TIE-60

3.5K 115 9
                                    

"Hueeek!"

Griz buru-buru menutup dan membuang muka. Dia merasa aneh padahal itu aroma terapi favoritnya. Yah, itu aroma terapi mahal karena itu dia jarang menggunakan. Bisa dibilang, agar irit. Namun, apa iya jarang mencium aroma itu membuatnya jadi mual?

"Ck! Nggak usah aroma terapi apa, ya?" Griz berjalan keluar dan melempar botol itu ke ranjang. Kemudian kembali ke kamar mandi dan mengisi air di bathtub.

"Hueek!" Perut Griz kembali berbuat ulah. Dia berjongok dengan satu tangan menutup mulut dan satu tangan memegang perut. "Hueeek!"

Air mata Griz keluar menahan rasa aneh itu. Dia berpegangan di bathtub sambil memaksakan diri berdiri. Sayangnya, kepalanya mendadak pusing. "Sayang!" Griz merengek. "Ravin...."

Griz terduduk di samping bathtub sambil mendekap perutnya yang terasa aneh. Air matanya terus turun, tidak kuat dengan sensasi aneh itu. Padahal, dia sudah membayangkan liburan yang indah.

"Sayang!" Griz berteriak sekuat tenaga.

Di ranjang, Ravin terlihat kelelahan. Beberapa minggu sebelumnya dia bekerja terlampau keras dan hanya tidur beberapa jam saja.

"Ra... vin! Hiks.. Hiks!" Tangisan Griz semakin kencang karena Ravin masih enak-enakan tidur. "Ravin!"

Tidur pulas Ravin seketika terganggu mendengar teriakan itu. Dia mengucek mata kemudian mengedarkan pandang dan tidak mendapati sosok Griz.

"Hiks... Hiks...."

"Griz!" Ravin seketika bangkit mendengar isakan itu. "Kamu di mana?" Dia berjalan menuju kamar mandi dan melihat Griz yang tergolek lemah.

Griz ingin memarahi, tapi terlanjur tidak memiliki tenaga. "Sayang...."

Ravin segera mendekat dan mengangkat tubuh Griz. "Kenapa?"

"Nggak tahu!" Griz melingkarkan lengan ke leher Ravin. "Nggak enak banget baunya. Sampe perutku sakit."

"Apanya nggak enak?" Ravin membaringkan Griz di ranjang lau menarik selimut.

"Itu!" Griz menunjuk botol kecil aroma terapi.

Ravin mengernyit, tahu botol itu. "Bukannya itu kesukaanmu?"

"Baunya aneh banget."

Tangan kiri Ravin menggapai benda itu dan membukanya. Aroma mawar seketika menguar. Tidak ada aroma aneh seperti yang dikatakan Griz.

"Nggak sudah dibuka!" jerit Griz sambil menutup hidung. Aroma aneh itu kembali menguar dan membuat perutnya bergejolak. Seketika dia menutup mulut, menahan sesuatu yang hendak keluar.

Ravin turun dari ranjang dan meletakkan aroma terapi itu jauh dari Griz. Kemudian dia memperhatikan tingkah Griz yang mendadak lebay. "Nggak ada bau aneh."

"Bau, tahu!"

"Ya udah, iya!" Ravin kembali ke ranjang bermaksud melanjutkan tidurnya.

Griz memperhatikan Ravin yang tidak memedulikannya itu. Bahkan lelaki itu tidak memeluknya seperti biasa. "Kamu nggak tertarik, ya, sama aku?"

Mata Ravin seketika terbuka. "Apa, sih?"

"Kenapa aku nggak dipeluk?"

"Ya udah sini!" Ravin merentangkan tangan.

Bola mata Griz memutar melihat tindakan itu. "Kamulah yang harusnya deketin aku. Enak banget maunya didektin terus."

"Kamu nggak kesambet, kan?" Ravin memandang Griz dengan lelah. "Tadi di rumah biasa saja, kenapa jadi aneh?"

Take it EasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang