TIE-45

1.8K 91 9
                                    

Warning: tidak disarankan baca di malam minggu. Dikhawatirkan timbul rasa iri hingga menggangu pikiran.

*haha canda...

-----

Ravin memecahkan rekor pergi ke mal selama enam jam. Gila, waktu selama itu dia habiskan dengan keliling mal. Tidak melulu berjalan memang. Mereka juga sempat mampir ke salon dan memijit kaki mereka.

"Gimana? Relaks, kan?" tanya Griz yang berjalan di depan Ravin. Dia merentangkan tangan setelah itu mengibas rambut ke belakang. "Capek-capeknya itu langsung ilang."

"Lebih nggak capek lagi kalau nggak ke mal." Ravin melewati Griz dan masuk lebih dulu. Dia melepas sepatunya kemudian berjalan menuju dapur.

Griz tersenyum geli melihat Ravin yang masih menggerutu. Seru rasanya mengajak seseorang yang betah berjam-jam di kantor berkeliling mal. Griz berlari mendekat dan memeluk Ravin dari belakang.

"Uhuk...." Ravin yang meminum langsung tersedak. Dia menunduk melihat tangan Griz yang memeluknya terlalu erat. "Sakit perut gue, Griz!"

"Emang nggak mau gue peluk?"

"Gue mau minum."

Griz melonggarkan pelukannya. Dia tersenyum, tidak bisa membendung rasa bahagianya. "Nggak susah bikin gue bahagia, cukup ajak ke mal."

"Nggak susah bikin gue bahagia, cukup jangan ajak ke mal!" Ravin membalas dengan cepat. Dia melempar botol air mineral ke tempat sampah setelah itu menarik tangan Griz. "Udah, deh! Nggak gerah apa nempel-nempel terus?"

"Lo tetep wangi." Griz melepas pelukan, meski sebenarnya enggan. Saat Ravin berbalik dia berjinjit. Namun, Ravin segera menahan kedua pipinya.

Ravin menggeleng, menolak ciuman Griz. Dia mundur selangkah setelah itu menjauhkan tangan dari pipi Griz. "Bersih-bersih! Terus istirahat!"

Tet.... Tiba-tiba bel apartemen berbunyi.

Griz menatap Ravin, tapi lelaki itu membuang muka. "Boleh dibuka?" tanyanya. "Gimana kalau itu papa lo?"

"Buka aja!" Ravin melewati Griz dan berjalan menuju kamar. Dia tahu siapa yang datang.

"Oke gue buka!" Griz berlari menuju pintu dan membukanya. Dia melihat seorang petugas apartemen yang membawa banyak kantong belanjaan. "Ada apa, ya?"

"Dengan ibu Griz?"

"Iya! Kenapa, ya?"

"Ini belanjaan ibu. Mau dibantu dipindah ke dalam?"

Griz memandang kantong dengan nama toko yang tadi dikunjungi. Dia hanya melihat-lihat, tapi tidak beli. Kemudian Griz sadar, pasti sosok yang bersembunyi di dalam kamar itulah pelakunya. Selain itu Ravin juga sempat hilang.

"Ibu!" Petugas itu memperhatikan wanita yang hanya terdiam itu.

"Ah! Biar saya saja!" Griz mengambil beberapa kantong dan membawanya di tangan kiri. Setelah itu dia menerima dengan tangan kanan.

"Terima kasih, Bu!"

Griz mengangguk. Dia bergerak mundur kemudian menendang pintu di depannya. "Sayang!" Dia berteriak sambil berjalan menuju kamar Ravin. "Lo belanjain ini buat gue?"

Ravin tidak menjawab. Dia duduk di sofa kamar sambil beberapa kali mengacak rambut. Kenapa dia jadi gelisah? Padahal dia membeli barang itu, tidak berutang.

Tok... Tok....

"Sayang!" Griz mengetuk pintu di depannya. "Beneran lo beliin buat gue? Sini deh, gue mau ngasih sesuatu."

Take it EasyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang