Bab 31: Diagnosis Dokter

1.2K 138 32
                                    

"Dengan keluarga Saudari Pelita?"

June hendak pergi dengan seorang perawat untuk mengurus administrasi Pelita saat dokter yang menangani gadis itu keluar dari ruang pemeriksaan dan berujar seperti itu.

June yang sudah akan bertolak pun berbalik, menghampiri sang dokter yang berdiri di depan pintu.

"Ada apa, Dokter?" tanyanya.

Arina yang juga berdiri di sana langsung mendekat ke arah June dan dokter laki-laki berusia empat puluh tahunan itu karena ingin tahu bagaimana keadaan Pelita.

"Begini, saya perlu berbicara dengan suaminya. Apakah Anda suaminya?" tanya dokter itu lagi.

Dahi June praktis mengernyit mendengarnya. Begitu pula dahi Arina. Kedua insan itu kemudian saling tatap kebingungan.

Merasa telah terjadi sesuatu yang aneh, June akhirnya meminta Arina pergi menggantikannya mengurus administrasi Pelita di meja resepsionis bersama perawat yang sebelumnya akan pergi dengannya tadi, yang kebetulan masih berdiri di sana, ikut berhenti seperti June saat sang dokter keluar dari ruangan.

"Rin, tolong administrasinya Pelita kamu urus dulu, ya! Biar aku yang bicara sama dokter!" tukasnya lantas mengeluarkan dompet kulit mahalnya dari saku celana dan menyerahkan benda berwarna hitam itu pada Arina.

Karena tidak memiliki pilihan, Arina mengangguk, menerima dompet June lantas pergi menuju meja resepsionis di depan untuk mengurus administrasi Pelita. Meski di sisi lain, gadis itu benar-benar penasaran mengenai apa yang akan dokter katakan. Mengapa dokter itu berkata perlu berbicara dengan suami Pelita? Padahal jelas-jelas, Pelita adalah perempuan yang tidak bersuami alias belum menikah.

Arina menggelengkan kepala mencoba tidak berpikir macam-macam kemudian terus mengayunkan langkah bersama perawat yang tadi.

Seperginya Arina, June kembali menatap dokter yang ada di depannya. "Ada apa dengan Pelita, Dokter?" tanyanya.

"Apakah Anda suaminya?" Bukannya menjawab, dokter itu kembali melempar pertanyaan pada June. "Saya perlu bicara dengan suaminya."

June sempat terdiam. Namun, laki-laki itu kemudian mengangguk samar. "Iya, saya suaminya, Dokter."

Dokter itu langsung mengulas senyum tipisnya. "Kalau begitu mari ikut saya masuk ke dalam!"

June pun masuk ke dalam bersama dokter itu. Di dalam ruangan, ia dipersilakan duduk di salah satu kursi yang ada di depan meja dokter oleh dokternya.

Laki-laki itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan bernuansa putih itu dan menemukan Pelita yang masih berbaring di atas sebuah brangkar rumah sakit dengan kedua mata yang terpejam, tidak jauh darinya di samping kanan. Mungkin berjarak sekitar tiga meter dari tempat duduknya.

Ada selang infus yang menancap di tangan kiri gadis itu. Gaun panjang berwarna lilac yang dipakai Pelita ketika sesi pemotretan pun masih melekat sempurna di tubuhnya kecuali tiara cantik di kepala yang sekarang entah di mana. Jika tidak jatuh, Arina mungkin melepas benda itu tadi ketika masih di studio pemotretan sebelum June menggendong Pelita pergi ke rumah sakit.

"Jadi, ada apa dengan Pelita, Dokter? Dia baik-baik saja kan? Pelita tidak sedang sakit kan?" cecar June menatap dokter yang duduk di depannya.

Dokter itu tersenyum tipis. "Istri Anda baik-baik saja," jawabnya. "Sebelumnya saya ucapkan selamat dulu, karena sepertinya, Anda belum tahu mengenai kabar baik ini," kata dokter itu lagi yang kembali membuat dahi June mengernyit dalam.

"Kabar baik? Kabar baik apa, Dokter?" tanya June.

Dokter itu kembali mengulas senyum tipisnya. "Kabar baiknya, selamat, Anda akan menjadi seorang ayah. Saudari Pelita sedang hamil saat ini."

Dunia PelitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang