Nineteen

583 72 4
                                    

Please respect and appreciate it by pressing the star or vote button. Thank you.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Ia? Melupakanku?

"Niall memang kekasihmu, Cinta. Kau lupa? Jangan bercanda," Kattie mencoba memberiku semangat.

"Mom! Mana mungkin aku bercanda. Pasti Mom yang bercanda karena menyebutnya kekasihku. Apa kalian menyembunyikan Harry? Harry? Kau dimanaaaa?" Ia mulai berteriak dan mencoba untuk turun dari tempat tidur dalam keadaan tangan terinfus.

"Luna. Ia di Cheshire,"

"APA?!" Matanya membesar.

"Aku akan menelfonnya kalau kau mau," aku segera mengetik nama Harry di kontak.

"Kau serius, Nak?" Jo merangkulku. "Kita harus tanyakan ini ke dokter,"

"Tidak apa. Ia ingat Harry, bahkan mengingatnya sebagai kekasih," Please Niall jangan menangis. "Aku harus merelakannya,"

Apa aku harus?

Apa aku harus?

"Luna?"

Ia menengok. Mata birunya bertemu dengan mataku. Dan itu sakit, karena mengetahui ia mengingat Harry. Harry fucking Styles! Kenapa harus ia?

"Apa?"

"Ehm," apa aku harus memberi telefonku kepadanya? "Aku akan menelfon Harry dulu, mengatakan padanya kau sudah bangun,"

Ia menggangguk. Tatapannya menjadi berbeda. Seperti senang. "Yay! Terimakasih ya! Katakan juga aku mencintainya!" Luna? Mencintai Harry?

"Ya, tentu," aku harus keluar dari sini. Aku harus.

"Kau baik-baik saja?" Suaranya. Ya, Luna. Aku sangat baik-baik saja.

"Are you ok, kid?" Jo. Ia selalu mengkhawatirkanku.

"Aku baik-baik saja. Seperti yang kalian lihat," aku mencoba tersenyum sekuat yang aku bisa. Tapi aku tidak bisa.

"Yang kulihat kau tidak baik-baik saja," oh, Luna. Tolong berhenti mengkhawatirkanku.

"Aku baik-baik saja,"

Aku keluar ruangan dan segera menelfon Harry. Ini bukan salah Harry. Bukan. Ini juga bukan salah Luna. Apa ini salahku? Bukan, ini juga bukan salahku. Bukan salah siapa-siapa.

-----

"Harry?"

"Hey, Niall! Apa kabar?"

"Baik," Apa aku harus terus berbohong seperti ini? Kepada semua orang yang menanyakan kabarku?

"Bagus. Aku juga. Kau, kau baik-baik saja?"

Aku mencoba agar suaraku tidak terdengar bergetar. "Ya, kenapa?"

"Apa yang sebenarnya terjadi sampai kau menelfonku?"

"Luna. Ia..... bangun,"

"Wow! Akhirnya. Bagus, kalau begitu,"

"Ia juga.... mengharapkanmu," tidak, Niall, suaramu tidak boleh seperti ini.

"Apa aku tidak salah dengar? Haha," ia tertawa. Ya, tertawalah kau diatas penderitaanku ini.

"Aku serius. Ia bilang kalau kau adalah.... kekasihnya. Dan ia mengharapkanmu datang kesini. A.... aku harap kau akan kesini secepatnya,"

"K,kau serius? Bagaimana... bagaimana bisa ia menganggapku kekasihnya? Kaulah kekasihnya!"

"Aku juga tidak tahu. Tapi ia serius. Dan aku juga. Aku.... aku tidak bisa ada disini terus dan kuharap kau bisa... menggantikanku," menggantikanku untuk menemani Luna, menjaganya dan membuatnya bahagia.

"Menggantikanmu? Niall, ini sangat tidak lucu. Kau biasa saja dengan itu semua? Kau harus tanya pada dokter apa ada yang salah atau-,"

"Ini memang tidak lucu!" Ini titik klimaksku. Aku menangis ditelfon pada Harry. "Kau tidak tahu betapa aku sangat kaget, Harry! Betapa bergetarnya tanganku mendengarnya! Betapa tidak kuat aku menahan tangisku di dalam! Betapa sakitnya aku harus menelfonmu untuk memintamu menggantikanku. Ia mau kau, Harry! Kau! Bukan aku!" Masa bodoh orang bilang aku cengeng. Aku memang tidak kuat menghadapi semua. Menghadapi bahwa- Luna memilih Harry.

"Maaf,"

"Ini bukan salahmu. Bukan salah siapapun. Dan kuharap kau segera datang dari Cheshire,"

"Sebenarnya aku dalam perjalanan menemuimu. Aku sudah di Mulingar,"

Bagus. Ini semua sangat bagus. "Bagus,"

"Tapi kau harus menemui dokter,"

"Untuk apa? Bertanya apa yang terjadi dengannya? Itu semua buang-buang waktu, Harry! Dokter juga pasti tidak tahu apa yang terjadi dengannya. Yang terpenting sekarang adalah...." aku menghela napas. "Ia memilihmu. Ia membutuhkanmu,"

"Untuk tahu apa yang sebenarnya terjadi, Niall! Mungkin ia.. ia sakit? Atau ini hanya untuk sementara? Kau harus memastikannya, Niall. Aku.. aku tidak bisa menggantikanmu. Kau yang berhak bersamanya. Bukan aku. Aku tidak bisa,"

"Kau harus bisa, Harry. Kau harus bisa,"

"Tidak mungkin aku melakukannya, Niall! Ini semua tidak lucu. Bagaimana kalau aku melakukannya dan ditengah itu ia ingat kau. Ini tidak mungkin aku lakukan,"

"Jadi kalau ini permanen, kau mau melakukannya?"

"......tidak,"

"Tolong, Harry. Ini demi Luna. Demi aku. Demi persahabatan kita,"

Ia menghela napasnya. "Ini untukmu, Niall. Untuk persahabatan kita,"

"Untuk persahabatan kita,"

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Woi masa gue baper gitu nulis ini:(:( kalian gimanaaa? apa jgn2 feelnya ga dapet?

Jgn2 bener kata temen gue kalo gue itu kebanyakan baca ff jadi fantasi gue rada gajelas trs suka baperan gitu uuuu:(:(

VOMMENTS YA GUE NULISNYA SAMBIL NANGIS2 DARAH NI #lebay
Loveee youuu alll

Somebody to Love {Niall Horan}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang