Forty Nine

642 70 3
                                    

Aku terbangun, dan melihatku terbaring di kamar Niall. Aku ingin bangun saat sadar ada kaki di atas kakiku. Aku baru ingin teriak saat sadar kalau itu kaki Niall. Tangan kanannya memelukku dari belakang, lalu yang kiri di atas kepalaku.

Aku memindahkan badannya perlahan agar ia tidak terbangun. Untungnya ia masih tertidur saat aku sudah bisa bangun. Aku merapikan rambutku sebentar, lalu membuka pintu kamar Niall. Dapur masih gelap, lalu aku memutuskan ingin membuat sesuatu untuk Niall, Maura dan Chris. Mereka sudah terlalu baik untukku beberapa hari ini.

Aku mengambil beberapa perlengkapan untuk membuat pancake. Saat aku sedang ingin mencetaknya, tiba-tiba aku merasa ada tangan terlingkar di perutku, lalu saat aku menengok, itu Niall. Ia juga meletakkan dagunya di pundakku. Dan sebelumnya ia mencium pipiku terlebih dahulu.

"Pagi," sapanya. Aku diam, terus mencetak pancake dan mulai memanggangnya. "Sayang, aku kan menyapamu,"

"Pagi,"

"Jangan marah," kini ia melingkarkan tangannya di leherku sambil menciumiku.

"Niall hentikan aku mau memanggang pancake," aku menggeser wajahnya.

"Cium dulu,"

Aku memutar mataku, mendiamkan Niall yang terus-terusan menciumku. Mulai dari pipi kiri, ke bawah telinga kiri, ke leher, lalu ke bawah telingan kanan, berakhir di pipi kanan. Lalu ia memulai kembali di bagian mukaku, mulai dari keningku, hidung, dan saat ia akan ke bibir, aku menepisnya.

"What the hell!" Ia menarik daguku, membuat kini wajah kami hanya tinggal satu senti saja. "Aku baru ingin menciummu," ia menaikkan salah satu alisnya.

"Sayangnya aku sedang memasak," aku tetap melirik ke arah pancake yang sedang ku panggang.

Tiba-tiba Niall memutar tubuhku, lalu tangannya mematikan oven. Niall mendorongku perlahan hingga punggungku menabrak dinding. Ia memegang rahangku perlahan lalu menciumku. Aku sedikit kaget dengan perlakuannya yang sedikit agresif ini, tapi aku membalas ciumannya.

"Niall," rintihku saat aku kehabisan napas. Ia tidak peduli, dan tetap menciumku. Lalu akhirnya ia melepasnya karena ia kehabisan napas juga.

"Shit, Luna. Kau adalah pencium terbaik," ia mencium bibirku lagi dengan cepat, lalu mencium keningku. "Aku tidak akan pernah membiarkan siapapun mengambilmu lagi dariku," bisiknya.

"Ehm," kami menengok, dan melihat Chris sedang di depan oven. "Ini sudah matang, anak-anak,"

Aku merasa pipiku memerah lalu aku langsung mengeluarkan pancakenya. Aku mengambil sirup maple lalu menuangkannya di atas pancake yang masih hangat itu. Aku menyajikannya di atas meja lalu memberinya pada Chris. Tiba-tiba Niall melingkarkan tangannya lagi di pinggangku, membuatku risih karena ada Chris.

"Niall," bisikku sambil melepas tangannya.

"Itu hanya Chris, sayang. Ia juga begitu pada Mom," ia balik berbisik lalu mencium pipiku lagi. Ia mengambil jatah pancakenya lalu memakannya. "Enak,"

"Ohya?"

"Hai hai, sayang-sayangku!" Maura muncul dari kamarnya. "Wanginya enak. Siapa yang masak?"

"Luna, Mom. Ia membuat pancake yang enak sekali," Niall menjawab Maura sambil menyuapi Maura pancake yang sudah ia potong.

"Uhm," Maura menelannya. "Enak, Luna. Kau tidak pernah bilang kau jago memasak," Maura tersenyum padaku.

"Eh, aku tidak jago. Kebetulan saja," jawabku malu.

"Kalau saja aku tidak datang tadi mungkin itu hampir gosong," Chris menggodaku dan Niall.

"Tadi itu kondisinya sudah aku matikan," Niall memutar bola matanya.

"Memang apa yang terjadi sampai kau mematikan ovennya?" Kini Maura bertanya, membuat Niall tersedak dan Chris tertawa terbahak-bahak. Aku merasa pipiku kembali memerah, mengingat apa yang terjadi tadi. Ciuman yang... tidak, tidak.

Aku memberi Niall minum, yang langsung dibantu oleh Maura dengan menepuk-nepuk punggung Niall. "Kalian kenapa?" Maura bertanya dengan heran.

"Sudahlah, Sayang. Biasa anak muda jaman sekarang. Yang sedang lucu-lucunya bercinta," Chris menjawab membuatku tersedak air ludahku sendiri.

Kami tidak bercinta, Chris.

"Tidak ada apa-apa, Mom," Niall menjawab sambil menatapku. Ia menjilat bibir bawahnya, membuatku kembali membayangkan yang tadi. Kurang ajar.

"Aku mandi dulu ya," aku bingung ingin melakukan apa jadi aku memutuskan untuk mandi. Aku mengambil handukku lalu aku sadar ada yang mengikutiku dari belakang. Aku menoleh, ternyata Niall. "Ada apa?"

"Boleh aku ikut mandi?"

~~~~~~~~
HAHAHAHAHAHAHAHAHAAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAnjeng gue ngakak sendiri nulisnya wkkwkw

Selamat puasa btw semoga kita semua diberi keberkahan di bulan suci ramadhan ini aamiinn..

Vomments ya!

Somebody to Love {Niall Horan}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang