Bab 57: Belanja Keperluan Bayi

1.2K 141 34
                                    

Ada yang kangen? Mohon maaf baru bisa update 🙈
2322 kata. Happy reading 🤍

Bonus pict

Mamanya si adik bayi mau pesen makan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mamanya si adik bayi mau pesen makan.

Mamanya si adik bayi mau pesen makan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayahnya adik bayi cuma ngeliatin.

****

Tok tok tok!

Beberapa menit setelah waktu jemaah salat Subuh dilangsungkan, seseorang mengetuk pintu kamar yang ditempati Adhim dan Pelita.

Masih dalam balutan mukena sehabis salat, Pelita bergegas menuju pintu dan membuka papan kayu itu demi menemukan sosok Ratna yang tersenyum lebar ke arahnya.

Cepat-cepat, Pelita menunjukkan senyum manisnya meski hal itu tentu tidak bisa menutupi wajah sembabnya dengan kedua belah mata yang memerah dan sedikit bengkak karena semalaman menangis.

"Mbak Ratna," lirih perempuan berparas cantik itu.

"Pelita," sahut Ratna masih sambil tersenyum.

"Ini, ada buah jambu biji merah buat kamu." Ratna menunjukkan kresek hitam berukuran sedang berisikan beberapa butir buah jambu yang besar-besar. "Subuh tadi ada tetangga yang memberi hasil kebunnya ke Umi. Satu keranjang penuh. Abah menyuruh membawakan beberapa buat kamu sebelum sisanya dikasihkan ke mbak-mbak santri. Jambu biji merah sangat bagus untuk ibu hamil."

Pelita menerimanya dengan mulut sedikit ternganga. "Uh, terima kasih, Mbak," kemudian katanya.

"Iya, sama-sama." Ratna mengangguk, berujar pamit, lalu segera melenggang dari hadapan Pelita.

Pelita pun membawa kresek berisi buah-buah jambu itu masuk ke dalam kamar dengan perasaan campur aduk. Ia tidak menyangka Kiai Hisyam dan Ratna bisa seperhatian itu kepadanya.

Pelita menaruh kresek hitam itu ke atas meja dan memandanginya beberapa lama.

Jujur, jiwa melankolis Pelita bangkit. Ia merasa sangat tersentuh karena perhatian kecil itu. Sedikit kasih sayang dari 'keluarga' selalu berhasil membuat Pelita terharu.

Dunia PelitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang