Bab 9: Sudut Pandang

1K 99 12
                                    

Den, Aden di mana? Ibu sama Bapak bertengkar lagi. Barang-barang di rumah banyak yang dilempar pecah.

Aldo menghela napas setelah membaca SMS yang masuk ke ponsel miliknya dari salah satu pembantu di rumahnya. Seperti biasa, orang tuanya kembali bertengkar.

"Dan, gue pergi dulu, ya. Lagi ada urusan mendadak di rumah," katanya menepuk bahu Bondan yang duduk sambil mengunyah gorengan di sampingnya.

Setelah melihat kepergian Adhim yang katanya pulang ke rumahnya di Kediri, Aldo, Bondan, dan beberapa pemuda lain yang mengaku tidak memiliki kegiatan sepakat meluncur ke warung Abah Suta untuk ngopi dan mendiskusikan apa yang akan mereka lakukan selama Adhim yang notabenennya ketua klub motor mereka tidak ada. Khususnya membicarakan mengenai anak-anak yang tinggal di rumah singgah.

Anak-anak itu adalah anak-anak jalanan yang ditolong Adhim dari kekejaman premanisme Bandung, anak-anak yatim piatu yang tidak memiliki rumah dan keluarga, juga anak-anak yang kabur dari rumah karena kebobrokan orang tua dan keluarganya.

Kebanyakan datang dari keluarga broken home. Mereka memilih jadi anak jalanan daripada tinggal di lingkungan keluarga yang tidak bisa melindungi dan memberikan perasaan aman untuk mereka dan malah hanya menyiksa.

Meski sama-sama anak jalanan, mereka datang dari latar belakang yang beragam. Ada anak yang sejak dilahirkan memang tinggal di jalanan karena dibuang orang tua kandungnya, ada yang terpaksa tinggal karena sudah tidak memiliki rumah dan orang tua, ada juga yang tinggal karena tidak memiliki pilihan lain alias karena keadaan.

Adhim pun bertemu mereka dengan cara yang bermacam-macam, begitu juga anggota klub motor yang lain. Ada anak yang ditemukan sedang diperas para preman, ada yang ditemukan saat sedang meringkuk kesakitan entah karena belum makan atau karena habis dihajar, bahkan ada juga yang ditemukan sedang dipukuli warga karena kedapatan mencuri.

Hidup memang bisa begitu kejam bagi sebagian orang yang ada di dunia ini.

Adhim dan teman-temannya menolong mereka. Sebagian di antar ke panti asuhan dan dinas sosial, dan sebagian besar yang tidak mau, diajak Adhim tinggal di rumah singgah yang kemudian ia dirikan itu. Sebagian yang lain, mereka memilih tetap tinggal di jalanan namun masih sering bertemu Adhim dan anggota klub motor sekali-dua kali saat acara Jumat Ceria di rumah singgah. Sekarang, terhitung sudah ada tujuh belas orang anak yang mau tinggal di rumah singgah Adhim.

"Lo mau balik?" respons Bondan setelah menelan kunyahan gorengan di mulutnya yang dijawab Aldo dengan anggukan. "Harus banget sekarang, ya? Bentar lagi Resti sama cewek-cewek yang lain sampek sini. Lo nggak mau nungguin mereka dulu?"

Aldo menggelengkan kepala. "Gue harus pergi sekarang," jawabnya.

Resti yang disebut Bondan adalah salah satu perempuan yang juga menjadi anggota klub motor mereka. Ia saudara sepupu Suta. Bersama dua perempuan yang juga menjadi anggota klub motor, Resti menjadi pengurus rumah singgah yang tugas pokoknya memastikan anak-anak yang ada di sana tetap sehat dan bisa makan dengan baik.

"Ya udah deh. Ati-ati!" balas Bondan.

"Hm," sahut Aldo dengan gumaman. "Guys, gue pamit dulu, ya! Ada urusan mendadak di rumah," serunya lagi ganti menatap teman-temannya yang lain.

"Eh, sekarang juga?" tanya salah satu orang.

"Iya."

"Oke. Ati-ati!"

Aldo mengangguk mengacungkan jempolnya.

Setelah melakukan salam rahasia mereka yang khas dengan semua orang dan berpamitan langsung kepada Abah Suta, Aldo langsung pergi mengendarai motornya dengan ngebut menuju ke rumahnya.

Dunia PelitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang