Forty Three

516 63 1
                                    

Aku terbangun karena merasa ada yang mengguncang badanku. Aku membuka mataku dan melihat Niall duduk di sebelahku, sedang mengusap kepalaku.

"Luna, itu hanya mimpi," ia mengecup keningku pelan.

"Alice...." aku masih tidak sadar akan aku sudah bangun.

"Alice? Kau bermimpi apa?" Niall setengah tertawa.

"Tidak," aku mencoba bangun, dibantu oleh Niall.

"Tadi kau berteriak-teriak saat aku sedang dipanggil Mom, jadi aku memutuskan untuk membangunkanmu. Terlebih kau berkeringat, membuatku khawatir,"

Niall khawatir?

"Niall lah yang seharusnya kekasihmu. Ia sangat mencintaimu. Sangat. Kau harus tahu itu, Luna. Setelah setahun kau koma, ia masih menunggumu. Bahkan saat kau bangun dan amnesia, dan mengingat Harry sebagai kekasihmu, ia merelakanmu untuk Harry, agar kau bahagia. Tidak peduli bagaimana ia sakit hati. Kau harus kembali dengannya, Luna,"

Seketika aku mengingat perkataan Alice tadi di mimpiku. Apa benar kalau Niall yang harusnya menjadi kekasihku? Apa ia memang benar masih mengharapkanku?

"L, kau melamun?" Tanya Niall.

L? Aku menjadi samar-samar ingat akan text dari Niall yang memanggilku Baby L.

"Aww," aku memegang kepalaku. Mengingat itu membuat kepalaku pening sendiri.

"Kau baik-baik saja? Mau kuambilkan minum?"

"Iya, terimakasih," kataku sambil masih memegang kepalaku.

Niall tergopoh-gopoh berlari lalu kembali lagi membawa air minum di gelas. Aku meminumnya perlahan, dibantu dengan tangan Niall memegangi belakangku.

"Kau kenapa?"

"Niall, ada hal yang harus ku tanya padamu,"

Niall menatapku pelan, lalu terlihat seperti menelan ludah. "Apa?"

"Tolong jawab jujur," kataku lagi.

"Okee," ia terlihat bingung.

"Apa benar kalau kau dulu...."

Brakk. Maura membuka pintu dengan keras.

"Maaf, maaf. Tapi ada yang harus kau tahu, Niall. Alice meninggal,"

"Alice?!" Kataku dan Niall bersamaan. Seketika aku mengingat Alice di mimpiku tadi.

"Ia sudah meninggal dari tadi malam tapi baru boleh dimakamkan sekarang. Ia meninggal dalam keadaan tidak sadar di rumah sakit," Maura menerangkan.

"Luna, kau mau ikut?" Tanya Niall.

"Ayo,"

---

Kami setengah berlari menuju ruang Alice. Niall sedari tadi diam saat menyetir dan sekarang hanya menggenggam tanganku erat. Maura terlihat menangis sedari tadi. Siapa sebenarnya Alice?

Kami sampai di depan ruang Alice. Niall menghela napas, lalu membuka pelan. Terdengar suara tangis dari dalam, yang langsung diam saat melihat Niall. Dan aku.

Niall melepas genggamanku lalu dia terisak di sebelah jenazah Alice. Rambutnya pirang panjang, sedang tertidur saja terlihat sangat cantik. Ya Tuhan. Ini Alice yang di mimpiku.

"Hey Alice. Aku baru saja sampai sini, tapi kenapa kau meninggalkanku? Padahal aku ingin memamerkanmu bahwa kini aku membawa Luna kembali. Dan aku ingin mengenalkannya padamu,"

Dheg.

"Kau ingat tidak saat aku membisikkanmu tentang Luna? Ia disini. Kenapa kau harus pergi sekarang, Alice?" Niall menyeka air matanya lalu aku menghampirinya dan mengusap punggungnya. "Sayang sekali aku belum sempat mengenalkanmu pada Luna saat dulu sebelum Luna lupa segalanya. Selamat jalan, Alice. Selamat tinggal. Have a better life there, dear," Niall mencium tangan Alice lalu memelukku erat.

"I'm here," bisikku padanya.

Niall tersenyum lalu menoleh pada seorang ibu, yang sepertinya ibu dari Alice. Niall memeluknya lalu keluar meninggalkan mereka, mengajakku keluar. Maura masih di dalam, berbincang dengan kerabat Alice.

"Alice itu sahabat kecilku. Ia perempuan yang amat baik. Kami berdua sangat dekat. Lalu.. saat kami menginjak remaja, ia bilang ia menyukaiku. Tapi aku sudah menganggapnya seperti adikku sendiri. Lalu sempat ada renggang antara hubungan kami, lalu saat dewasa aku mengunjunginya dan kami kembali dekat," Niall berbicara di luar.

"Aku.. aku memimpikannya tadi,"

Niall kaget sambil menatapku. "Serius?!"

"I..iya," jawabku sambil menunduk.

"Ia bilang kalau kau... kau..."

"Niall, Luna?" Kami berdua menengok saat Maura memanggil kami.

"Kalau aku apa?" Tanya Niall.

"Tidak. Nanti saja," dua kali aku batal mengatakannya pada Niall. Entahlah. Mungkin aku tidak ditakdirkan untuk mengatakan itu padanya. Tapi kalau seseorang ditakdirkan bersama, akan bersama bagaimanapun jalannya, kan?

"Yasudah," ia menggenggam tanganku. "Makan yuk, Mom,"

"Kau ini," Maura tertawa.

"Aku lapar, Mom,"

"Yasudah,"

"Fish&Co?"

Fish&Co?

~~~~~~~~~~~~~~~~~~
HEY GUYS!

Thank you so much for the reads and votes! You guys are AMAZING!

Please read my other ff:
1. Uninvited Guest (harry)
2. One Direction?
3. [OneDirectionSeries]

I'm sorry because i deleted the [5SOSSeries] Spy (Luke) because i don't think i want to write it again and so the series so i'll be focusing on this book, Uninvited Guest, and One Direction?

But i don't think you guys like the 'Uninvited Guest' so i think i want to delete it but please any suggestion?

And if you don't mind please add this Official Line Account ---->>> http://line.me/ti/p/%40djb6382m <<<---- it's about Harry Styles Updates

Sorry for long author's note and i'll end this right now and sorry for boring chapter so bye! VOMMENTS TOO!

Somebody to Love {Niall Horan}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang