Valerie menunduk, menahan air matanya, dan kembali mengedarkan pandangan ke arah seluruh keluarganya. Lalu, sorot matanya berhenti tepat di depan Albert.
"Ayah.."
Albert tersenyum. Senyum yang sangat indah, jika ia bisa menambahkan. Pria itu berjalan ke arah Valerie dan berlutut di depannya. "Kau mau tahu sebuah rahasia, Tuan Putri?" Albert mengambil tangan Valerie dan mengecup telapaknya ketika gadis itu mengangguk kecil. "Ketika ibumu berkata kami akan memilikimu, ayah tidak pernah berpikir akan mencintaimu sampai seperti ini. Dulu ayah kira, ayah hanya akan sedikit menyukaimu karena kau adalah anak dari wanita yang ayah cintai."
"Kemudian kau lahir," Albert tertawa kecil, seolah ia tengah mengenang kembali hari dimana ia menjadi begitu panik ketika Kimberly akan melahirkan. "Kau sangat kecil, dan kau adalah bayi paling sempurna yang pernah ayah lihat. Ayah bahkan sempat tidak mempercayainya. Ayah pikir, bagaimana mungkin ayah tidak mencintaimu?"
Valerie merasa sesak di suatu tempat di dalam hatinya. "Kau percaya itu?" Albert melanjutkan. "Apapun yang kau lakukan membuat ayah bahagia. Terutama ketika kau pertama kali memanggilku ayah, dan ayah selalu merasa seperti ... ayah tidak pernah cukup mencintaimu setiap harinya. Venus, suatu saat, ketika kau bertemu laki-laki yang mengatakan dia mencintaimu, ayah harap dia benar-benar mencintaimu lebih daripada yang selalu ayah lakukan. Dengan begitu, ayah pikir ayah bisa melepaskanmu dengan lebih mudah."
"Aku juga," Valerie memeluk Albert seerat mungkin. Dalam hati ia bertanya-tanya, bahwa tidak bisakah ... pelukan ini bertahan selamanya? "Aku juga mencintai dan sangat merindukan pada ayah."
Satu-satunya yang berdiri di antara mereka hanyalah kenyataan.
"Ayah tahu," Albert memejamkan mata, menikmati detik dimana ia memeluk putrinya. "Selesaikan apa yang kau mulai, Tuan Putri. Dan terus ingat, ayah akan selalu bersamamu sampai akhir baris, Venus, seperti yang selalu ayah katakan. Ayah akan menunggumu disini, bersama ibu."
"Tapi," Valerie menahan tangan Albert. "Apa yang terjadi, Ayah ... aku kehilangan api hijauku. Apa yang akan terjadi padaku, jika aku tidak bisa lagi memilikinya?"
"Kau akan menemukan jawaban untuk itu ketika kau bisa menentukan pilihanmu," Albert tersenyum. Ia berdiri lalu mengusap puncak kepala Valerie. "Percayalah pada apa yang kau pilih, seperti kami semua," Albert mengecup kening putrinya. "... Yang juga mempercayaimu."
"Seorang La Valette seharusnya tidak meragukan dan menyesali apa yang telah dia pilih, Nak. Semakin kau ragu, kau akan semakin kehilangan api hijaumu."
Valerie menoleh ke arah pemilik suara dalam dan berat, yang sosoknya hanya pernah ia dengar dan baca melalui buku, Thelonious La Valette. Ia memiliki rambut dirty blonde dan netra dark violet. "Sedangkan semakin kau yakin pada tujuan yang ingin kau capai, api hijau akan membiarkanmu menggunakan bahkan setiap bagian terkecil dari dirinya."
Valerie tertegun memikirkan ucapan Thelonious. Apa pilihannya untuk berdiri di sisi Tom, membuat dia ragu? "Tapi ... bagaimana jika sebenarnya aku tidak ragu? Aku--"
"--Pikirkanlah, Venus," Albert tersenyum menyadari kebingungan putrinya. "Jika kau yakin dengan pilihanmu sekarang, apa api hijau akan meninggalkanmu?"
•••
"Apa yang terjadi, Harry? Apa itu?"
"A-aku juga tidak tahu."
Harry melebarkan matanya ketika warna hijau tersebut bersinar semakin besar hingga cahayanya memenuhi setiap sudut penjara bawah tanah Malfoy Manor, bahkan sampai menelan cahaya dari Deluminator Ron. Harry bergerak mundur, mengerjap tidak percaya ketika sinar hijau tersebut terkumpul dan membentuk sosok perempuan yang kini tersenyum manis padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙃𝙀𝙍 | Draco Malfoy x OC (DISCONTINUED)
Fiksi Penggemar❝The hero would sacrifice you to save the world, but the villain would sacrifice the world to save you.❞ ⁂̩̩͙͙ 𝙏𝙃𝘼𝙏 𝙄𝙎 𝙃𝙀𝙍. Pure, loyal, lovely-eyed, fairytale face. She's a mess of gorgeous chaos. She is brave and strong and broken all at...