Alya (Alia?)
JugendliteraturFOLLOW sebelum membaca! Daffa Stone, remaja yang memiliki banyak permasalahan setelah kehadiran Alya Isabella didalam hidupnya. Bukan hanya permasalahan tentang percintaan remaja, namun banyak hal yang ia hadapi. Alia Isabella, yaitu kembaran Alya...