Please appreciate and tap the vote button. Thank you.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~-Harry Styles' POV-
Aku melihatnya.
Ia.
Ia terbaring disana. Ia masih terlihat cantik. Dan akan selalu begitu. Sungguh beruntung Niall bisa memilikinya. Dan aku beruntung ia di tangan yang tepat.
Aku berjabat tangan dengan Kattie, ibu dari Luna.
"Aku Harry,"
"Ya, aku pernah melihatmu dan kawanmu di TV," ia tertawa.
"Tetap sabar, Mrs. Anderson. Luna pasti bangun. Aku yakin itu," aku menggenggam tangannya.
"Ya, terima kasih. Aku tahu ia pasti bangun," ia memelukku.
Niall masih berpelukan dengan yang lain. Ia bahkan sedikit.. menangis. Aku tahu apa yang ia rasakan. Aku tahu. Karena aku juga merasakan yang sama.
Aku duduk di sebelahnya. Di sebelah Luna. Aku mengusap keningnya. Ia sangat cantik. Ia bahkan tidak terlihat seperti koma, ia terlihat seperti sedang tidur yang sangat nyenyak. Tidur panjang yang nyenyak.
Aku berbisik di telinganya. "Hai, Luna. Ini aku, Harry. Ingat aku? Semoga kau masih mengingatku. Apa yang sedang kau mimpikan? Kau bermimpi sedang bersama Niall ya? Asal kau tahu, ia sedang menangis disini. Ia sangat merindukanmu, Luna. Begitupula diriku. Aku rindu dirimu, teman kecil. Maafkan aku, Luna. Kalau saja aku tidak ada disitu, aku tidak pergi ke club sebelumnya, ini tidak akan pernah terjadi. Never in a million years. Kau pasti sekarang sedang bersama Niall, bercanda dan bermain bersama. Kalian pasangan yang serasi. Aku jujur. Walaupun aku sakit melihat kalian berdua. Tapi, Niall orang yang baik. Kau pantas ditangannya. Kuharap kau bisa memaafkanku, Luna. Aku merindukanmu. Kami semua merindukanmu," aku mencium keningnya.
Ini semua salahku. Andai saja aku tidak ada disana. Aku tidak melewati jalan itu. Aku tidak pergi ke club malam itu. Aku tidak mabuk. Aku tidak mengemudi dalam kecepatan tinggi.
Pasti Luna masih selamat.
Ia pasti sedang bersama Niall di suatu tempat, berlibur, berduaan. It hurts, actually. Tapi itu lebih baik daripada aku harus melihatnya disini-terbaring kaku, dan melihat sahabatku sendiri terpukul karena ini semua.
Tidak, ini bukan salahnya. Ini salahku. Aku yang ceroboh. Aku tidak melihat ada yang jalan. Kalau aku tahu itu Luna, aku akan.... aku akan membanting stir dan membunuh diriku sendiri.
Aku pantas dihukum. Diberi hukuman setimpal. Dipenjara mungkin? Atau hukuman mati? Aku memang pantas. Aku sudah membuatnya seperti ini. Membuat mereka seperti ini. Membuat Luna tidur nyenyak sampai entah kapan ia akan bangun. Dan membuat Niall terus menangis tiap hari.
Aku tahu cinta tidak harus memiliki. Cinta butuh pengorbanan. Aku akan mengatakan yang sejujurnya pada Niall, atau siapapun itu. Tapi, aku takut Luna menjauhiku. Aku, walaupun tidak bisa memilikinya, aku masih ingin bersahabat dengannya. Ingin bisa tertawa dengannya. Walaupun hanya sebagai teman.
Friendzone? Iya. Tapi itu lebih baik. Lebih baik aku melihat mereka bersama, tertawa canda. Itu menyakitkan. Aku jujur. Tapi lebih menyakitkan lagi melihatnya tidak bisa bangun. Melihat Niall terpuruk dalam kesedihan. Seharusnya mereka sedang tertawa, bahagia, bersama. Bukan malah seperti ini.
Ini salahku.
"Harry? Kau baik-baik saja?" Zayn mengagetkanku. Aku berdiri dari tempat duduk. Membiarkannya duduk disitu.
"Hai, adik kecilku yang manis," Zayn mengusap rambut Luna. Matanya berkaca-kaca. Mereka memang sangat dekat. Seperti kakak-adik.
"Apa yang kau lakukan sekarang disana? Di alam bawah sadarmu itu? Apa ada aku? Apa kau sedang memikirkanku? Hahaha. Pasti kau sedang bermimpi sedang bersama Niall ya? Kau harus tahu, aku sangaaaaat merindukanmu. Amat sangat. Terakhir kita bertemu adalah sebelum kau pergi ke Mullingar. Well, aku merindukanmu. Kami semua merindukanmu. Niall, Louis, Liam, Harry, orang tuamu, orang tua Niall, semua fans disana. They love you a lot. Aku rindu tawamu, pelukanmu. Kapan kita bisa berbincang lagi? Saling bercerita? Kau cepat bangun ya. Banyak hal yang kau lewatkan. Tapi aku janji akan menceritakannya padamu," Zayn mengusap air mata yang menetes di pipinya.
"Maaf aku tidak bisa sering kesini. Tapi kalau aku lewat sini, aku pasti mampir. Tapi, kalau bisa kamu bangun ya. Jadi kamu bisa menghampiriku. Ohya, ada salam dari Perrie, Eleanor, dan Sophia. They miss you so much. I love you, Luna. And wake up faster!" Zayn mencium kening Luna dan bangun dari tempat duduknya.
Luna masih disana, tidak bergerak, tidak bereaksi akan semua ucapannya. Tapi dokter bilang Luna bisa mendengar omongan kami, tapi tidak bisa menjawabnya.
Cepatlah bangun, Luna. We miss you.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
TAP THE VOTE BUTTON IF YOU LIKE AND COMMENTS IF YOU WANT SOMETHING. MAYBE LIKE LUNA'S POV? TELL ME!
KAMU SEDANG MEMBACA
Somebody to Love {Niall Horan}
Fanfiction"I always love you. And i will always do" WRITTEN IN BAHASA INDONESIA cover by: MirabelleM Copyright ©2015 by ohyeahstyles