Bab 48: Soal Keluarga

1.6K 188 59
                                    

Sepulang dari pemeriksaan di rumah sakit, Pelita dan Adhim pergi ke rumah singgah. Mereka mampir ke supermarket dan sebuah rumah makan terlebih dulu sebelumnya untuk membeli banyak jajanan dan makanan yang akan dibagikan kepada anak-anak.

Saat kandungan berusia empat bulan, Allah sudah meniupkan ruh untuknya. Adhim dan Pelita sama-sama ingin berbagi kebahagiaan karenanya. Mereka tidak bisa mengadakan acara syukuran secara gamblang. Namun setidaknya, mereka bisa bersedekah dengan berbagi kepada anak-anak penghuni rumah singgah itu.

Adhim menghentikan mobil Wrangler-nya di pelataran rumah singgah yang luas.

Hari menjelang senja, banyak anak-anak yang sedang bermain-main di sana. Anak-anak itu pun segera menghambur ke arah Adhim dan Pelita begitu keduanya turun dari mobil.

"Bang Adhim! Kak Pelita!"

Nama Adhim dan Pelita diteriakkan anak-anak.

Adhim dan Pelita tersenyum lantas mengeluarkan barang bawaan mereka yang ada di bagasi.

Dari kejauhan, Resti yang mendengar keributan karena kedatangan Adhim dan Pelita keluar dari dalam rumah dan turut membantu pasangan suami-istri itu untuk mengangkut barang bawaannya.

"Terima kasih," ucap Pelita pada Resti yang sudah membantunya.

Gadis itu hanya melirik Pelita sekilas sambil tersenyum simpul kemudian kembali melenggang ke dapur, melanjutkan kesibukannya.

Pelita hanya menatap kepergiannya tanpa mengatakan apa-apa di ruang tengah. Ia kemudian berjalan menghampiri Adhim yang ada di halaman, mengamati laki-laki berambut gondrong itu yang ikut melakukan permainan bersama anak-anak.

"Kak Pelita! Sini! Ayo ikut main!" teriak Mawar, salah satu anak di rumah singgah bernada riang dari halaman.

Pelita yang berdiri di teras tersenyum, melambaikan tangan sambil menggeleng. "Mawar saja yang main. Kakak di sini saja liatin Mawar, Bang Adhim juga teman-teman yang lain."

Mawar mengerucutkan bibir namun kemudian mengangguk. "Iya, Kak." Bibir mungilnya kembali melengkungkan senyum sebelum kembali bermain.

Sebenarnya kunjungan Pelita ke rumah singgah tidak bisa disebut sering. Di kesempatan ini adalah kunjungan ketiganya setelah sekitar tiga minggu lalu kunjungan terakhirnya yang merupakan kunjungan kedua yang dilakukannya bersama Adhim.

Sedangkan untuk kunjungan pertamanya, perempuan cantik itu melakukannya dua minggu setelah akad pernikahannya dengan Adhim bersama laki-laki itu, Aldo, juga Arina. Jadi Pelita sama sekali tidak bisa disebut sering berada di sana. Namun, karena pada dasarnya Pelita memang menyukai anak-anak, perempuan itu langsung akrab dengan anak-anak rumah singgah dan disukai. Beberapa kali Adhim selalu ditanyai anak-anak di mana Pelita ketika laki-laki itu rutin melakukan kunjungannya seorang diri.

Dan mengenai Pelita yang menyebut Adhim dengan sebutan 'Bang Adhim', perempuan itu hanya melakukannya di depan anak-anak karena anak-anak yang memanggil Adhim seperti itu. Untuk dirinya sendiri, Pelita tetap memanggil Adhim dengan sebutan 'Kak Adhim'.

Malam hari setelah menunaikan salat Magrib secara berjemaah, Adhim mengumpulkan semua anak di ruang tamu yang sudah digelari karpet luas berwarna merah. Hendak membagikan jajan dan makanan yang ia beli sebelumnya. Secara lesehan, mereka akan makan malam bersama.

"Semuanya pasti kebagian. Jangan berebut, ya!" kata Pelita sambil tersenyum sementara dirinya dan Adhim membagikan jajan dan makanannya.

"Iya, Kak Pelita," jawab anak-anak serempak membuat Pelita semakin memekarkan senyumnya.

"Sebelum makan yuk kita berdoa sama-sama dulu. Bismillahirrahmanirrahim. Allahumma baarik lanaa fii-maa razaqtanaa waqinaa adzabannaar. Aamiin."

Adhim memimpin doa sebelum makan yang langsung diikuti oleh anak-anak. Mereka pun langsung makan malam bersama setelahnya.

Dunia PelitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang