Bab 65: Perjalanan Bisnis

1.1K 108 23
                                    

Assalamualaikum. Halooo. Akhirnya update juga setelah sekian purnama di tahun 2024 ini wkwk. Semoga masih ada yang baca, yaa.

Ada yang kangen? 🙈 Maaf banget authornya baru bisa update sekarang. 🙈 Itu pun gara2 insomnia dan nyoba nulis cerita lagi setelah kemarin2 nyentuh cerita cuma buat revisi. Sejak masuk semester tuwir ndak tahu kenapa saya jadi sering kena insom. But anehnya, kalau diajak ngerjain tugas akhir tuh susaaah banget. Adaa aja kendala internal dan eksternalnya. Endingnya malah buka sosmed trus nontonin perdramaan duniawi wkwk. Kampanye capres cawapres lah, berita ini, berita itu, gosip ini, gosip itu. Kalau nggak malah lihat2 info loker yang endingnya juga cuma dilihat aja karena posisi belum bisa memenuhi syarat 'tidak sedang sekolah/kuliah' saat ketemu yang menurut ana cocok kalau ndak kejegal perkara jam terbang. Kebelet pingin punya penghasilan sendiri saya tuhh. Yang stabil ndak gonjang-ganjing hehe. Duh kok malah curhat. Oke, cut sesi curhatnya.

Terima kasiih banyak temen-temen pembaca yang masih setia mengikuti cerita Dunia Pelita. 🙌🏻❤‍🔥❤‍🔥

Sebelum baca yuk nonton trailer singkatnya dulu 🤗

Wdyt? Semoga suka, yaa. 🙈
Temen-temen pembaca tentu tetap bebas membayangkan visual tokoh sesuai preferensi sendiri. Last but not least, happy reading~

🌑🌗🌕

"Kak, ini saya buatin bekal, jangan lupa dimakan, ya."

Pelita menunjukkan sekotak tupperware berwarna hijau muda berukuran sedang kepada Adhim yang pagi ini akan pergi ke Bogor untuk urusan bisnisnya.

"Ciyee yang dibekalin istri ...." Aldo yang masih mengunyah sarapannya di meja makan Adhim menyeloroh.

Oleh Adhim, Aldo memang diajak sarapan bersama di apartemennya atas suruhan Pelita. Jadi setelah bersiap dan berdandan rapi, laki-laki itu langsung meluncur ke apartemen Adhim untuk menjemput Adhim dan sarapan.

Pagi-pagi sekali Pelita sudah berkutat di dapur memasakkan rica-rica ayam dan sambal terong balado untuk sarapan suaminya dan Aldo. Adhim yang bilang bisa sarapan di luar atau delivery tak dihiraukannya.

Soal sate yang kemarin malam ia beli, oleh Pelita sate itu dimakannya seorang diri. Adhim dan Aldo hanya diberinya cicip masing-masing satu tusuk sate yang sebelumnya sudah Pelita hangatkan menggunakan microwave setelah semalaman disimpan dalam lemari es.

"Jomlo diem!" tutur Adhim sambil tersenyum. Meski Aldo adalah cassanova yang sering bergunta-ganti pacar, di mata Adhim ia tetaplah jomlo karena belum memiliki pasangan halal.

Kecil, Pelita pun langsung tertawa. "Kak Aldo nggak usah khawatir. Kak Aldo juga saya buatin kok," katanya.

Dari memasang wajah sebal karena olok-olokan Adhim, Aldo langsung memasang wajah antusiasnya menatap Pelita. "Wah. Beneran?"

"Iya." Pelita mengangguk. "Tupperware yang warna ungu ini untuk Kak Aldo, ya." Pelita menyentuh tupperware lain yang ada di atas meja. "Yang warna hijau punya Kak Adhim, udah sengaja saya kasih porsi lebih banyak."

"Siapp. Makasih ya, Pelita," tutur Aldo tulus. "Bener tuh, Bang Adhim emang makannya banyak." Aldo terkekeh.

"Halah. Kayak lo nggak aja," balas Adhim.

"Ya, tapi nggak sebanyak lo, Bang," timpal Aldo kemudian tertawa lagi.

Adhim hanya menyengir.

"Ya udah, kalau begitu bekalnya saya masukin sini, ya?" Pelita memasukkan kotak bekal yang disiapkannya ke dalam paper bag yang ada di atas meja makan.

Dunia PelitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang