Bab 51: Ujian Skripsi

1.7K 177 58
                                    

"Kak Adhim, selamat Kakak udah lulus ujian skripsi," ucap Pelita pada Adhim beberapa saat setelah Adhim keluar dari ruang ujiannya sambil menyerahkan seikat bunga yang langsung diterima oleh suaminya itu.

Pelita terlihat anggun mengenakan dress berwarna merah bata yang membalut tubuhnya dengan perut hamil enam bulan yang tampak semakin besar. Sedangkan Adhim, ia terlihat gagah berbalutkan kemeja putih, celana bahan berwarna hitam, dan jas almamater kampus.

Beberapa sekon yang lalu Adhim masih ditahan oleh teman-temannya setelah keluar dari ruang ujian. Namun, melihat kedatangan Pelita yang diantar oleh Arina, Adhim langsung menghampiri Pelita. Meninggalkan semua bunga, coklat, dan printilan lain yang diberikan oleh teman-temannya untuk datang ke arah Pelita.

Teman-teman Adhim yang terdiri dari teman beberapa ormawa yang diikutinya dahulu sebelum menginjak semester tua, adik tingkatnya, dan anak-anak klub motor membiarkan.

Mereka semua paham jika Adhim sudah  berpawang, dalam artian sudah memiliki seorang istri, yang tentu saja, harus segera ditemui ketika menampakkan diri.

"Terima kasih," jawab Adhim tulus sambil memamerkan senyumnya.

Pelita kembali tersenyum dibuatnya.

Satu-satunya printilan khas kelulusan yang diberikan teman-teman Adhim yang tidak laki-laki itu tanggalkan ialah selempang berwarna hitam dengan pinggiran pita emas bertuliskan nama dan gelar barunya, Adhim Zein Ad-Din Hisyam, S.E. yang melingkar di tubuh tegapnya.

Adhim bahkan mungkin tidak sadar jika selempang itu terpasang di sana. Pelita memandangi tulisan itu dengan rasa bangga.

"Kak Adhim, selamat untuk gelar barunya. Semoga ilmu Kakak berkah dan bermanfaat," kata Arina yang berdiri di sebelah Pelita sembari tersenyum.

"Aamiin. Terima kasih, Rin," balas Adhim mengangguk kecil pada gadis itu.

"Ah, ya, saya bawa kamera. Yuk, Kak Adhim sama Pelita saya fotoin. Ini kameranya Kak Aldo," celetuk Arina sambil menenteng sebuah kamera yang menggantung di lehernya ke udara.

Gadis itu meminjamnya dari Aldo yang hari ini tidak bisa menghadiri ujian skripsi Adhim karena ada bimbingan dengan dosen pembimbing ujian skripsinya sendiri yang rencananya akan dilakukan dua minggu lagi.

"Ayo, Lit! Kamu berdiri sebelahan sama Kak Adhim."

Arina mengarahkan Pelita untuk berdiri bersisian dengan Adhim di koridor untuk menghadap ke arahnya kemudian gadis itu mundur beberapa langkah.

"Nah, oke," celetuk gadis bersurai kecokelatan itu melihat posisi Pelita dan Adhim lalu mulai mengambil gambar.

"Yuk, ganti gaya yuk!" seru Arina setelah beberapa kali menjepret.

Pelita lantas mendongak melihat Adhim yang juga sedang menatap ke arahnya. Setelah sebelumnya berdiri bersisian tanpa skinship apa pun, Pelita kali ini menggamit lengan Adhim lalu kembali menatap Arina bersama moncong kameranya.

Adhim mengulas senyum. Mencondongkan tubuhnya sedikit ke arah Pelita lalu turut kembali menatap ke arah kamera.

Sigap, Arina langsung memotret. Gadis itu juga mengabadikan moment ketika Pelita dan Adhim saling berpandangan, sebelum, saat, dan sesudah Pelita menggamit lengan laki-laki berambut gondrong itu. Arina merasa sangat puas bisa mendokumentasikannya.

"Kak Adhim, Pelita," panggil Arina. "Bisa nggak foto yang lebih mesra gitu? Misal salah satu cium pipi atau gimana, pokok yang mesra."

Pelita langsung menyipitkan mata menatap Arina setelah mendengar apa yang temannya itu katakan.

Dunia PelitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang