Bab 38: Perempuan Kesayangan

1K 135 40
                                    

Udara terasa mencekik setiap kali Adhim mengambil napas.

Sudah empat hari sejak dirinya mengetahui kabar kehamilan Pelita, dan selama empat hari itu juga, dirinya belum bisa menemukannya. Ia kelabakan ke sana-kemari mencari keberadaan perempuan yang berhasil menjungkirbalikkan hidupnya itu. Namun, sampai sekarang belum ada titik temu.

Dua hari yang lalu, Aldo mengatakan jika Pelita ada di Yogyakarta. Arina yang menemukannya.

Gadis bersurai kecokelatan itu mencoba berpikir seperti Pelita dan berhasil menebak Yogyakarta sebagai salah satu tempat yang mungkin dikunjungi Pelita dalam situasi seperti ini.

Dan ternyata benar, di sana Pelita Arina temukan saat gadis bersurai kecokelatan itu bertandang.

Bagaimana Arina mengetahui alamat tempat yang didatangi Pelita? Sebagai asisten pribadi, Arina tahu, kadangkala Pelita ke sana saat waktu senggang dimilikinya. Beberapa kali Pelita juga melampirkan alamat tempat di Yogyakarta itu sebagai alamatnya saat Pelita mengisi data dirinya sebagai penulis ataupun model alih-alih alamat apartemennya di Bandung apalagi alamat rumahnya yang di Jakarta.

Setelah mengetahui keberadaan Pelita di Yogyakarta, Adhim langsung menyusul ke sana bersama Aldo hari itu. Sampai di alamat tujuan malam hari. Namun, setibanya di lokasi, seorang wanita tua dan pria tua yang tidak lain ternyata Oma dan Opa Pelita mengatakan jika Pelita sudah pergi di kala senja. Kontak Arina pun sudah tidak bisa dihubungi saat itu.

Baik Pelita maupun Arina sama-sama menghilang.

Kedatangan Adhim dan Aldo tentu menuai pertanyaan dari Opa dan Oma Pelita.

Siapa mereka? Dari mana? Kenapa mencari cucunya? Apakah sesuatu telah terjadi? Dan tentu hal ini tidak bisa Adhim jelaskan dengan mudah.

Mencari aman, Aldo mencegah Adhim yang akan bersuara dengan mengatakan jika mereka adalah teman kuliah Pelita. Mereka ada keperluan yang sangat penting dengan Pelita sehingga datang jauh-jauh dari Bandung untuk menuntaskan keperluan itu.

Akhir cerita, Opa dan Oma Pelita mengajak keduanya untuk makan malam dulu di kediamannya sebelum pergi. Adhim dan Aldo menolak karena mereka ingin segera mencari keberadaan Pelita. Namun, Oma Pelita memaksa hingga mereka tidak bisa menolaknya.

Saat itu Adhim dan Aldo tahu jika Opa dan Oma Pelita masih keluarga ningrat dari potret-potret keluarga yang terpasang di dinding dan dari cerita yang kedua lansia itu ceritakan ketika saling berbincang. Dan yang membuat Adhim merasa campur aduk tak terkira adalah saat Oma Pelita mengatakan jika makanan yang dimakannya adalah masakan Pelita.

Gadis ayu itu yang memasaknya siang tadi sebelum sorenya pergi. Adhim diliputi perasaan kuat yang tak terdefinisi. Namun yang jelas, baginya masakan Pelita terasa sangat lezat dicecapnya. Ia juga semakin ditelikung perasaan berdosa karena apa yang telah diperbuatnya.

Laki-laki itu menghela napas.

Malam hari, saat ini dirinya masih berada di sebuah hotel Kota Yogyakarta, masih berusaha menemukan Pelita namun Adhim belum memperoleh apa-apa.

Drtt ... Drtt ....

Ponselnya yang ada di nakas bergetar sambil membunyikan nada dering khas telepon masuk.

Adhim yang semula berdiri di dekat jendela kaca hotel lantai tiga belas itu langsung mengayunkan langkahnya mengambil ponsel dengan harapan besar jika telepon itu berasa dari Aldo atau siapapun yang bisa memberinya informasi soal Pelita.

Laki-laki berambut gondrong itu mengerutkan dahinya saat sang penelepon ternyata tidak sesuai ekspektasinya.

Surgaku :)

Dunia PelitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang