Bab 20: Terlambat Datang Bulan

1.1K 132 16
                                    

Sore hari Kota Bandung. Langit mulai berwarna jingga dengan matahari yang semakin condong ke arah barat, bersiap kembali ke peraduan untuk menyinari belahan bumi yang lain.

Tidak terjadi kemacetan di jalan raya. Namun, kendaraan beroda dua, tiga, empat, dan seterusnya harus merayap dalam kepadatan untuk sampai pada tujuan.

Suara lagu yang mengalun merdu memenuhi mobil BMW putih yang dikendarai Pelita. I Love You 3000-nya Stephanie Poetri yang diputar berulang-ulang oleh Arina yang duduk di sisi kirinya bergantian dengan F Yo Love Song-nya Agnes Mo, On the Ground dan Gone-nya Rose Blackpink, juga Hari Bahhagia-nya Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah---beberapa lagu favorit Arina yang belakangan sangat suka gadis itu dengar.

Sejak June tidak ada, Pelita kembali terbiasa mengendarai mobilnya sendiri ke mana pun ia pergi. Kuliah, bekerja, berbelanja, ke mana saja.

Begitu juga hari ini. Setelah jam kuliah di kampus berakhir, bersama Arina, gadis cantik itu langsung meluncur ke sebuah studio pemotretan. Ia sendiri yang membawa mobilnya. Setelah pemotretannya usai, mereka bertolak untuk bertemu dengan Cecilia di sebuah kafe, mengambil buku-buku yang sudah dijanjikan editor penerbitan itu kepada Pelita untuk risetnya.

Ya, Pelita tentu merasa lelah dengan semua rutinitas hariannya yang kelewat padat. Namun ia sadar, ia harus membiasakan diri. Sebab June---orang yang biasa menjadi sopir pribadi sekaligus manajernya tanpa mau digaji---akan pergi jauh darinya untuk selamanya. Bahkan mungkin bisa dikatakan sudah sejak semingguan ini.

"Lit, capek banget, ya?" tanya Arina sembari menoleh dan menatap wajah Pelita. "Wajah kamu kayak agak pucet, karena kecapekan pasti," lanjutnya. "Coba aja, aku bisa nyetir. Merasa nggak berguna banget aku jadi asisten kamu. Maaf, ya. Nanti kalau ada kesempatan aku akan belajar nyetir secepatnya."

"Hm. Iya, Rin. Gapapa," sahut Pelita sambil mengulas senyum kecil.

Gadis cantik dengan setelan sweater cream bergaris warna cokelat muda, merah tua, dan hijau yang dimasukkan ke dalam celana jins biru belel yang ia kenakan dan kerudung berwarna moka itu membawa mobilnya berbelok ke sebuah supermarket. Pertemuannya dengan Cecilia sudah selesai dan sekarang dalam perjalanan pulang.

Jika kebanyakan orang berbelanja kebutuhan bulanan di awal bulan, Pelita tidak. Gadis itu suka melakukannya di akhir bulan. Dan itulah yang hendak Pelita lakukan sekarang.

Sebenarnya, tidak masalah Pelita mengatur jadwal belanjanya seperti apa. Sebulan sekali di awal bulan, sebulan sekali di pertengahan bulan, sebulan sekali di akhir bulan---seperti yang sedang ia lakukan sekarang, seminggu sekali di hari Sabtu atau Minggu, hari lainnya, atau bahkan setiap hari. Ia bisa melakukannya sesuka hati karena dompet dan kartu kreditnya tidak akan mencegahnya.

Namun, belanja setiap akhir bulan menjadi pilihan Pelita karena gadis itu menyukainya. Ya, sesederhana itu. Selain Pelita anggap lebih efisien karena tidak membuang-buang waktu---meski di sisi lain, banyak barang yang harus dibeli dan diusungnya, berbelanja sebulan sekali di akhir bulan adalah salah satu kenangannya yang tersisa dengan sang mama. Pelita selalu merasa bernostalgia setiap melakukannya.

Gadis itu menghentikan laju mobil BMW-nya di tempat parkir yang disediakan supermarket.

"Pelita."

Ia menoleh ke arah Arina yang barusan memanggil namanya.

"Apa?" tanya Pelita.

"Biar aku aja yang belanja gimana?" tawar temannya itu. "Sumpah, kamu keliatan capek banget. Wajah kamu juga makin pucet. Sini, mana daftar belanjaannya?! Biar aku aja yang turun!"

Pelita menggeleng. "Aku masih kuat kok," ujarnya lantas mengulas senyum.

"Tapi---"

Tanpa menghiraukan Arina yang hendak memprotes perkataannya, Pelita langsung melepas sabuk pengaman yang melingkari tubuh rampingnya dan turun dari mobil terlebih dahulu. Ia berjalan menuju supermarket dan Arina langsung menyusulnya di belakang.

Dunia PelitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang