Jangan lupa tinggalin komentar. Thank you.
Selamat membaca :)
***
"Party bakal mulai kalau seseorang yang gue tunggu dateng!"
"Yah!"
"Nggak seru!"
Lelaki dengan rambut sebahu berwarna kemerahan itu menggerakkan tangan mendengar protes teman-temannya. Namun, dari wajahnya tidak terlihat ada penyesalan. "Tenang dulu. Nikmati waktu. Nggak usah buru-buru."
"Lama!" seru beberapa pengunjung.
"Tenang." Kedua tangan lelaki itu terangkat ke atas. Dia tahu mereka sudah tidak sabar untuk bersenang-seneng. Namun, dia tidak boleh melupakan satu orang yang paling penting dalam acara malam ini.
Brak....
Tiba-tiba suara pintu terbuka, membuat orang-orang yang sebelumnya protes itu seketika terdiam dan menatap ke sumber suara. Di sana, ada seorang wanita dengan rambut digerai dengan make up bold. Wanita itu memakai crop top berwarna hitam yang ditutup dengan mantel berwarna cokelat sepanjang setengah paha. Bagian bawah, dia memakai rok span berwarna hitam mengkilat. Satu lagi yang tampak menarik perhatian, sepatu boat yang panjangnya di bawah lutut berwarna cokelat dengan heels dua belas centi.
Wanita itu adalah Grizzelle, sering dipanggil dengan Griz. Wanita cantik dengan tinggi badan 170 centi itu suka dengan party. Gayanya yang fashionable dengan ciri khas wajahnya yang sedikit dingin membuat pesona tersendiri. Banyak lelaki yang berusaha mendekati, tapi banyak pula yang menyerah. Griz berasal dari keluarga berada dan wanita itu termasuk pilih-pilih pasangan.
"Kalian nggak boleh ngelewatin party tanpa gue!" Griz mengibaskan rambut kemudian melangkah masuk.
"Grizelle!" Beberapa pengunjung berteriak memanggil wanita cantik itu.
Griz melangkah dengan mantap kemudian merebut mikrofon dari tangan lelaki berambut kemerahan itu. Pandangannya tertuju ke pengunjung yang terlihat antusias. "Party!" Dia berteriak kencang. "Dimulai!"
"Yeah!" Para pengunjung mengambil gelas mereka dan bersulang.
Tangan Griz terangkat kemudian dengan sendirinya ada yang menempelkan gelas. "Thank you!" ujarnya tanpa menatap lawan bicaranya. Dia menyeruput minuman berwarna merah pekat itu kemudian mengangkatnya tinggi-tinggi. "Have fun, Guys."
"Gue khawatir lo nggak dateng."
Pandangan Griz tertuju Andrik si pemilik acara. Dia merapikan rambutnya kemudian mengangkat gelas. "Gue nggak mungkin ingkar janji."
Andrik mengambil gelasnya sendiri kemudian mendekatkan ke Griz. "Bersulang."
"Hmm...." Griz menyeruput minumannya sambil mengedarkan pandang. Ruang VIP itu terlihat padat oleh tamu dan pengunjung setia. Griz mendadak gerah. Dia melepas mantelnya kemudian melemparnya begitu saja.
Sudut bibir Andrik tertarik ke atas. "Lo habis dari mana?"
"Korea," jawab Griz singkat. "Bahkan gue belum sempet balik ke rumah."
"Gue tersanjung...." Andrik mendekat hendak mengusap puncak kepala Griz, tapi wanita itu langsung bergeser.
Griz menahan tawa melihat Andrik yang terlihat malu. Dia membuang pandang melihat orang-orang telah asyik sendiri. Lantas dia berbalik, mendapati Andrik yang diam-diam memperhatikannya. Griz tersenyum samar kemudian mendekati lelaki itu.
Andrik memperhatikan setiap gerak-gerik Griz. Hingga wanita itu menyentuh tangannya. Dia hendak membalas tangan lembut itu, tapi ada sesuatu yang dingin menghalangi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Take it Easy
Romance[TAKE SERIES 2] Griz selalu merasa hidupnya beruntung. Apa yang dia inginkan selalu terwujud. Ketika bertemu dengan Ravin, dia langsung menginginkan lelaki itu. Apapun caranya. Ketika rasa optimis itu terus ada, Griz dihadapkan satu kenyataan. Satu...