Adhim Zein A. Hisyam:
Posisi?Sebuah pesan singkat masuk dari Adhim.
Pelita yang baru memarkirkan mobil di basement langsung mengukir senyum cerah melihat pesan itu.
Tanpa turun dari mobil BMW-nya, perempuan itu langsung membalasnya.
Nur Walis Pelita:
Parkiran, Kak. Ini saya udah mau ke atas masuk apartemenAdhim Zein A. Hisyam:
OkeGimana tadi pertemuannya sama Mbak Cecil?
Nur Walis Pelita:
Lancar, Kak. AlhamdulillahAdhim Zein A. Hisyam:
AlhamdulillahSaya ini mau jalan pulang, Pelita. Ada sesuatu yg kamu mau?
Senyum di bibir Pelita semakin merekah lebar membaca pesan itu.
Nur Walis Pelita:
Apa ya?Kalau saya minta beliin pizza bolej?
*boleh
Adhim Zein A. Hisyam:
BolehAda lagi?
Pelita menggigit bibirnya tanpa sadar kali ini. Senyumnya lantas semakin lebar.
Nur Walis Pelita:
Gajadi pizza, Kak. Saya mau nasi padang trus minumnya es kelapa mudaAdhim Zein A. Hisyam:
Iya. Saya carikan dulu yaYakin gajadi pizza juga?
Nur Walis Pelita:
Iya, Kak AdhimAdhim Zein A. Hisyam:
Oke. Tunggu sayaAdhim offline dan Pelita langsung mematikan ponselnya kemudian memasukkannya ke dalam tas. Ia mengelus permukaan perutnya sebentar sebelum turun dari mobil.
Adhim memang seperhatian itu kepadanya. Dan Pelita, tentu saja ia merasa bahagia atas semua perhatian Adhim.
Dahulu ada June yang juga sangat perhatian kepada Pelita. Namun selain merasa bahagia, ada perasaan sedih yang mendera Pelita setiap kali June melakukan banyak hal untuknya. Sebab Pelita tahu June mencintainya, dan Pelita tidak tahu apakah dirinya bisa membalas cinta June yang begitu tulus dan besar itu.
Sedangkan Adhim, meski Pelita pikir laki-laki itu memperhatikannya karena bayi yang sedang dikandungnya, Pelita sama sekali tidak merasa keberatan ataupun terbebani. Apa yang dilakukan Adhim membuatnya bahagia. Dan Pelita merasa apa yang dilakukan laki-laki itu adalah sesuatu yang benar.
Pelita membawa tungkai kakinya melangkah masuk ke dalam lobi gedung secara perlahan, masuk ke dalam salah satu lift yang kebetulan kosong dan menekan angka lantai tempat di mana unit apartemennya berada.
Ia sedang berjalan ke arah unitnya dengan Adhim saat Adhim mengiriminya pesan. Dua buah pesan berupa gambar nasi padang yang diinginkan Pelita dan es kelapa mudanya.
Bibir Pelita tidak bisa berhenti melengkungkan senyum melihat layar ponselnya itu. Terlebih ketika ponselnya kembali berdering karena Adhim yang mengiriminya pesan lagi berupa teks;
Adhim Zein A. Hisyam:
Nasi padang sama es kelapa mudanya beli di rumah makan biasanya, Pelita15 menitan lagi saya sampai apartemen
Nur Walis Pelita:
Siapp KakPelita terus mengukir senyum. Sampai di depan pintu apartemen, ada sesuatu yang tergeletak di depan pintu masuk menarik perhatiannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Pelita
Ficción GeneralMeski bekerja sebagai model dan memiliki latar belakang keluarga broken home, Pelita selalu menjaga kehormatannya sebagai wanita. Ia tidak pernah membiarkan ada seorang lelaki pun yang melecehkan atau menghinanya. Namun, suatu malam peristiwa tak te...