Seven

781 89 0
                                    

Harry mengantarku pulang ke apartemen. Kakiku masih lemas melihat itu semua terjadi di depan mataku. Seperti.. seperti Niall sama sekali tidak menghargai diriku.

"Kau baik-baik saja?"

"Ya, Harry," tatapanku kosong menatap jalan raya.

"Kuharap kau tidak memikirkan yang tadi lagi, karena..."

"Tidak, tidak. Aku tidak memikirkan itu. Aku hanya..." aku menghela napasku. Aku mencoba menahan tangisku sekuat tenaga.

"Mukamu pucat," Harry menyentuh mukaku dan mengelap air mataku. Aku terbayang akan Niall. Ah tapi untuk apa? Ia mencium Barbara tanpa peduli aku.

"I'm fine, okay?"

"No you don't,"

"Aku sangat... aku sangat mencintainya, Harry. Aku sangat tidak menyangka ia seperti itu. Harry, you have no idea how much i love him," aku menutup mukaku dengan tanganku. Aku tidak mau Harry melihatku menangis.

"I cry too. It's okay," Harry menarik tanganku pelan dan membiarkan ia melihatku menangis.

"Aku sangat.... i never thought i would see him in that position. He promised he won't cheat on me but... he...."

"Dan dia sangat mencintaimu, Luna. Aku tidak tahu apa yang sedang merasukinya kali ini tapi, he loves you more than you can ever think about it,"

Aku terdiam sebentar.

"Tapi, Harry. Kau lihat sendiri ia seperti itu kan? Ia mencintaiku? Iya, ia sangat mencintaiku," aku menyindirnya.

"Ah, Luna. Kau tidak tahu seberapa sering ia membicarakanmu di residence. Seberapa sering ia ingin menelponmu saat malam untuk mengucapkan selamat malam tapi ia takut kau sudah tertidur. He loves you. A lot. And you have no idea about that,"

Aku termenung.

.

.

Esoknya.

Aku terbangun masih dalam keadaan berpakaian rapi seperti saat aku jalan dengan Harry. Sekarang jam 9 am. Baru kali ini aku bangun sedikit siang.

Ku cek iphoneku. 21 missed call from Niall. Text from Niall. 3 missed call from Zayn. 2 missed call from Harry.

Luna, i'm so sorry. I didn't mean to do that. She tried to kiss me but i don't want that to happen. Actually that time i was going out from the cafe but she kissed me accidentally and i didn't kiss her back. I'm sorry i lied to you. I don't want you to think that i cheat on you when i don't. I love you so much, Luna. I'm going to your apartment on 10 and i'll tell you everything. I love you, sweetheart.

Aku menangis membaca itu. Kata-kata Harry masih terngiang-ngiang di telingaku. "He loves you. A lot. And you have no idea about that,"

Aku segera mandi. Selepas itu aku hanya duduk di sofa. Aku masih tidak ingin melihat wajah Niall tapi..

Knock knock.

Itu pasti Niall. Aku mengintip dari lubang dan itu memang dia. Aku membuka pintu sedikit.

"Apa?"

"Luna. Dengarkan dulu penjelasanku,"

"Nothing to explain, Niall,"

"Bisa kita bicara di dalam? Aku tidak mau ada orang melihat kita bertengkar di luar,"

Terpaksa.

Ia masuk ke dalam apartemenku. Semua masih berantakan.

"Luna, i can tell you everything,"

"Kenapa kau tidak katakan langsung kau mau bertemu dengannya? Kenapa kau berbohong padaku? Aku tidak sebodoh itu, Niall," aku menahan tangisku dan membalik badanku. Aku tidak kuat melihatnya dengan kondisi seperti ini.

"Tatap aku,"

"Tidak,"

"Luna, tatap aku," ia membalik badanku dan aku memejamkan mataku sambil menangis sedikit. Ia memelukku erat. Aku tidak kuat dan menangis di pelukannya.

"Why you did this to me, Niall? You don't know how much i love you. And it really hurts to see you with that supermodel kissed in front of me," aku menangis dalam pelukannya.

Terdengar suara Niall menghela napas dalam-dalam. "Aku tidak menciumnya, Luna. Aku berniat untuk pulang dan ia mencoba menciumku. Dan kau datang. Buat apa aku menciumnya saat aku sudah memilikimu?"

"Kenapa ia berani menciummu? Apa jangan-jangan ia tidak tahu kau sudah memiliki kekasih?"

"She's my past. And she knew that i have you."

"But i still can't believe that, Niall,"

"Luna. Aku sangat mencintaimu. Lebih dari apapun yang pernah terlintas dipikiranmu. You drove me crazy since the day we first met. Aku mencintaimu. Aku mengenalkanmu pada keluargaku karena kau... berbeda. Kau beda dari wanita biasanya. Makanya aku membawamu ke rumahku. Aku..... aku sangat mencintaimu, Luna," Niall menutup matanya dan terdengar seperti sedang menangis. Aku merasa bersalah.

"Niall, jangan menangis,"

"Aku minta maaf Luna. Aku memang tidak pantas untuk jadi kekasihmu. Aku, aku memang tidak akan pernah benar. Aku...."

"I love you too, Niall. But i just shocked because i saw you... i mean Barbara kissed you in front of my face. And also you lied to me,"

"Aku tidak mau kau mengira macam-macam saat aku dan ia bertemu. Aku tidak mau kau merasa aku masih menyukainya karena aku tidak. Ia menelponku saat di Mullingar dan ia bilang ia ada hal penting. Ternyata, fuck. Tidak ada,"

Aku dan Niall menangis sambil berpelukan. Aku melepas pelukan Niall dan melihat pipinya bengkak dan biru.

"Niall, your cheek?"

"Tidak, tidak apa-apa,"

"Apanya yang tidak apa-apa! Itu bengkak dan biru, Niall! Kamu duduk dulu ya,"

Niall menarik tanganku. "Mau kemana?"

"Ambil air sebentar,"

"Tidak usah. Aku tidak mau kau meninggalkanku,"

"I just wanna go to the wastafel to take the water,"

Niall tersenyum. "Jadi kau sudah memaafkanku?"

"Belum,"

Niall bangun dari sofa dan menciumku pelan. Lalu ia memelukku lama.

"I love you so much, Luna. And i promise i won't hurt you again," ia berbisik ditelingaku.

Somebody to Love {Niall Horan}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang